Jonro I. Munthe, S.Sos Mengapresiasi Tokoh-tokoh Kristiani Melalui Majalah NARWASTU

News, Profil2641 Views
Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Majalah NARWASTU, Jonro I. Munthe, S.Sos.

Lelaki Batak kelahiran Dolok Sanggul, Sumatera Utara, 6 April 1973 ini bukan sosok yang asing lagi di kalangan aktivis Kristiani dan jurnalis Kristen. Jonro I. Munthe, S.Sos, dikenal Pemimpin Umum dan Pemimpin Redaksi Majalah Kristiani NARWASTU, dan salah satu pendiri Perhimpunan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI).
Selama ini ia dikenal sosok jurnalis Kristiani yang aktif, dinamis, cerdas, dan berprestasi. Tak hanya jurnalis, ia kerap diundang sebagai moderator dan pembicara di berbagai diskusi dan seminar. Dia pun tak hanya diundang oleh gereja atau ormas Kristiani untuk memberikan pemikiran-pemikiran seputar ilmu jurnalistik, tetapi juga soal keadaan sosial gereja, kemasyarakatan dan politik. Lulusan Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang pernah dipercaya sebagai salah satu Ketua DPP Partai Demokrasi Kasih Bangsa (PDKB) ini sejak mahasiswa pun kerap diminta tampil di acara debat mahasiswa dan diskusi.

Seperti dikutip harian nasional “Suara Pembaruan” Edisi Sabtu-Minggu 8-9 Februari 2014 yang memuat profil Jonro I. Munthe di rubrik “Faith & Life”, mantan Ketua Litbang DPP PROJUSTISIA (Persekutuan Oikoumene Jurnalis Kristiani Indonesia) ini tak jarang tampil sebagai narasumber di Radio Pelita Kasih (RPK) 96,30 FM untuk topik-topik seputar gereja, sosial, dan politik. Ketua Presidium FORKOMA PMKRI dan Wakil Ketua Badan Hukum DPP Partai NASDEM, Hermawi Taslim, S.H. pernah mengatakan, tak bisa dipungkiri Jonro Munthe adalah salah satu tokoh muda Kristiani yang patut diperhitungkan, karena kiprahnya di media. Dan, ujarnya, Jonro pun bisa membuat Majalah NARWASTU ibarat “rumah bersama” untuk berkumpul bagi tokoh-tokoh Kristiani, baik dari Katolik maupun Kristen Protestan. Dan, katanya lagi, Jonro pula yang pertama kali menggagas pemberian award (penghargaan) setiap akhir tahun terhadap tokoh-tokoh Kristiani yang berkarya di tengah gereja, masyarakat, dan bangsa.
Pemberian award itu sudah ia lakukan di majalah yang dipimpinnya sejak 1999 lalu. Setiap NARWASTU menggelar acara ibadah Natal dan tahun baru, jangan heran kalau banyak tokoh dari berbagai latar belakang atau politisi Kristen hadir. Soalnya, majalah yang dipimpinnya memang cukup populer di kalangan warga gereja.

Jonro I. Munthe, S.Sos saat diwawancarai sejumlah wartawan di sebuah acara Majalah NARWASTU

Tak heran, kalau dia diidentikkan sebagai ikon media Kristiani, khususnya NARWASTU. Selain itu, majalah ini kerap mengadakan diskusi bersama tokoh-tokoh Kristiani. Diskusi itu dulu digelar Forum Diskusi Daniel Indonesia (FDDI), yang di dalamnya ada Penasihat Majalah NARWASTU berlatar belakang pemimpin gereja, politisi, pengacara, pengusaha, mantan anggota DPR dan jenderal purnawirawan.

