Jakarta,Victoriousnews.com,-Hari Lahir Pancasila yang diperingati setiap tanggal 1 Juni ditetapkan sebagai hari libur nasional di era pemerintahan Presiden Jokowi. Hal itu tertuang berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila. Penetapan ini bertujuan agar pemerintah dan seluruh lapisan masyarakat terus mengingat bahwa Pancasila sebagai Ideologi & falsafah negara yang dapat mempersatukan beragam suku, agama, etnis dan golongan. “Pancasila adalah hasil dari kesepakatan nasional yang di dalamnya ada Bhinneka Tunggal Ika. Para founding father yang mempersiapkan kemerdekaan itu telah sepakat walaupun kita berbeda, tetapi tetap bersatu. Adanya falsafah ideologi negara, Pancasila itu dijadikan sebagai penuntun, pegangan hidup berbangsa dan bernegara. Demi kesatuan dan keutuhan sebuah Negara yang dibentuk sesuai kesepakatan yang bulat, maka tanggal 1 juni 1945 dijadikan sebagai hari lahir Pancasila,” tukas Dr.John N Palinggi,MM.,MBA yang juga Ketua Harian Badan Interaksi Sosial Masyarakat (BISMA), Kamis (31/5/2023).
Menurut John, perjalanan Pancasila itu juga mengalami berbagai macam pencobaan. “Sebelum era reformasi, saya sendiri dididik sebagai penatar Pancasila di tingkat Propinsi. Kemudian saya juga dididik sebagai penatar di tingkat nasional, Manggala BP7 (Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila). Waktu itu BP7 dipimpin oleh Pak Sarwo Edhie. Dalam penataran BP7 itu saya juga mensosialisasikan 36 butir Pancasila yang tidak boleh dilanggar. Sayangnya, dalam perjalanannya, BP7 yang mengkaji masalah bagaimana mensosialisasikan Pancasila itu justru dibubarkan. Saat itu saya terkejut, kok bisa dibubarkan, padahal dengan jelas Pancasila itu yang mempersatukan malah diabaikan. Bagaimana kita berdemokrasi kalau tidak ada ideologi dan platform berbangsa & bernegara. Ironisnya di era itu, banyak orang yang ngomong Pancasila, tapi kelakuannya tidak senonoh (tidak terpuji). Mulai dari oknum pejabat negara hingga oknum anggota legislatif pun sama kelakuannya tidak mencerminkan falsafah Pancasila,” papar pria kelahiran 1 Juni bertepatan dengan hari lahir Pancasila.
Setelah BP7 dibubarkan, lanjut John, memang ada upaya kelompok yang mencoba untuk merubah ideologi Pancasila menjadi ideologi lain. Tetapi karena mayoritas tokoh bangsa masih berpikir rasional dan ingin bangsa ini tetap utuh, maka tetap berkomitmen mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara. “Kemudian di era Pemerintahan Jokowi, dibentuk lagi BPIP (Badan Pengkajian Ideologi Pancasila) yang diketuai oleh Ibu Megawati Soekarnoputri. Namun sayangnya, pembentukan badan ini tidak melibatkan orang-orang yang mempunyai pengalaman panjang dan pengetahuan mendalam tentang Pancasila itu sendiri,’ tukas Ketua Umum Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang & Distributor Indonesia (ARDIN).
Lanjut John, Pancasila itu tidak bisa dijadikan slogan saja, tetapi harus diamalkan dalam kehidupan berbangsa & bernegara. Hal ini bisa dimulai dari pejabat Lembaga Eksekutif, Yudikatif hingga Legislatif itu harus menjadi teladan dalam mengimplementasikan perilakunya sendiri dengan mempraktikkan 5 sila dalam Pancasila. Apakah anda sebagai pejabat negara memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi? Atau justru sebaliknya,semena-mena kepada masyarakat? Bagaimana kita bicara keadilan sosial, kalau wakil rakyat sendiri mengambil uang negara atau korupsi? Bagaimana anda menggalang persatuan beda suku agama tetapi mengisukan saling hina agama. Anda berbicara Pancasila tetapi masih ada orang yang mengais sampah baru bisa makan, sementara banyak oknum kepala daerah, Gubernur, dan Bupati bisa makan mewah di hotel,” tegas John yang dianugerahi gelar bangsawan dari sejumlah kerajaan di Indonesia seperti; Keraton Surakarta- Jawa Tengah, , Kesultanan Kutai Kartanegara- Kalimantan Timur, Kerajaan Buleleng- Bali, serta penghargaaan sebagai tokoh dari berbagai suku.
Pancasila itu “Rumah Bersama” Sebagai Perekat Seluruh Komponen Bangsa
Penasehat KADIN DKI Jakarta ini menilai, peringatan hari lahirnya Pancasila, bukan sekedar seremonial dan rutinitas setiap tahunnya tetapi mewarnai semua peraturan perundangan yang berlaku di Indonesia.
Bahkan dengan tegas, John menyebut bahwa Pancasila masih aktual dan dibutuhkan hingga saat ini. Semua itu didasari oleh pandangan dan pengalamannya, dimana Pancasila adalah rumah bersama sehingga wajib dipelihara. “Pancasila sebagai rumah bersama, marilah hidup saling hidup rukun, saling mendukung, menghargai dan mengasihi. Saya berharap pada hari lahir Pancasila 1 Juni 2023 ini, kita saling rukun dan damai bangsa ini berdasarkan falsafah negara. Karena falsafah ini sangat baik hanya saja pada tataran implementasi itu harus efektifitas pemahaman dan rasa sayang warga negara terhadap Pancasila. Kalau efektifitas itu bisa dicapai melalui keteladan para aparatur negara dan lainnya. Jadi intinya adalah, keteladanan akan membantu masyarakat dan rakyat Indonesia akan sayang dengan Pancasila. Tapi manakala keteladan ini membusuk diberbagai pemerintahan, maka, langsung tidak langsung dikatakan sebetulnya sedang mengoyak ngoyak Pancasila. Sekali lagi, hindari saling menghina terhadap sesama. Mari kita bersatu rukun dan damai berdasarkan Pancasila,” pungkas Pengusaha nasional yang bebas Visa bepergian ke luar negeri di 18 negara (kerja sama ekonomi Asia Pacific : Apec Business Travel Card). SM
Comment