Pdt. Tomson Lumbangaol, HAMBA TUHAN YANG TERPANGGIL MELAYANI ORANG-ORANG SAKIT DI PENANG, MALAYSIA

Kesaksian3193 Views
Pdt. Tomson dan Istri

PENANG,VICTORIOUSNEWS.COM,-Umat Kristen yang telah ditebus dan diselamatkan oleh Tuhan Yesus, pasti akan terpanggil untuk menggenapi Amanat Agung—firman Tuhan Yesus Kristus sesaat sebelum Dia naik kembali ke tahtaNya di Surga—yakni “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman” (Matius 28:19-20). Inilah yang kemudian kita kenal dengan Amanat Agung alias the Great Commission. Kita diselamatkan memang secara cuma-cuma karena kasih Tuhan yang begitu luar biasa besarnya. Tetapi bukan berarti kita tidak perlu melakukan apa-apa, hanya duduk diam berpangku tangan tanpa mempedulikan keselamatan orang lain.

Firman Tuhan inilah juga dilaksanakan oleh Pdt. Tomson Lumbangaol yang terpanggil melayani Tuhan di negeri Jiran—tepatnya di Penang, Malaysia. “Akhirnya saya pergi ke Penang. Ternyata di sini sangat banyak orang-orang Indonesia yang berobat di sini. Penyakitnya pun parah-parah. Awalnya, saya hanya “berkunjung” saja. Tetapi saya punya passion melihat mereka yang menderita. Begitu banyak orang-orang Indonesia yang berasal dari Sumatera. Saya memiliki belas kasihan kepada orang-orang di sana,” tutur Pria kelahiran 10 Februari 1972 ini memulai perbincangan.

Suami dari Mayani Sie ini mengisahkan perjalanan pelayanannya sebelum memutuskan untuk melayani penuh waktu di Penang, Malaysia. “Ketika di Gereja perintisan di Tangerang tahun 2007, di tengah-tengah ibadah teman hamba Tuhan yang sama-sama merintis, menyampaikan suatu semacam nubuatan bahwa saya akan pergi melayani ke daerah yang keras. Dan di sana saya akan dipakai Tuhan untuk melakukan perkara-perkara yang besar, yang sakit akan disembuhkan, yang terikat akan dibebaskan. Waktu itu saya dipanggil ke depan, di depan jemaat saya ditanya, maukah diutus Tuhan? saya katakan mau. Setelah ibadah saya tanya beliau, maksudnya mana itu tempat yang keras? Karena dalam pikiran saya tempat yang keras itu Papua, Ambon dan Sumatera. Tapi pikiran saya gak mungkin balik ke Sumatera lagi, karena saya orang Sumatera. Hamba Tuhan itu bilang, bukan di dalam negeri. Tetapi di luar negeri. Waktu itu saya melihat peta di gereja, kemudian ditunjuklah peta Thailand. Sebenarnya kalau ditarik melalui peta, Thailand itu dekat dengan Pulau Pinang (Penang) ini. Awalnya saya tidak terlalu tanggapi. Kemudian tahun 2012, ada teman saya yang menawarkan untuk membuka penggembalaan di Penang, awalnya saya tidak gubris. Karena saya sudah ada pelayanan di Tangerang. Tetapi beliau desak. Kemudian saya diminta jalan-jalan ke Penang. Tetapi saya tidak langsung ke sana, melainkan ke Singapura. Saya terkejut waktu itu, karena ada begitu banyak orang-orang Indonesia yang berobat ke Singapura. Banyak penyakit yang aneh-aneh yang saya lihat saat itu. Mulai dari kanker yang biasa, sampai stadium lanjut. Mereka setengah menderita. Lalu saya tanya mengapa jauh-jauh ke Singapura? Di Indonesia masih banyak dokter. Mereka bilang, dengan berbagai alasan, mereka akhirnya putuskan untuk berobat ke sana. Akhirnya saya pergi ke Penang. Ternyata di Penang ini juga sangat banyak orang-orang Indonesia yang berobat di sini. Penyakitnya pun parah-parah. Saat itu saya hanya “berkunjung” tetapi saya punya passion melihat mereka yang menderita. Begitu banyak orang-orang Indonesia yang berasal dari Sumatera. Waktu itu saya, di penghunung 2012 (Desember), sekitar 3 minggu saya berada di Penang. Kemudian pas natal saya harus balik ke Indonesia (Tangerang),” tukas Hamba Tuhan yang pernah melayani di GBI REM ini.

 

Lanjut Pdt. Tomson, “Sesampainya di Tangerang, teman saya nanya lagi, bagaimana tergerak pelayanan di Penang? Kemudian saya jawab, bahwa saya memiliki belas kasihan kepada orang-orang di sana. Tetapi waktu itu belum ada keputusan untuk melayani di sana. Kemudian, bulan Januari 2013, saya ditanyain lagi. Akhirnya, tepatnya bulan Februari saya bawa keluarga (istri dan anak saya yang hampir 10 bulan waktu itu). Mulai dari situlah saya bersama istri penjajakan dengan alam di Penang. Ternyata, istri cocok. Karena di sini banyak orang Chinese Hokian, ya dia cocok. Dia juga orang Chinese Hokian, jadi tidak asing buat dia,” ungkapnya.

Pdt Thomson dan istri terus berdoa, meminta petunjuk Tuhan, jika harus menetap di Penang. “Akhirnya Tuhan menjawab dan saya mengambil keputusan tanggal 10 Juli 2013 mulai merintis pelayanan. Kami waktu itu hanya melayani orang-orang sakit, khususnya orang-orang Indonesia. Kami kunjungi mereka bukan hanya di Rumah Sakit, tetapi juga kunjungi mereka di tempat penginapan. Saat itu banyak sekali mereka yang haus dan minta didoakan. Kemudian ada yang mengusulkan untuk membuat kebaktian bersama di tempat penginapan. Lama-lama terpikir untuk membuat sebuah ibadah gereja. Awalnya, diusulkan ibadah pada hari sabtu. Kebetulan ada gereja Anglican Church di sini yang bisa menerima kita, karena mereka juga ibadahnya hari sabtu. Kita ibadah mulai jam 14.00, Anglican Church jam 16.00.  Seiring berjalananya waktu, ada jemaat yang datang 30 sampai 40 orang. Makin bertambahnya jemaat, karena di Indonesia yang dianggap ibadah itu bukan hari sabtu, tetapi Minggu. Akhirnya ada yang usul, Pak tidak afdol, jika ibadah hari sabtu, kenapa tidak hari Minggu? Saat itu saya merasa bingung,  karena itu bukan gereja. Prinsip saya adalah melayani, kemudian kita mencoba untuk mencari gereja yang beribadah hari minggu. Intinya kita siap, kemudian kita berpartner dengan gereja Metodist. Saat itu Metodist juga berpartner dengan GBI Tabernakel mau menaungi kita. Singkat cerita, Ibadah perdana adalah KKR kami lakukan tanggal 14 februari 2014 di hotel Berjaya Lantai 7. Dan mulai dari tahun 2016, kita start ibadah minggu, di bawah naungan GBI Tabgha. Kemudian pelayanan kami makin berkembang, banyak juga jemaat kami dari TKI/TKW (orang Indonesia yang bekerja di Penang). Puji Tuhan, jumlah jemaat sekarang sekitar 200 orang yang terbagi dua kali ibadah. Jemaat kami ada orang asli Penang yang menikah dengan orang Indonesia,” pungkas Pdt. Tomson penuh syukur. StevanoMargianto

Comment