Jombang,Victoriousnews.com,-“Bingaha, Sisaha, Caosna Pisungsungmu”–Dalam suka maupun susah, berikan persembahanmu (1 Tes 5:8). Begitulah tema hari raya undhuh-undhuh (hari raya panen) yang diusung Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) jemaat Mojowarno pada hari Minggu, 8 Mei 2022. Acara yang digelar di Gedung serbaguna ini tampak dihadiri Wakil Bupati Jombang (Sumrambah), Ketua Majelis Jemaat GKJW Mojowarno (Pdt. Muryo Djajadi,S.Th), Camat Mojowarno, Kapolsek dan Danramil 0814/15 Mojowarno, Kepala Desa Mojowangi, Kepala desa Mojowarno serta jemaat GKJW Mojowarno.
Karena masih dalam masa pandemi covid-19, perayaan Hari Raya Undhuh-Undhuh tahun ini digelar secara sederhana yaitu dirancang dalam bentuk miniature, dihiasi beragam hasil panen, buah-buahan, sayuran, maupun kebutuhan pokok. Riyaya undhuh-undhuh ini diikuti oleh 7 blok, yaitu: Blok Rumah Sakit Kristen Mojowarno (RSKM), Blok Mojowarno, Blok Mojowangi, Blok Mojotengah, Blok Mojoroto, Blok Mojojejer dan Blok Mojodukuh.
Pesta hari raya undhuh-undhuh atau dikenal “Riyaya Undhuh-undhuh” adalah salah satu tradisi yang terbentuk dari perjumpaan tradisi Jawa dan ajaran Kristen. Riyaya ini diselenggarakan sejak 1930 setiap satu tahun sekali oleh umat Kristiani Jemaat Gereja Jawi Wetan Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang. Kata “Undhuh-undhuh” berasal dari bahasa Jawa yaitu undhuh yang artinya memetik. Riyaya ini mengandung makna persembahan rasa syukur kepada Tuhan yang telah memberikan rahmat kepada umat-Nya, sehingga panen dapat berhasil.
Sebelum pandemi covid, kegiatan riyaya undhuh-undhuh umat Kristiani ini, telah menjadi pesta rakyat yang diikuti oleh berbagai kalangan dan umat beragama. Bahkan pada tanggal 14 Mei 2006 tercatat ada 4000 orang yang menghadiri riyaya undhuh-undhuh tersebut. Hal ini merupakan bentuk toleransi antar umat yang dapat dijadikan panutan di tengah panasnya konflik agama yang kerap terjadi saat ini. Arti penting tradisi undhuh-undhuh adalah menghargai karunia dari Tuhan, antara lain berupa hasil yang diperoleh dari bumi dan pekerjaan para jemaat sehari-hari. Rasa syukur yang diwujudkan dalam perayaan undhuh-undhuh dilakukan dengan cara berbagi antar sesama.
Pada kesempatan tersebut, Pendeta Muryo Djajadi S.Th (Ketua Majelis Jemaat GKJW Mojowarno), dalam kata sambutannya, mengatakan, bahwa hari raya Undhuh-Undhuh merupakan bentuk ungkapan rasa syukur atas kelimpahan yang diberikan kepada Tuhan Yang Maha Esa berupa panen hasil bumi yang telah diterima umat Kristiani jemaat GKJW Mojowarno. Selanjutnya akan dilelang dan hasilnya akan digunakan untuk operasional gereja.
Pendeta Muryo mengajak kepada jemaat GKJW Mojowarno untuk terus bersyukur atas pemberian Tuhan. Sehingga umat Kristiani bisa menikmati rejeki untuk keluarga, kehidupan dan kedamaian. Lanjut Muryo, oleh karenanya kita bisa terus memperbaiki kehidupan yang mengabarkan kedamaian kepada umat dan jadilah umat Kristiani yang memberikan manfaat kepada sesama. “Dengan perayaan unduh–unduh ini kami dengan rasa syukur menyerahkan hasil bumi dengan tulus. Dan saya berdoa agar kita semua diberikan keberkahan yang banyak,” tandasnya.