Jonro menuturkan, melalui diskusi FDDI yang mereka adakan ia berharap para tokoh muda punya semangat untuk memikirkan persoalan masyarakat dan kebangsan. ”Melalui diskusi FDDI kami ingin mengajak sahabat-sahabat kaum muda peduli pada persoalan gereja, masyarakat, dan bangsa ini. FDDI terbentuk pada awal 2010 lalu,’’ terangnya.
Tokoh seperti Jakob Tobing, Sabam Sirait, Pdt. A.A. Yewangoe, Pdt. DR. Nus Reimas, Dr. J. Kristiadi, Dr. Tjipta Lesmana, Maruarar Sirait, Ir. Basuki Tjahaya Purnama, M.M. (Ahok), Martin Hutabarat, Gregorius Seto Harianto, Jakobus Mayong Padang, Hermawi Taslim, S.H., Prof. Irzan Tanjung (alm.), dan Jhonny Nelson Simanjuntak sudah pernah diundang berbicara di FDDI.
“Kita undang tokoh-tokoh senior yang kita anggap bisa memberi bekal dan bisa memberikan motivasi kepada kami kaum muda lewat sebuah diskusi interaktif,” papar Jonro yang masih berkeinginan menambah bekal ilmu, yakni ingin kuliah ilmu hukum dan memperdalam pengetahuan bahasa Inggris. Lantaran dikenal ”jurnalis plus” pada akhir 2009 lalu, Jonro mendapat predikat atau award dari Majelis Pers Indonesia (MPI) sebagai “Jurnalis Muda Motivator” yang diterimanya di Gedung Dewan Pers, Jakarta. Ayah tiga anak ini sejak mahasiswa memang sudah aktif dalam dunia jurnalistik.
Di samping itu, saat mahasiswa, suami dari Faridawati Rajagukguk ini giat melatih olah raga bela diri di kampusnya. Sejumlah prestasi diraihnya, ia pernah mengikuti kejuaraan silat antarmahasiswa se-ASEAN, dan pada Oktober 1993 lalu berhasil meraih medali emas di Kejuaraan Silat Antar-Master se-Jabodetabek. Dia pun pernah meraih Juara II dalam sanyembara penulisan artikel Kristiani pada 1997 yang diadakan Majalah “Kabar Baik.”
Semasa mahasiswa Jonro yang beribadah di Gereja GPIB Harapan Indah, Kota Bekasi, Jawa Barat, pernah menjadi kolumnis di Majalah Bona Ni Pinasa, media orang Sumut terbesar yang terbit di Jakarta. Tulisan-tulisannya pernah dimuat di sejumlah media nasional, termasuk tabloid Mutiara, yang kini tak terbit lagi.
Lantaran tulisannya yang dimuat di Mutiara pernah mengkritik penguasa Orde Baru kala itu yang memihak pada PDI Soerjadi pada Juli 1996 lalu, ia pun dipanggil petinggi kampusnya agar jangan ”melawan arus.’’ Karena saat itu kekuasaan Orde Baru sangat represif. “Sebagai jurnalis Kristen kita harus terus menyuarakan kabar baik. Kabar baik adalah suara kenabian, keadilan, kerukunan, kebenaran, dan kesejahteraan,” ujar pria yang sudah menulis tiga buku ini.
Bagi Jonro, hidup ini harus bermakna bagi sesama. Dia berprinsip, meskipun kita sibuk berkarier, tetapi persoalan kemasyarakatan, gereja, dan bangsa perlu dibahas dan dicari solusinya. “Sekecil apapun peran yang kita lakukan, itu perlu untuk kebaikan sesama. Hidup ini, kata Yesus, harus bermakna. Melalui media Kristiani pun kita punya peran yang tidak kecil untuk membangun masyarakat dan bangsa ini,” ujar Sekretaris Umum Keluarga Besar Perhimpunan Ompu Solonggahon Munthe, Boru dan Bere se-Jabodetabek ini.
Jonro menerangkan, sejak tamat SMP pada 1998 ia sudah hobi menulis. Lalu pada 1992 saat mulai kuliah tulisan-tulisannya mulai dimuat di beberapa media, dan honorariumnya bisa membantu uang kuliahnya. Pada 1994 ia ditawari Pak Tom Gultom (almarhum), pimpinan Majalah Bona Ni Pinasa untuk bergabung, tetapi ia memilih berkerja part time, karena ia masih kuliah. Pada 1996 ia magang di tabloid Mutiara yang dipimpin Pak Moxa Nadeak (almarhum), tokoh pers yang cukup vokal. ”Saya banyak belajar dari Pak Moxa selama magang,” ujar alumni Lembaga Pendidikan Pers Doktor Soetomo (LPPDS) Jakarta ini.
