Jakarta,Victoriousnews.com,-Terinspirasi dengan tema Natal PGI tahun 2022, “…maka pulanglah mereka ke negerinya melalui jalan lain,” (Mat 2:12), mulai tahun 2023 Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) menetapkan misi pelayanan “Membangun Kembali Rumah Besar GKSI Melalui Jalan Lain”. Misi ini semakin mantap setelah mengikuti perhelatan Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL PGI) di Balikpapan, Kalimantan Timur beberapa waktu lalu. “Tema Natal PGI itu sangat bagus. Ini mirip dengan persoalan yang dihadapi oleh GKSI saat ini,” ujar salah satu pendiri sekaligus Majelis Tinggi GKSI, Willem Frans Ansanay.,S.H.,M.Pd saat dijumpai di kantornya, Jl.Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jakarta Timur, Sabtu (11/2/2023).
Frans Ansanay mengakui, menguatnya misi “Membangun Kembali Rumah Besar GKSI Melalui Jalan Lain” itu merupakan hasil dari sidang MPL PGI di Balikpapan, Kalimantan Timur, terutama ketika dirinya berbincang-bincang dengan Ketua Umum MPH PGI, Pdt, Gomar Gultom, M.Th mengenai persoalan dualisme kepemimpinan sinode GKSI sejak tahun 2014. Dalam perbincangan tersebut, Frans terus mendorong agar terjadi perdamaian atau rekonsiliasi di tubuh GKSI, namun sayangnya selalu mendapat penolakan dari pihak sebelah (GKSI Daan Mogot). “Secara manusia kita patut berdamai dengan siapa saja. Saya tentu perlu menyampaikan bahwa secara pribadi/perorangan kami tidak punya persoalan dengan teman kami di sebelah (kelompok Pdt. Matheus). Jadi menurut saya, mungkin secara fisik langsung, yang bersangkutan tidak menerima, tetapi sebagai orang percaya dalam doa, kita mendoakan dan memaafkan yang bersangkutan. Serta memohon Tuhan mendamaikan kita. Itu jauh lebih penting, daripada kita bersalaman tetapi kita masih munafik,menipu diri sendiri,” tandas Frans sembari menambahkan bahwa setiap sidang PGI, kedua belah pihak diundang hadir sebagai peninjau.
Kemudian Frans membeberkan langkah-langkah dalam rangka penyelesaian dualisme kepemimpinan yang telah dilakukan sejak tahun 2014 sampai saat ini. “Sejak tahun 2014, Sidang Istimewa GKSI, terus membuka ruang untuk menyelesaikan secara ke dalam (internal). Salah satu bukti yang paling otentik adalah struktur kepengurusan yang dipilih dalam sidang istimewa GKSI bulan November 2014, dan sidang sinode november 2015, adalah memasukkan para pendiri sebagai Majelis Tinggi dalam struktur organisasi. Artinya kita tidak membuang teman yang sama-sama mendirikan GKSI. Kemudian di dalam Rakernas selalu membahas rekonsiliasi, berdamai dan mengikuti saran PGI maupun kementrian agama (Dirjen Bimas Kristen), bahwa gereja harus berdamai. Sayangnya teman-teman di sebelah, sejak tanggal 5 Januari 2018 tim PGI mempertemukan kedua belah pihak, mereka menyatakan berpisah. Disitu merupakan puncak perpecahan. Disitulah kita mendengar langsung, bahwa sinode GKSI versi Pdt. Matheus Mangentang yang meminta pisah. Alasan pisahnya, mereka merasa bahwa pengikutnya lebih banyak. Kalau merasa pengikutnya lebih banyak, mereka merasa berhak diterima di PGI. Sementara PGI tidak punya konsep banyak atau sedikit, tapi PGI punya konsep berdamai, sebagai pendeta-pendeta gereja Tuhan wajib hukumnya untuk berdamai,” ungkap Frans merasa bersyukur kini GKSI telah memiliki 180 gereja lokal di seluruh Indonesia, termasuk 1 gereja lokal di Balikpapan, Kaltim.
Aset apa sebenarnya yang dipersoalkan oleh GKSI versi Daan Mogot? “Kemana-mana GKSI Daan Mogot selalu menjual cerita alasan menolak rekonsiliasi perdamaian karena ketakutan nantinya aset-aset mereka direbut. Ini khan aneh, harusnya kita membawa, bukannya mengambil ketika datang ke rumah Tuhan (Gereja). “Jadi saya tegaskan, kami (GKSI Rekonsiliasi) tidak akan mengambil aset yang mereka klaim kalau mereka membentuk sinode baru silakan. Bahkan bila perlu, jika minta tanah atau uang akan saya berikan. Lagipula di GKSI itu dari dulu ada di seluruh Indonesia bersifat mandiri, yang mana aset milik mereka bukan milik GKSI pusat,” papar Frans menambahkan dalam waktu dekat ini Ketum PGI akan memanggil pihak GKSI Daan Mogot untuk menyelesaikan persoalan ini.
Sekedar informasi, sinode GKSI berdiri sejak 21 November 1988 dipimpin oleh Pdt. Dr. Matheus Mangentang, sebagai ketua sinode. Sejak pecahnya sinode GKSI pada tahun 2014, Pdt. Matheus Mangentang memimpin sinode GKSI versi Jl.Daan Mogot hingga sekarang. Sedangkan sinode GKSI Rekonsiliasi dipimpin oleh Pdt. Marjiyo. Kemudian dalam Rakernas GKSI 2021, Pdt, Dr. Iwan Tangka, M.Div menggantikan Pdt. Marjiyo sebagai Ketua Sinode GKSI rekonsiliasi.SM
Comment