Pluralisme agama-agama merupakan salah satu isu yang menonjol di dunia saat ini. Sebagian besar Negara /masyarakat diperhadapkan kepada situasi yang hampir sama dimana hubungan yang harmonis antar agama menjadi kebutuhan sangat penting dan mendesak, demi terciptanya stabilitas dalam masyarakat. Bila hubungan antar agama-agama dapat dibangun dan dikembangkan dengan baik akan menjadi potensi yang besar dan membangun bagi kemajuan Negara/masyarakat. Sebaliknya jika tidak, hal tersebut akan menjadi potensi konflik yang besar dalam masyarakat.
Dalam konteks di Indonesia kesadaran dan pemahaman yang benar tentang pluralisme agama-agama mesih perlu terus menerus dikembangkan. Sebab beberapa konflik yang terjadi dalam masyarkat waktu yang lalu membuktikan bahwa hubungan antar agama-agama di Indonesia belum sepenuhnya berjalan baik. Pluralisme teleh menjadi ciri esensial dari dunia dan masyarakat sekarang. Dunia telah menjadi satu dan menjadi sebuah komunitas kecil dimana umat manusia hidup bersama di dalamnya. Kelompok-kelompok masyarakat hidup saling berhubungan, saling tergantung satu terhadap yang lain.
Semua agama-agama selalu saling berinteraksi satu sama lain. Hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi seluruh umat beragama, dan bagi umat Kristen di Indonesia perlu menjawab tantangan tersebut secara benar sebagai evaluasi terhadap pokok-pokok teologi Kristen yang selama ini tidak dipahami dengan tepat. Menurut Harald Coward” menegaskan hubungan antara agama Kristen dan agama-agama lain merupakan salah satu persoalan pokok dalam pemahaman diri orang Kristen. Interaksi dengan agama-agama lain dapat menjadi semacam indikator bagi umat Kristen sediri. Untuk memahami secara utuh supaya tidak menjadi sumber konflik di kemudian hari. Hubungan dengan agama-agama lain menjadi bagian penting bagi teologi Kristen pada masa mendatang. Sebab itu dalam membahas beberapa pokok penting tentang teologi Kristen dalam kaitannya dengan pokok-pokok teologi Kristen dalam kaitannya dengan pluralisme agama-agama. Dalam realita adanya pokok-pokok teologi Kristen yang cenderung dipahami secara eksklusif. Hal ini berdampak langsung terhadap cara umat Kristen memahami pluralism agama-agama. Pokok-pokok teologi Kristen yang utuh didasarkan pada kebenaran Alkitab, dengan tujuan untuk memahami pluralism agama-agama secara lebih baik dan benar. Diharapkan peran serta umat Kristen menjadi nyata dalam menghadirkan, “Damai Sejahtera Allah”, di tengah-tengah masyarakat yang terdiri dari penganut agama/kepercayaan yang berbeda-beda.
Ekseklusivisme Teologi Kristen. Pemahaman teologi Kristen yang cenderung eksklusive sering dinyatakan sebagai pangkal dari timbulnya hambatan-hambatan bagi umat Kristen untuk bersikap secara benar terhadap pluralisme agama-agama. Terdapat beberapa pokok teologi Kristen yang menonjol yang cenderung dimengerti secara eksklusif.
Contoh; Kristologi. Kristologi merupakan bagian yang sangat penting dalam teologi Kristen. Umat Kristen khususnya dalam kalangan injili, mengakui Kristus sebagai Pribadi yang unik. Kristus tidak hanya sekedar seorang nabi, tetapi Kristus mempunyai kedaulatan yang sangat istimewa baik dihadapan Bapa maupun manusia. Alkitab memberi bukti-bukti sangat menyakinkan bahwa Kristus adalah jalan keselamatan agar dapat datang kepada Bapa, (Yoh 3:16); (KPR 4:12). Kristus mempunyai segala kuasa di surga dan di bumi (Mat 28:18). Teologi Kristen menolak segala macam sinkretisme dan dialog yang menyatakan secara tidak langsung bahwa Kristus berbicara dengan cara yang sama melalui semua agama dan teologi, karena itu berarti menghina Kristus dan Injil.
Yesus Kristus, anak Manusia satu-satunya yang telah memberikan diriNya sebagai tebusan bagi pendosa, dan perantara satu-satunya antara Allah dan manusia. Tidak ada nama lain yang olehnya kita pasti diselamatkan, sabagai jalan dan kebenaran dan hidup. (Yoh 14 :6). Tuhan Yesus Memberkati!***