JAKARTA,Victoriousnews.com,-Setiap tanggal 10 November pasti kita diingatkan kembali dengan hari Pahlawan—sebuah hari yang bersejarah bagi perjalanan bangsa Indonesia. Momentum inilah kita jadikan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah rela mati serta berani berkorban harta demi memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan. Sebab goresan sejarah mencatat, bahwa perjuangan gigih dan pantang menyerah adalah ketika bertempur mati-matian melawan tentara Inggris di Surabaya. Walaupun kala itu pejuang yang dipimpin oleh Bung Tomo hanya menggunakan beberapa pucuk senjata dan bambu runcing. Tetapi semangat para pejuang kita tak gentar melawan penjajah yang notabene memiliki senjata modern.
Bagaimana memaknai semangat Pahlawan di era saat ini? Menurut Pdt. Oke F Supit,SH., MH., MBA memaknai semangat “Pahlawan” itu harus dimulai dari ruang lingkup kecil, yaitu; seseorang yang berani berkorban dan bermanfaat bagi orang lain. “Kadangkala kita merasa, jika melakukan hal kecil yang berdampak bagi orang lain itu tidak bisa disebut pahlawan. Padahal sebenarnya kita sudah menjadi pahlawan bagi orang lain dan diperlukan orang lain. Maksudnya, apa yang kita perbuat dengan menolong dan membantu orang lain itu namanya Pahlawan. Kita harus sadar bahwa manusia itu harus selalu hidup sosial, mengerjakan sesuatu untuk orang lain. Dan membuat keuntungan bagi orang lain. Misalnya, menjadi pahlawan keluarga, pahlawan terhadap istri/suami, pahlawan terhadap anak/orang tua, pahlawan lingkungan dan sebagainya. Sedangkan jika ruang lingkupnya besar, misalnya secara nasional, itu ada pahlawa nasional yang dulu telah berkorban dan gugur dalam medan perang, atau berkorban membela bangsa dan Negara,” tutur Pria kelahiran 10 Oktober 1944 yang ditemui di sebuah pusat perbelanjaan di kawasan Pluit (Selasa, 05/11).
Lanjut suami almh. Raesita Supit, memaknai semangat pahlawan jika kaitkan dengan aspek rohani, tentu tidak lepas dari kata kasih. “Pertama, kita harus meningkatkan keimanan dengan kebajikan. Kebajikan itu adalah melakukan sesuatu yang baik. Bukan untuk kepentingan kita tetapi untuk kepentingan orang lain dan kita juga ikut merasakan. Kedua, meningkatkan kehidupan dengan pengetahuan. Kenapa pengetahuan? Supaya kita bisa tahu betul, ajaran yang baik atau tidak baik. Ketiga, kita harus menguasai diri. Jangan sampai sombong dan angkuh. Keempat, Ketekunan dan sabar. Untuk mencapai segala sesuatu itu kita harus sabar dan tekun. Orang yang sukses adalah orang yang tekun. Kelima, Kesalehan. Kita harus tahu hidup ini adalah untuk masa depan, ketika mati untuk masuk sorga. Keenam, mengasihi keluarga. Ketujuh, Mengasihi semua orang. (2 Pet 1:5-8). Itulah tujuan hidup kita sebagai orang percaya. Sekali lagi, pahlawan itu harus bermanfaat bagi orang lain. Dan kita sendiri menikmatinya, merasa puas dan bahagia. Soal pengangkatan pahlawan daerah, nasional dan sebagainya itu hanya sebutannya saja,” pungkas Pdt. Oke yang beberapa waktu lalu genap berusia 75 tahun. SM