Jakarta,Victoriousnews.com,-Pengurus Jemaat GKI Yasmin menegaskan dan membantah bahwa konflik telah selesai dengan upaya menghibahkan lahan relokasi untuk membangun gereja. Dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, (Selasa 15/6/21), mereka sepakat menolak direlokasi dan meminta Pemerintah Kota Bogor melaksanakan solusi yang diberikan putusan peninjauan kembali Mahkamah Agung dan Rekomendasi Wajib Ombudsman RI. “Klaim yang dinyatakan Bima Arya bahwa dia telah berprestasi menyelesaikan kasus GKI Yasmin yang sudah 15 tahun itu adalah sebuah kebohongan publik. Tidak benar bahwa kasus tersebut telah selesai. Yang paling gampang untuk menilai kasus apakah selesai itu, apakah putusan MA itu sudah dijalankan, diimplementasikan sehingga gereja bisa dipakai,” tutur Bona Sigalingging dalam konferensi pers secara virtual yang digelar di kantor Komnas Perempuan.
Lebih tegas lagi Bona menyampaikan, penyelesaian kasus GKI Yasmin dapat dilakukan melalui implementasi dari putusan Mahkamah Agung (MA) Nomor 127 PK/TUN/2009 tanggal 9 Desember 2010 dan rekomendasi Ombudsman RI tentang GKI Yasmin tahun 2011. Sebagai informasi, putusan MA yang dimaksudkan itu menyatakan izin bumi bangunan (IMB) GKI Yasmin sudah sah. “Yang paling gampang untuk menilai selesai atau tidaknya kasus GKI Yasmin adalah apakah IMB gereja GKI Yasmin sebagai dikatakan dalam putusan Mahkamah Agung tingkat peninjauan kembali yang juga disinggung dalam rekomendasi wajib Ombudsman RI 2011 itu sudah kembali berlaku,” ungkap Bona.
Lebih lanjut, Bona mengatakan, saat ini Gedung gereja GKI Yasmin yang berlokasi di Jalan KH Abdullah bin Nuh Kav 31, Taman Yasmin, Bogor masih disegel. Bahkan, IMB gedung tersebut juga masih belum aktif, yang dinilainya bertentangan dengan putusan hukum. “Karena, ya yang paling gampang melihat, gereja tersebut masih disegel dan IMB masih juga belum aktif sebagaimana apa yang ada dalam putusan MA,” ucapnya. Polemik kasus GKI Yasmin sudah terjadi sejak 2010 silam. Pangkal permasalahan tersebut adalah penolakan sejumlah masyarakat mengenai keberadaan gereja. Wali Kota Bogor saat itu, Diani Budiarto, memerintahkan Satpol PP Kota Bogor untuk melakukan penyegelan terhadap GKI Yasmin.
Baca Juga : KRONOLOGI 15 TAHUN PERJALANAN GKI YASMIN
Mewakili Jemaat GKI Yasmin, Sumantoro, mengungkapkan, bahwa, sejauh ini ia belum merasakan perkembangan yang signigikan terkait penyelesaian kasus GKI Yasmin. Ia juga mengklaim tidak diberi kesempatan untuk memberi solusi terkait hibah tanah relokasi yang diberikan Pemkot Bogor untuk GKI. “Kami tahunya di ujungnya. Kami memahami ini bukan solusi final, ini tindakan yang meniadakan perjuangan Yasmin selama ini. Kami sebagai jemaat dan pengurus GKI Yasmin telah resmi mengirim surat, merespon bahwa kami tidak setuju adanya hibah, dan relokasi yang dilakukan Wali Kota Bogor Bima Arya,” papar Sumantoro dalam konpers via virtual.
Sebelumnya, untuk menyikapi konflik GKI Yasmin, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menghibahkan lahan seluas 1.668 meter persegi untuk pembangunan gedung Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin. Lokasi lahan yang disiapkan itu terletak di Jalan Abdullah Bin Nuh, Cilendek Barat. Bima berharap, dengan hibah lahan ini maka konflik bisa tuntas dan tidak ada lagi cap intoleransi yang dialamatkan kepada warga Kota Bogor. “Lima belas tahun kita bersama-sama mencurahkan energi dan konsentrasi atas usaha menyelesaikan konflik yang terus menjadi duri dari toleransi,” ucap Bima, seusai menyerahkan Berita Acara Serah Terima (BAST) Hibah Lahan, di GKI Pengadilan, Minggu (13/6/2021) yang lalu. “Hari ini adalah bukti komitmen Pemkot Bogor untuk memastikan hak beribadah. Komitmen dan janji Pemkot Bogor untuk menuntaskan persoalan tempat ibadah bagi saudara-saudara kita,” ujar dia. Hibah lahan ini merupakan tindak lanjut dari Keputusan Walikota Bogor Nomor 645.45-137 Tahun 2011 tentang Pencabutan Keputusan Walikota Bogor Nomor 645.8- 372 Tahun 2006 tentang IMB atas nama GKI Pengadilan Bogor yang terletak di Jalan Abdullah bin Nuh Nomor 31, Curug Mekar, Bogor Barat, Kota Bogor. SM
Comment