Banten,Victoriousnews.com,-Kiprah Pdt. Dr. Junit Sihombing, M.Th sebagai Pembimas Kristen Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Banten dimulai sejak dilantik pada 14 Februari 2019. Sebelum menjabat sebagai Pembimas, Junit mengaku, perjalanan karirnya diawali dari titik nol. “Sebetulnya ketika saya masuk ke wilayah Banten pada tahun 2002. Pada waktu itu, kami memulai pelayanan dan ditempatkan di kawasan Tigaraksa dan menyandang jabatan gerejawi. Istri saya sudah duluan pendeta daripada saya, jadi lebih senior. Waktu itu saya masih Guru Injil. Nah, pada tahun 2002 itu kondisi Tigaraksa tidak seramai sekarang. Masih banyak hutan-hutan karet di situ. Saya bersama istri memulai pelayanan dari nol. Karena di Tigaraksa itu waktu itu jemaatnya baru 15 sampai 20 orang. Jadi kita hanya kontrak satu ruko dengan jemaat 20 orang ditempatkan disitu. Seiring berjalannya waktu, jemaat ini makin lama makin berkembang. Sehingga setahun kami ditempatkan disitu, sudah bisa membeli satu buah ruko di Tigaraksa,” ujar suami dari Pdt. Lisda Girsang (Gembala Jemaat GMI Betlehem) Tangerang.
Pada tahun 2003, Junit tak pernah terpikir jika akan menjadi seorang Pegawai Negeri. Sebab pada waktu itu, Banten baru disahkan sebagai Provinsi pemekaran dan berpisah dengan Jawa Barat. “Jujur, saya tidak pernah terpikir kalau mau jadi pegawai negeri waktu itu. Karena Banten sendiri baru jadi Provinsi pemekaran dan berpisah dengan Jawa Barat. Nah, tahun 2003 itu ada penerimaan pegawai besar-besaran untuk Kanwil Kementrian Agama Propinsi Banten. Kemudian saya ikut melamar di Kanwil Kementrian Agama 2003. Itu posisinya masing-masing Bimas Kristen stafnya hanya 1 orang yang diterima. Jadi Bimas Kristen 1 orang staf, Bimas Katolik 1 orang staf, Hindu 1 orang staf dan Budha 1 orang. Sedangkan yang muslim banyak formasinya. Nah pada 2003 itu Pembimasnya sudah ada, dikirim dari Jakarta ke Banten. Pada waktu itu Ibu Youke Singal, sebagai Pembimas pertama di Banten. Tahun itu ada penerimaan pegawai negeri, saya ikut seleksi. Pada waktu itu sekitar 30 sampai 40 orang yang Kristen pelamarnya. Ini bukan sedikit, tahun 2003 itu banyak sekali. Peminatnya banyak juga, sementara yang diambil cuma satu. Puji Tuhan saya masuk, satu-satunya dari Kristen dan diangkat jadi pegawai. Nah waktu saya melayani di Gereja Metodis, tidak boleh rangkap jabatan. Saya harus memilih. Mau lepas jabatan pegawai negerinya atau pimpinan jemaat. Akhirnya, saya pilih pegawai negeri dan biarlah istri saya saja yang jadi pimpinan jemaat,” ujar Pria yang lahirnya bertepatan dengan hari Pancasila 1 Juni.
Meski telah diangkat menjadi Pegawai Negeri, Junit tetap dilantik menjadi seorang pendeta di Lembang, Jawa Barat pada tahun 2005. “Karena status saya jadi Pegawai Negeri, tidak ditempatkan lagi dalam pelayanan. Saya di lantik menjadi Pendeta tahun 2005, di gereja metodis, Lembang Jawa Barat tahun. Jadi tahun 2003 saya jadi pegawai negeri, tahun 2005 saya jadi pendeta. Lengkap sudah, pegawai negeri sekaligus pendeta. Mulai dari situ, saya mengawali karier, ketika saya pendeta, saya banyak menjajaki gereja-gereja di kawasan Banten. Berteman dengan semua interdenominasi gereja. Jadi selama 19 tahun saya sebagai staf, sudah banyak sekali perjalanan saya di Banten ini. Siapapun pasti kenal saya dan menjalin komunikasi dengan mereka,” ungkap Papa dari Kevin Jonathan Sihombing yang kini genap berusia 48 tahun.
