Jakarta,Victoriousnews.com,- Isu hoax yang dihembuskan oleh warganet di media sosial mengenai Build Operate Tranfer (BOT) RS PGI Cikini, Jakarta Pusat beberapa bulan terakhir membuat gerah pengurus Yayasan Kesehatan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (Yakes PGI). Menyikapi hal tersebut, pengurus Yakes PGI menggelar konferensi Pers melalui zoom untuk menjelaskan kepada publik secara gamblang mengenai isu-isu RS PGI. Tampak hadir dalam dalam Konpers di Grha Oikumene PGI, Jalan Salemba Raya 10, (Senin, 26/7) adalah: Ir. Chris Kanter (Ketua Yakes PGI Cikini), Dr. David Tobing, S.H. (Sekretaris), Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM (Bendahara), Dr. Hotman Paris Hutapea, S.H, Pdt. Jackvelyn Frits Manuputty (Sekum PGI), dan Pdt. Krise Gosal (Wakil Sekum PGI).
“Apa urusan mereka itu mempersoalkan Rumah Sakit PGI, sedangkan mereka bukan pemilik tanah. Lalu bagaimana legal standing mereka, itu mesti jelas. Dan apa urusan mereka dengan pengurus yayasan. Pengurus yayasan itu majikan. Dan kalau tak senang dengan BOT ini bikin rumah sakit sendiri saja,” tandas pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea ketika ditunjuk menjadi kuasa hukum Yakes PGI.
Pada kesempatan itu, Hotman juga mengingatkan agar orang yang membuat berita bohong di media sosial harap berhati-hati. Karena akan ada tindakan hukum. “Akan ada pula hukum perdata, pidana dan undang-undang ketenagakerjaan yang bicara dalam masalah ini. Saat ini ada banyak rumah sakit yang canggih dan milik konglomerat. Sehingga kita berharap agar Rumah Sakit Cikini ke depan lebih baik,” tukas Hotman.
Sementara itu, Constant M. Ponggawa, S.H., L.LM, menjelaskan bahwa, mekanisme BOT yang dilakukan pengurus Yayasan Kesehatan PGI Cikini sudah dibicarakan di Sidang Raya PGI di Waingapu, NTT (2019). Dan perjanjian kerjasama dengan PT. Famon Awal Bros Sedaya (Primaya) semata-mata untuk membuat rumah sakit ini agar semakin modern dan pelayanannya lebih baik bagi masyarakat luas. “Namun bentuk kerjasama ini, ironisnya diusik dengan berita-berita hoax dan fitnah di medsos. Makanya terpaksa menyikapi ini dengan menggelar jumpa pers. Keberadaan RS PGI Cikini tidak boleh dijaminkan ke bank dan visi misi PGI dalam kegiatannya tetap dipertahankan seperti semula. Saya meminta pihak-pihak yang memperkeruh situasi ini supaya menarik semua laporan-laporannya ke aparat hukum. Kalau tidak, hal ini pun akan diproses ke ranah hukum. Di media sosial itu, diisukan bahwa PGI dan Yakes RS PGI telah menjual tanah RS PGI Cikini yang terletak di Jalan Raden Saleh, Jakarta, ke pihak ketiga. PGI maupun Yayasan RS PGI Cikini tetap berusaha untuk merangkul dan menjelaskan serta melakukan sosialisasi, baik secara langsung maupun tidak langsung bahwa tuduhan dan pemberitaan yang dilakukan di sosmed adalah hoax dan tidak benar. Dan kerjasama BOT tidak lain dan tidak bukan hanyalah untuk melakukan pembangunan dan modernisasi RS PGI Cikini yang bangunannya sudah sangat tua dan peralatan medisnya sudah sangat ketinggalan jaman dengan tujuan utama adalah melakukan peningkatan pelayanan masyarakat dengan tetap memperhatikan visi misi RS PGI Cikini,” tutur Pria yang akrab disapa Nino Ponggawa ini.
Senada dengan Nino, Sekretaris Umum PGI, Pdt. Jackvelyn Frits Manuputty, juga mengungkapkan bahwa BOT Rumah Sakit Cikini semua sudah dibicarakan dan diputuskan di sidang-sidang PGI. “Saya prihatin karena ada berita-berita di media sosial yang berupaya merongrong kewibawaan PGI, dan berupaya membunuh karakter orang-orang di dalam PGI. Padahal dengan BOT ini sebenarnya ada panggilan kesaksian gereja di bidang kesehatan. Dan semua yang terkait dengan BOT Rumah Sakit PGI dilaporkan pada semua gereja-gereja anggota PGI,” pungkasnya. SM
Comment