Victoriousnews.com,-Jombang selain mendapatkan julukan Kota Santri juga dikenal sebagai kota toleransi. Disebut sebagai kota santri karena banyaknya pondok pesantren besar di hampir seluruh penjuru mata angin kota. Di wilayah ini juga lahir dan berkembangnya Organisasi Islam terbesar di Indonesia yakni Nahdlatul Ulama (NU). Perikehidupan di dalam masyarakatnya sungguh kondusif dan bebas dari konflik-konflik horizontal berbasis suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Hal ini menjadi suatu kebanggaan dan juga modal yang menjadikan Jombang sebagai salah satu kota toleransi.
Dari Jombang telah lahir banyak tokoh nasional baik yang berkiprah di bidang pemerintahan, sosial, budaya, ekonomi bisnis, milter dan agama. Keberadaan mereka membarikan banyak kontribusi tidak hanya untuk untuk Jombang namun juga untuk Indonesia bahkan dunia. Salah satu tokoh yang fenonemal adalah Abdurrahman Wahid atau kerap disapa Gus Dur. Selain tokoh- tokoh agama Islam, ternyata ada tokoh Kristen sebagai cikal bakal kekristenan Jawa di Indonesia. Tokoh tersebut adalah adalah Coenrad Laurens Coolen atau tuwan Kolem atau mbah Coolen. Dia seorang Indo, ayahnya seorang Eropa dan ibu seorang putri Jawa.
“Saya ingin menemukan sosok yang menggambarkan seorang Kristen Nusantara, dari beberapa literatur yang saya baca barulah saya ketahui bahwa C.L. Coolen atau yang terkenal dengan sebutan Mbah Coolen merupakan sosok Kristen Nusantara yang saya temui” kata Gus Aan mengawali diskusi tentang Hari Toleransi sedunia yang diadakan di Kedai Sufie pada hari Senin ( 20/11/2023). ” Pada saat menjadi pemimpin di persil Ngoro Mbah Coolen memberikan kebebasan kepada para pekerjanya untuk menjalankan agamanya, dan dari sinilah kita ketahui cikal bakal Toleransi antar umat beragama di kota Santri” Lanjut Gus Aan yang merupakan ketua Gusdurian Jombang.
“Coolen mempunyai latar belakang budaya yang dipengaruhi oleh ibunya yang merupakan putri bangsawan Keraton Mataram, sehingga dalam menyampaikan kekristenan mengalir menggunakan kearifan budaya Jawa yang sangat bisa diterima oleh masyarakat Jawa masa itu,”ungkap Wiryo Widianto yang juga Ketua DPD Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (Perwamki) Jawa Timur.
“Mbah Coolen telah memberikan contoh yang baik mengenai kehidupan bertoleransi dengan tidak melarang membangun tempat ibadah apapun selain dia sangat peduli dan berjiwa sosial yang tinggi, salah satunya ketika terjadi kelaparan di Jawa Timur, Mbah Coolen dapat menyediakan beras bagi ribuan orang dengan cara menjual beras dengan harga yang sangat murah” terang Mas Wiwid panggilan akrab Wiryo Widianto yang merupakan penulis buku Kyai Paulus Tosari dan beberapa tokoh Kristen Jawa.
Menurut pendeta Suyono, Coolen adalah tokoh Misionaris Kristen yang mengkabarkan Injil dengan cara berbeda dengan orang- orang Eropa pada saat itu, karena menggunakan Budaya Jawa untuk mendekati masyarakat yaitu melalui media wayang dan tembang, meskipun Mbah Coolen memiliki kekurangan juga menurut iman kristen yaitu memiliki istri lebih dari satu, namun memiliki peranan besar untuk perkembangan ke-Kristenan di tanah Jawa”.
Sementara itu menurut pendeta Tri Kridhaningsih, Coolen adalah sosok yang sangat pintar dimana dia dapat menggunakan budaya untuk mengajarkan kekristenan, selain itu beliau juga mengajari masyarakat untuk bertani atau bercocok tanam dengan benar sehingga pada waktu itu di wilayah Ngoro masyarakatnya makmur”. “Dalam beragama itu dapat beriringan dengan budaya, sehingga terjalin toleransi dan saling menghormati diantara masyarakat,” lanjut Pendeta Kridha.
“Toleransi di kota Santri sudah terjalin sejak jaman dulu, Ini menunjukkan bahwa walaupun ada perbedaan dalam memeluk suatu agama namun dalam kehidupan bermasyarakat terjalin secara harmonis hal ini bisa menjadi contoh bagi kita semua”. Pungkas Gus Aan dalam acara diskusi ini yang di moderatori oleh Nur Nasya, jurnalis Gusdurian. SM/Wid
Comment