Jakarta,Victoriousnews.com,- Sekolah Tinggi Teologi Samuel Elisabeth (STT Samuel Elisabeth) menggelar perayaan Natal di Mall Bassura City, Bassura Function Hall, Lantai 3, Jalan Jendral Basuki Rachmat No. 1A, Cipinang, Cipinang- Jantinegara Jakarta Timur, (Jumat, 16/12/22).

Perayaan Natal bersama yang mengusung tema “I am your Manger”,-Akulah Palunganmu, ini selain dihadiri para mahasiswa, dosen, pimpinan STT, alumni STT Samuel Elisabeth serta tamu undangan dari Bamagnas. Acara tersebut juga diisi dengan sejumlah kesaksian pujian dari Paduan suara Mahasiswa-masiswi, drama musikal serta paduan suara alumni STT Samuel Elisabeth
Secara harafiah, kalimat “I am your Manger” ‘ atau diterjemahkan Akulah palunganmu bisa dimaknai sesuatu yang indah dan sedap untuk didengar. Namun, sejatinya, palungan itu adalah tempat yang kotor dan sangat menjijikkan. Karena merupakan wadah makanan ternak di kandang. Tetapi Yesus raja diatas segala raja Dia rela turun ke dunia untuk mengambil palungan itu.
Demikian dikatakan oleh Pdt Edy Wagino, M.Th mengawali khotbahnya, dengan tema I am your Manger (Akulah Palunganmu) di hadapan para mahasiswa dan alumni STT Elisabeth.
Pdt Edy kemudian mengajak jemaat untuk membaca Injil Lukas 2: 7 tentang ‘Akulah palunganmu’. Menurutnya, peristiwa itu bukanlah sesuatu yang secara kebetulan terjadi karena semua merupakan kehendak dan rencana Tuhan. “Dalam pembacaan firman Tuhan tersebut, ada dua pesan penting yang tersirat melukiskan kejadian ini. Pertama, mari jadikan kelahiran Yesus di palungan sebagai tempat mencari keselamatan bukan sekedar mencari makanan jasmani saja. Kedua, palungan bayi berbicara tentang tempat yang seharusnya bersih. Hati kita jangan tercemar dan kotor agar Tuhan hadir dalam hidup kita,” ungkap Pdt. Edy yang juga alumni Magister Teologi STT Samuel Elisabeth.
Pdt Edy yang juga penasehat Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (Perwamki) ini mengajak seluruh jemaat agar menjadi terang di manapun mereka berada. “Bangkitlah menjadi teranglah, agar kita dapat menerangi dunia yang gelap ini,” tukasnya.

Ketika ditemui wartawan seusai acara, Gembala Sidang GBI Bassura City, Pdt. Budi Subekti Yuwono, M.Th berharap STT Samuel Elisabeth semakin maju, mahasiswa dan lulusannya menjadi palungan yang tidak berguna menjadi berguna luar biasa. “Bisa menjadi titik tolak yang baru bagi anak-anak generasi muda di STT ini untuk benar-benar melihat bahwa suatu saat mereka pasti dipakai Tuhan luar biasa. Sungguh-sungguhlah belajar dan melihat pada Yesus,” tukas Pdt. Budi yang juga salah satu pengurus Perwil GBI Jakarta Timur.
Lanjut Pdt. Budi, berdirinya GBI Basura ini diawali dari sebuah sekolah Mpu Tantular 17 tahun yang lalu. “Kemudian kami pindah ke Mal Basura ini sekitar 6 tahun yang lalu (2016). Kita melayani jemaat yang sederhana, benar-benar orang yang susah secara ekonomi. Bahkan banyak sekali jemaat kami yang sudah tua, dan tiap bulan kita berikan bantuan sembako. Nah ketika akan pindah ke Mal Bassura ini, kita hanya berdoa saja. Setiap kali lewat Mal ini, kita tumpang tangan dan katakan, Tuhan kami mau pindah ke sini. Kita tidak tahu harga sewa disini mahal. Padahal sebelumnya, ibadah dengan jemaat yang sederhana, pemasukan juga sederhana. Pada akhirnya Tuhan bisa bawa kami pindah ke Mal Bassura ini adalah mujizat. Ternyata setelah berjalan 5 tahun lebih, segala kebutuhan Tuhan cukupkan. Jika kita berharap sungguh-sungguh kepada Tuhan, pasti semuanya dicukupkan,” ujar Pdt. Budi sembari menambahkan kini jemaatnya mencapai 400 jiwa.

Sementara itu, Ketua Yayasan Samuel Elisabeth, Pdt, Dr. Jhon Piter Tobing, M.Mis berharap momen natal ini dapat memberi kekuatan dan semangat baru bagi semua orang termasuk STT Samuel Elizabeth. “Biarlah kita menjadi palingan, dan kehadiran Yesus membangkitkan kami, agar STT Samuel Elisabeth ke depan bisa turut serta membangun bangsa ini,” papar Jhon sembari menambahkan bahwa STT Samuel Elisabeth didirikan 14 tahun yang lalu.
Lanjut Jhon, saat ini mahasiswa STT Samuel Elisabeth yang masih dalam proses studi berjumlah 60 orang dan alumni sekitar 200 orang. “Sejak tahun 2008, kita sudah menggelar wisuda ke 10,” ujar Jhon seusai acara perayaan Natal.
Mengapa namanya STT Samuel Elisabeth? ” Nama itu diambil dari anak-anak saya. Saya punya anak 4. Yang pertama bernama Vera Elisabeth. Kedua, Irene Elisabeth. Ketiga, Samuel Hasiholan. Keempat, Debora Elisabeth. Jadi akhirnya sudah lengkap laki- laki dan perempuan sama-sama dipakai Tuhan untuk melayani. Jadi nama itulah yang kami jadikan nama STT sampai saat ini,” pungkat Jhon. SM