Setelah menekuni karirnya selama 19 tahun sebagai staf Bimas Kristen Banten, Junit sangat paham mengenai seluk-beluk kekristenan dan interdenominasi gereja di kawasan Banten. Mulai saat itulah pimpinan menilai, bahwa Junit layak untuk diangkat menjadi Pembimas menggantikan Ibu Nani Siahaan yang menjabat Pembimas selama 6 tahun. “Persisnya tanggal 14 Februari 2019, saya naik jabatan dan diangkat menjadi Pembimas Kristen menggantikan Ibu Nani Siahaan yang telah menjabat selama 6 tahun. Sebelum Ibu Nani adalah Ibu Youke Singal yang menjabat sekitar 12 tahun menjadi Pembimas dan saat ini sudah pensiun. Ibu Youke itu paling lama menjabat menjadi Pembimas. Jujur saja, saya bisa meraih jabatan itu, mungkin penilaian dari pimpinan. Pegawai Negeri itu kan pimpinan semua yang menilai. Ketika kita dipercayakan untuk jabatan itu ya kita harus siap. Sekarang sudah berjalan 3 tahun menjadi Pembimas dan sudah banyak mengenal semua gereja-gereja, melakukan komunikasi dengan umat juga bagus, jadi saya tidak kesulitan untuk bertugas. Karena Pembimas itu kan harus mengenal lahannya, tugasnya kan bimbingan, penyuluhan, dan pendampingan. Apalagi dengan tambahan label pendeta sudah semakin lengkap,” tandas Junit yang telah meraih gelar Doktor Teologia dari STT IKAT Februari 2021 lalu.
Sang Istri Mengubah Hidupnya
Sejak usianya masih belia, Junit sudah menjadi anak yatim, yaitu sang ayah meninggal ketika usianya menginjak umur 1 tahun. “Saya ini orang susah. Sejak kecil umur 1 tahun saya sudah menjadi anak yatim. Kemudian ketika umur 16 tahun saya sudah yatim piatu. Jadi hidup saya ini ditempa dengan kekerasan dan kesulitan. Bisa dibayangkan 16 tahun sudah yatim piatu dan baru tamat SMA. Saya kehilangan pondasi dalam hidup saya. Tetapi bersyukur karena Tuhan itu baik. Karena Alm Bapak saya ini adalah Majelis gereja dan menanamkan nilai-nilai kekristenan yang baik, ya saya ikuti saja. Sedangkan Almh ibu saya itu non Kristen asli Palembang, akhirnya Ibu masuk Kristen karena bapak saya menanamkan nilai-nilai kekristenan kepada Ibu. Dan saya juga tidak pernah terpikir menjadi pendeta. Hidup saja susah, mau jadi pendeta nanti tambah susah pikir saya,” papar Juni mengenang masa kecilnya.
Beruntung bagi Junit, meski dari kecil tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua, tetapi ia mendapatkan pekerjaan yang bagus di usianya masih muda. “Setelah tamat SMA itu kerja di yayasan sekolah terbesar milik Pak Siregar di Palembang. Waktu itu saya sebagai bendahara di tiga Sekolah yaitu: SMP, SMA dan SMK. Kalau dari segi keuangan pada waktu itu saya tidak kekurangan. Tetapi Tuhan panggil saya untuk menjadi seorang pendeta. Hati saya pun tidak nyaman. Akhirnya saya mengundurkan diri dari yayasan tersebut dan pergi ke Jakarta dan melanjutkan studi di Sekolah Teologia di STT Wesley Jakarta milik gereja Metodist yang sekarang berada di Sentul. Sekarang yang menjadi Rektor STT Wesley adalah mantan Dirjen Bimas Kristen Ibu Oditha Hutabarat. Saya adalah mahasiswa pertama yang belajar di sana,” tandas Junit.
Dalam menjalani bahtera rumah tangga, Junit merasa beruntung karena memiliki istri yang sangat sayang pada dirinya. “Istri saya juga menguatkan saya. Kenapa saya sangat sayang sama istri saya? Karena dialah yang mengubah hidup saya. Kalau saya tidak menikah dengan dia, saya tidak akan menjadi seperti ini. Dulu saya nakal sekali. Tapi, nakal saya itu bukan hal yang negatif, misalnya; tidak pernah main perempuan. Tetapi nakal saya itu karena saya sudah yatim piatu, hidup susah, kurang kasih sayang. Jadi istri saya inilah yang mengubah saya. Dan bagi saya dia adalah orang yang Tuhan pilih untuk mengubah hidup saya. Sampai sekarang dia selalu kuatkan saya,” ungkap Pria yang memiliki Motto Hidup “Diberkatilah orang yang mengandalkan Tuhan”.
Lanjut Junit, dalam hidupnya selalu mengandalkan Tuhan. “Jadi banyak orang yang mau menjatuhkan saya. Banyak orang yang menginginkan jabatan saya. Banyak orang yang iri kepada saya. Mungkin karena saya masih muda. Saya pikir, kalau tidak andalkan Tuhan tidak akan kuat. Tuhan adalah kekuatanku.Ketika ada tantangan, cobaan, orang yang mau menjatuhkan dan mendeskriditkan saya, maka saya tetap kuat,”katanya. SM/TT
Comment