JAKARTA,Victoriousnews.com, “Berbicara mengenai memutuskan kutuk generasi ini, tidak ada dalam mata kuliah sekolah teologi. Tetapi hal ini sangat penting bagi kehidupan kita sebagai orang Kristen. Apakah benar kita sudah diputuskan dari kutuk generasi? Karena meskipun kita sudah bertobat, belum tentu kita sudah bebas dari kutuk generasi. Contohnya saya sudah bertahun-tahun sebagai pendeta, ternyata pernah mengidap sebuah penyakit aneh (bibir/wajah) bengkak dan lebam. Ketika dibawa ke RS, tidak ada penyakit dan tidak ada obatnya. Nah ketika saya belajar dari Rev. Morris Cerullo dan saya baca buku beliau, ternyata saya harus dilepaskan dari kutuk keturunan. Kalau melihat dari latar belakang keturunan Mah Oco saya (Buyut perempuan), Ng kong/ Ema (Opa/Oma). Nah Mah Oco saya dulu setiap malam jumat suka bersihkan kerisnya dikasih jeruk nipis disertai doa-doa kepada setan (mantra). Anehnya mantra yang dibacakan itu dashyat sekali, karena waktu itu banyak yang sakit dan sembuh. Nah, disadari atau tidak, bahwa setiap kita harus dari kutuk generasi, sebab bisa berimbas 1 sampai 4 generasi di atasnya. Puji Tuhan, setelah saya dilepaskan dari kutuk generasi itu, sejak tahun 2017, penyakit saya sampai sekarang tidak pernah kambuh lagi,” tutur Pdt. Dr. Tony Mulia ketika menyampaikan seminar bertema “Mematahkan dan Memutuskan Kutuk Generasi” di House of Worship GKB El-Bethel, di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara (Sabtu, 24/8)
Menurut Hamba Tuhan yang menjadi ‘Anak Rohani’ dari Rev. Dr. Morris Cerullo, kita dapat lepas dari kutuk generasi tersebut, jika kita menuruti kehendak Bapa kita, Tuhan Yesus Kristus sang juruselamat. “Ada banyak hal yang menyebabkan kita di bawah bayang-bayang hitam kutuk generasi. Misalnya:
• Mengakui dan menyembah dewa-dewa palsu termasuk mengultuskan sesuatu seperti New Age, uang, jimat-jimat, mantera, dan lain-lain.
• Terlibat dalam okultisme, termasuk astrologi, sihir, dukun, hipnotis, konsultasi ke paranormal, membaca garis tangan, pemanggilan arwah, dan lain-lain.
• Tidak menghormati dan menghina orangtua.
• Menindas dan berlaku tidak adil kepada yang lemah dan tidak berdaya.
• Percabulan, perzinahan, pedofilia, homoseks.
• Anti Israel dan bangsa Yahudi karena mereka adalah umat pilihan TUHAN.
• Memaksakan kebenaran diri sendiri.
• Kedagingan, hawa nafsu.
• Murtad, tidak percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
• Pencurian: korupsi, suap, sogok.
• Sumpah palsu: berbohong di bawah sumpah.
• Mengambil hak dan milik TUHAN atau sumber lain yang menjadi milik TUHAN.
• Mengucapkan kata-kata negatif, umpatan, sumpah serapah, dan lain-lain.
• Ketakutan, kecemasan, kegelisahan, dan kekhawatiran yang berlebihan.
• Kalau dalam hidup kita atau dalam keluarga atau garis keturunan kita ada melakukan hal-hal seperti pada daftar di atas, maka kita sudah berada di bawah kutuk,” tandas Pdt. Tony.
Dalam pemaparannya, Pdt. Tony menjelaskan, bahwa, Alkitab mencatat ada sebanyak 230 kali kata kutuk (Ulangan 28:15-68) dan 410 kali kata berkat (Ulangan 28:1-14). Ini berarti bahwa Alkitab menunjukkan begitu banyak berkat diberikan kepada kita jika kita mau taat dan setia kepada TUHAN.“Berkat dan kutuk ibarat terang dan gelap. Dalam gelap kita tidak dapat melihat dan melakukan apapun. Begitu ada terang, maka kegelapan langsung lenyap. Demikian pula halnya dengan berkat. Begitu kita diberi berkat oleh TUHAN, maka kutuk langsung lenyap,” ujarnya.
Ia juga menjelaskan mengenai angka 14.14.14. “ Angka tersebut menggambarkan tentang generasi. Di Alkitab ada 14 generasi dari Abraham sampai Daud, 14 generasi dari Daud-masa pembuangan, dan masa pembuangan sampai Yesus Kristus. Perhatikan, dari Abraham sampai Kristus ada 41 generasi. Dalam perjalanan kehidupannya ke-41 generasi sebelum Kristus tersebut, mereka menurunkan berkat sekaligus kutuk. Sebagai contoh, Abraham pernah tidak mengakui Sara sebagai istrinya, tetapi sebagai saudaranya supaya ia tidak dibunuh. Hal ini pun berulang terjadi kepada Ishak yang juga tidak mengakui Ribka sebagai istri untuk menyelematkan nyawanya. Kutuk Abraham turun kepada Ishak karena memanipulasi kebenaran TUHAN. Demikian pula dosa perzinahan yang diperbuat Daud menjadi kutuk bagi keturunannya dari Salomo hingga raja-raja Israel berikutnya.
Kutuk dari 41 generasi tersebut akhirnya semuanya ditanggung Kristus melalui kematian-Nya di kayu salib. Salib menjadi simbol kutuk dosa dari 41 generasi tersebut dan generasi-generasi sebelumnya. Kristus memikul kutuk dosa seluruh umat manusia agar melalui kematian-Nya di kayu salib manusia berdosa yang terkutuk itu terbebaskan dari dosa kutuk. Salib Kristus berubah menjadi simbol keselamatan manusia dari hukuman kutuk dosa, sehingga bagi mereka yang menerima dan percaya kepada Kristus memperoleh berkat dari anugerah Bapa di Sorga.
Setelah generasi Kristus, generasi ke-42 belum terisi. Karena kita adalah pengikut Kristus, maka kitalah yang mengisinya sebagai generasi ke-42 yang menerima berkat,” papar Pdt Tony.
Tujuan dari seminar ini diadakan, selain mendeklarasikan kita bebas dari kutuk generasi melainkan lebih dari itu kita harus menjadi Kristen yang tidak hanya de jure, tetapi juga de facto. Artinya kita menjadi Kristen bukan sekadar pengakuan, tetapi juga nyata dalam perkataan dan perbuatan.
Di penghujung seminar, Pdt Tony Mulia mengundang peserta seminar maju ke depan untuk menerima pelepasan kutuk generasi dan didoakan. “Saya berharap setelah semua menerima pelepasan tersebut, kita harus bertobat dan menuruti apa yang dikehendaki Bapa kita, “ pungkasnya. SM
Comment