Pada 1997 lalu saat masih mahasiswa ia sudah bergabung di Majalah NARWASTU, karena diajak Dr. Victor Silaen (almarhum), dan dulu dosen dan pakar politik di Universitas Pelita Harapan, yang saat itu pemimpin redaksinya. Namun, karena ada dinamika sampai dua kali, karena persoalan manajemen, maka kepemimpinan di media ini berubah, tapi tetap NARWASTU punya ciri khas sendiri sebagai media Kristiani alternatif.
Nama NARWASTU sendiri diambil dari minyak yang harum, mahal harganya dan pernah digunakan seorang perempuan bernama Maria meminyaki kaki Yesus, lalu menyekahnya dengan rambutnya (Yohanes 12:3). Nama itu kemudian menjadi simbol pengorbanan dan kesungguhan dalam pertobatan, sehingga menjadi harum seperti minyak Narwastu yang terkenal itu.
Majalah NARWASTU sendiri tidak hanya bicara tentang doa, khotbah pendeta atau doktrin-doktrin Alkitab. “Tapi, kami pun membahas fenomena yang ada di masyarakat dan bangsa itu dari sudut atau nilai-nilai Kristiani, baik itu masalah politik, sosial, hukum, budaya, pluralisme, kebangsaan, pendidikan, teknologi maupun lingkungan hidup,” cetus Jonro.
“Saya masih harus banyak belajar untuk memimpin media cetak seperti Majalah NARWASTU. Terus terang, saya kagum dengan perjuangan Goenawan Muhammad yang mendirikan Tempo, Surya Paloh yang bisa membesarkan koran Media Indonesia dan Metro TV, Jacob Utama yang membesarkan Kompas dan beberapa tokoh pers dari Suara Pembaruan yang sebelumnya terbit dengan nama Sinar Harapan. Mereka bisa jadi sumber inspirasi untuk membangun media,” tukas Jonro yang pernah diundang Kantor Kementerian Polhukam pada tahun 2011 berbicara di dalam sebuah diskusi terbatas mengenai eksistensi media Kristen di dalam perannya untuk ikut serta membangun gereja, masyarakat, dan bangsa.
Bahkan, Asisten Deputi VII Menkopolhukam RI, Brigjen TNI Harsanto Adi bersama Kepala Bidang Humas Kementerian Polhukam dan Kepala Bidang Media Cetak Kementerian Polhukam RI pada awal 2013 lalu mendatangi kantor NARWASTU guna mengajak majalah yang dipimpinnya bekerja sama untuk mengadakan sebuah acara diskusi bersama media-media berbasis agama. Dan hingga kini Jonro tak berhenti menggelar diskusi yang mempertemukan tokoh-tokoh Kristiani dari semua denominasi.
Dia punya obsesi untuk menyebarkan keharuman para tokoh Kristiani lewat NARWASTU. Sebab, ada banyak tokoh Kristiani yang telah mengabdikan dan bekerja dengan sangat baik bagi masyarakat, gereja, dan bangsa, tetapi luput dari perhatian media masa umum. Lewat penghargaan-penghargaan terhadap para tokoh yang melalui seleksi ketat dan objektif itu, diharapkan dapat memotivasi tokoh bersangkutan untuk terus berkarya dan sekaligus menginspirasikan masyarakat lainnya untuk berperan serta dalam membangun gereja dan bangsa. Dan sejak awal April 2016 lalu, tokoh-tokoh Kristiani pilihan NARWASTU pun sudah punya wadah bernama Forum Komunikasi Tokoh-tokoh Kristiani Pilihan NARWASTU (FORKOM NARWASTU). FORKOM NARWASTU ini dipimpin Prof. Dr. Marten Napang, S.H. (Pakar hukum dan advokat senior) dan Sterra Pietersz, S.H., M.H. (Mantan anggota DPR-RI PDIP dan mantan Sekjen DPP PIKI).

FORKOM NARWASTU ini sekali tiga bulan bertemu untuk beribadah bersama dan berdiskusi tentang persoalan-persoalan gereja, masyarakat dan bangsa. Hasil diskusi ini disebarluaskan ke media massa, media sosial dan dikirimkan ke tokoh-tokoh nasionalis agar dibaca. “Jadi tokoh-tokoh Kristiani yang bergabung di FORKOM NARWASTU itu ikut memikirkan persoalan bangsa ini, dengan memberi pemikiran atau solusi, selain ikut berdoa untuk negeri ini. Dan sejak berdiri FORKOM NARWASTU sudah pernah mendiskusikan bahaya narkoba, terorisme, korupsi, fenomena pilkada dan persoalan yang hangat di negeri ini,” pungkas Jonro Munthe yang merupakan perekat di FORKOM NARWASTU. Beberapa waktu lalu, Jonro sudah ditawari sejumlah partai politik (parpol) nasionalis untuk tampil sebagai caleg, namun ia tidak bersedia karena ingin fokus di dunia penerbitan media. MK