Jakarta,Victoriousnews.com,-Di era kepemimpinan Pdt. Dr.Rubin Adi Abraham.,M.Th, MA sebagai ketua umum BPP GBI telah melakukan berbagai macam terobosan dalam ladang pelayanan; baik secara internal maupun secara ekternal kepada masyarakat luas maupun bangsa Indonesia. Menurut Pdt. Rubin, GBI telah memiliki Asosiasi Pendidikan yang telah lama bentuk dan sudah mengumpulkan lebih dari 100 sd 150 lembaga pendidikan yang tersebar di seluruh Indonesia, mulai dari tingkatan paling bawah PAUD, SD, SMP, SMA sampai perguruan tinggi. “Selain itu, di bidang sosial GBI telah membentuk persekutuan dokter GBI dan itu juga tersebar di seluruh Indonesia yang nantinya akan ditingkatkan mulai dari Balai kesehatan, klinik kemudian sampai ke RS. Nah itu kita rancangkan. Dalam penangan masalah sosial, GBI memiliki TAGANA (Taruna Siaga Bencana) Rajawali untuk yang siap diterjunkan ketika terjadi bencana alam. Begitu ada banjir, gempa bumi mereka langsung turun. Tagana Rajawali ini sebetulnya bekerjasama dengan kemensos. Program Kemensos, tapi yang Kristiani diwadahi dalam Tagana Rajawali,” papar Pdt. Rubin Adi menyambut hangat silahturahmi tahun baruan belasan wartawan Perwamki di Graha Bethel (Rabu, 26/1/22) dengan menerapkan protokol kesehatan ketat, yakni tes antigen sebelum masuk ruangan.
ki-ka: Pdt. Yosafat Mesakh,S.Th (Sekum BPP GBI) dan Pdt. Dr. Rubin Adi Abraham (Ketum BPP GBI)
Hal senada disampaikan oleh Sekum BPP GBI, Pdt.dr. Yosafat Mesakh, bahwa Tagana Rajawali ini telah melakukan aksi kemanusiaan di berbagai tempat di Indonesia. Mulai gempa bumi, banjir, tanah lonsor, letusan gunung berapi, dan tsunami. Tagana Rawajali pasti ada, hadir dan berbuat secara kemanusiaan tanpa membedakan agama. “Anggota Tagana yang sudah dilatih 9000 orang. Mereka itu adalah orang-orang yang langsung terjun di situasi-situasi yang diperlukan,” ujar Pdt. Yosafat.
Lebih lanjut lagi, Pdt Rubin mengatakan, bahwa di tengah pandemi Covid saat ini GBI memiliki peranan yang besar di setiap daerah di Indonesia. GBI memiliki 5 s/d 6 ribu anggota Tagana yang siap terjun kemana-kemana. “Selain bidang sosial, saat ini GBI mengembangkan pelayanan orang-orang yang berada di marketplace. Kita tidak harus orang yang pengusaha besar. Tetapi orang sederhana pun yang bukan rohaniwan, mereka yang berada di gereja lokal itulah kita perlengkapi dengan pemahaman firman. Bagaimana kita bisa melakukan peran kita berbisnis secara jujur dan alkitabiah. Kita membuat kelompok-kelompok yang memperhatikan orang-orang secara ekonomi untuk membuat pelatihan-pelatihan terutama di kantong-kantong Kristen,” papar Pdt. Rubin menambahkan bahwa saat ini GBI telah memiliki jemaat berjumlah 3 juta lebih yang tersebar di seluruh Indonesia hingga mancanegara.
Ketika ditanya mengenai rencana pemindahan Ibukota Negara, apakah kantor sinode GBI juga akan pindah ke Kalimantan Timur? “Saya pribadi dan juga banyak rekan-rekan hamba Tuhan menyambut baik pemindahan Ibukota negara. Karena Jakarta tidak menjadi pusat segala-galanya tetapi perlu diatur. Kami merundingkan apakah dengan kantor sinode GBI akan pindah ke Penajam. Jawabannya tidak. Sinode GBI tetapi di Jakarta. Kenapa? Walaupun GBI lahir di Sukabumi tapi kebanyakan orang-orangnya adalah di Jakarta dan Bandung. Contohnya kalau Gereja Kristen Minahasa di Manado, dia kan tidak perlu pindah ke Penajam, karena memang dari dulu sudah di sana. Memang kita sudah merancangkan membuat perwakilan GBI di Ibukota baru, tetapi kantor sinodenya tetap di Jakarta,” pungkas Pdt. Rubin Adi yang mengaku tidak mengambil gaji selama menjabat sebagai ketua Umum Sinode. SM
Comment