Yesaya Suharsono (Ketum Yayasan Cahaya Sinar Bangsa): Gerakan Pangan Pancasila Sebagai Solusi Ketahanan Pangan Nasional

Nasional, News2954 Views

Jakarta,-Victoriousnews.com,-Ketahanan pangan nasional adalah kemampuan suatu bangsa dan negara untuk menjamin ketersediaan pangan untuk mencukupi kebutuhan rakyat secara nasional. Hal ini berkaitan dengan pertanian, peternakan, perikanan dan pastinya dengan mutu yang baik, aman dan sehat. Ketersediaan stock produk ini tentu sangat penting dan harus siap untuk bangsa, negara serta rakyat secara nasional. Demikian dikatakan oleh Dewan Pengawas DPP Gerakan Pembumian Pancasila (DPP GPP), Yesaya Suharsono, seperti dilansir dalam acara membumikan Pancasila yang bekerjasama antara TV Desa dengan Gerakan Pembumian Pancasila (2/2/22). “Kewajiban negara adalah untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat. Pastinya tujuannya adalah untuk mensejahterakan rakyat. Bagaimana rakyat bisa tenang, kalau kondisi perutnya kosong atau lapar?. Seperti pengalaman pandemi covid saat ini. Kita semua kan sudah mengalami pandemi. Mungkin kebutuhan yang lain masih bisa dicancel (ditunda), tetapi kalau masalah perut dan kesehatan tidak bisa ditunda,” ujar Pendeta Yesaya Suharsono yang juga Ketua Gerakan Indonesia Bangkit dan Ketua Umum Yayasan Cahaya Sinar Bangsa ini.

Yesaya Suharsono (Ketua Umum Yayasan Cahaya Sinar Bangsa) Ketika tampil sebagai narasumber di acara Gerakan Ketahanan Pangan di TV Desa (Rabu,2/2/22)

Suharsono menilai, bahwa saat ini pemerintah sangat serius dalam meningkatkan ketahanan pangan secara nasional. Hal itu dapat dilihat dari berbagai program yang sejalan dan berkaitan dengan sumber daya, produksi, produsen, serta infrastruktur yang dibuat oleh pemerintah. Dimana pemerintah telah mempermudah untuk membuat jalur transportasi. “Keseriusan pemerintah juga bisa dilihat, dibuatnya foodstate di beberapa daerah. Foodstate itu adalah suatu lahan di beberapa tempat, termasuk di Kalimantan, Maluku, dll. Foodstate adalah suatu area pertanian khusus yang dipersiapkan untuk ketahanan pangan. Nah, keseriusan pemerintah juga dilihat dari mengurangi impor, dengan tujuan untuk meningkatkan produk-produk lokal. Kebijakan-kebijakan seperti koperasi, UMKM dan masih banyak lagi. Inilah yang perlu didukung oleh kita. Sebagai warga negara kita pastinya harus mendukung. Kita harus bersama-sama bergerak, bersinergi dengan pemerintah,” papar Yesaya Suharsono yang juga menjabat Ketua Komisi Lintas Agama Persekutuan Gereja Gereja & Lembaga Injili Indonesia (PGLII).

Keseriusan pemerintah inilah, mendorong Yesaya Suharsono untuk menginisiasi gerakan T2OB (Ternak & Tani Organik Bersinar) yang bertujuan sebagai suatu gerakan untuk mendampingi para petani. “Saya melihat bahwa kesadaran dan antusias masyarakat selama pandemi mempunyai inisiatif dan kesadaran untuk bersama-sama membangun ketahanan pangan ini. Orang yang semula malas berkebun di rumah, tetapi dengan kondisi pandemi, jadi terpaksa untuk menanam sayur, dan sebagainya. Bagaimana caranya? itulah yang kita edukasi, kita ajak bercocok tanam hidroponik,  dengan pot, dan sebagainya. Mungkin kalau kita tanam sendiri untuk kebutuhan sendiri akan lebih dari cukup. Pertanyaannya apakah tetangga kita cukup? Inilah caranya agar kita saling berbagi dan bergotong royong perhatian antar sesama,” tukas Suharsono yang juga menjabat Ketua Umum Koperasi Indonesia Gunung Mas.

Selama pandemi corona terjadi, lanjut Suharsono, kesadaran berbagai komunitas maupun kelompok untuk gerakan membantu pemerintah itu terus terjadi. “Hal itu dibarengi dengan kebijakan pemerintah, seperti UMKM, koperasi, dan pembiayaan yang membuat masyarakat lebih semangat lagi. Dalam prakteknya inilah kita harus betul-betul serius. Justru ketika masa pandemi, di sektor pertanian banyak yang kaya mendadak. Misalnya ada orang yang kena PHK di bidang lain, kemudian masuk ke pertanian, malah diberkati di pertanian. Itu kan luar biasa, ternyata di pertanian itu lebih cuan secara khusus,” ungkapnya.

Meski demikian, lanjut Suharsono ke depan kita harus persiapkan dengan banyaknya produk, bagaimana cara menjualnya. “Bagaimana marketnya? Ini yang harus kita pikirkan bersama. Mulai dari hulu sampai hilir harus kita pikirkan bersama. Selain itu, berkaitan dengan masalah harga. Kadangkala kasihan petani, prduknya dibeli murah. Sehingga pada saat masa panen pun bingung mau dijual kemana. Tapi saya percaya ke depan, jika ada kebijakan mengurangi impor dari luar negeri ini produk lokal kita bisa terjual pastinya dengan kualitas dan mutu yang baik,” tandasnya. SM

Selengkapnya silakan buka youtube link TV Desa:

https://www.youtube.com/watch?v=MUt2MyZOOFM&t=1274s