Wabup Jombang, Sumrambah Resmikan Gedung Pusat Kegiatan (GPK) GKJW Mojowarno
Sementara itu, Wakil Bupati Jombang, Sumrambah, mengungkapkan, meskipun perayaan Undhuh-Undhuh tidak semeriah seperti tahun tahun sebelum covid, tetapi kita tetap mensyukuri nikmat Tuhan. Karena saudara-saudara kita bisa melaksanakan perayaan Hari Raya Undhuh-Undhuh dengan penuh Bahagia. “Undhuh undhuh adalah sebuah kegiatan yang dilaksanakan oleh para jemaat GKJW setiap tahun ini adalah sebuah bentuk persembahan hasil bumi, dan ini sudah dilakukan sejak dulu oleh umat Kristiani, serta ini adalah sebuah bentuk perwujudan toleransi antar umat,”ujar Wabup Jombang Sumrambah dalam kata sambutannya.
Wabup Sumrambah meminta seluruh lapisan masyarakat yang ada di Jombang untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Sesama umat beragama saling bahu membahu demi kebersamaan dan terwujudnya negara Indonesia yang aman tentram dan damai khususnya di kabupaten Jombang. “Tradisi perayaan undhuh -undhuh merupakan tradisi ikon GKJW Mojowarno dengan toleransi kerukunan umat beragama saling menghormati dan tradisi ini harus dikembangkan dan dipertahankan. Kedepannya tahun 2023 di usahakan perayaan undhuh – undhuh lebih meriah dan lebih besar,” terangnya.
Ketika ditanya mengenai apakah undhuh-undhuh berpotensi menjadi salah satu obyek wisata religi? Wabup Sumrambah menjawab dan memuji bahwa undhuh-undhuh itu merupakan hasil karya umat Kristiani Mojowarno yang luar biasa. “Ini karena masih berada di masa pandemi saja. Kalau bukan pandemi sebenarnya bukan hanya sebagai wisata religi. Tetapi unduh-undhuh adalah wujud sebuah pelajaran toleransi beragama yang luar biasa. Dulu sebelum pandemi, saya tahu persis bahwa ketika umat Kristiani mempersiapkan bangunan semacam ogoh-ogoh yang akan diarak, begitu meriah bahkan antusiasnya umat lain terutama umat Muslim ikut membantu dalam proses pembuatannya,” ungkap Wabup yang kerap disapa Mas Rambah.
Lanjut Wabup, disini maknanya bukan hanya sebuah perayaan undhuh-undhuh atau sekedar ritualnya. Tapi, filosofinya yang luar biasa dan pelajaran toleransinya yang harus kita dapatkan. “Undhuh-undhuh itu bisa menjadi wisata religi maupun wisata toleransi,” papar Sumrambah.
Pada kesempatan tersebut, bertepatan dengan perayaan Undhuh undhuh, Wabup Jombang Sumrambah juga meresmikan Gedung Pusat Kegiatan GKJW Mojowarno, hasil bantuan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Propinsi Jatim SW Nugroho dari Fraksi Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan. “Dengan rasa syukur ini pula kita resmikan gedung pertemuan ini dan semoga di tahun 2023 warga GKJW Mojowarno bisa melaksanakan perayaan Undhuh-undhuh dengan lebih meriah” ucap Mas Rambah.
Sebelum mengikuti pelelangan hasil bumi, Wabup Sumrambah menerima bingkisan kasih atau cinderamata berupa 3 buku terkait sejarah Undhuh-Undhuh dan perjalanan pelayanan berdirinya GKJW Mojowarno. Tiga buku karya Wiryo Widianto (Ketua DPD Perwamki Jatim) berjudul: Riyaya Undhuh-Undhuh, Kyai Paulus Tosari, dan Jellesma ini diserahkan secara langsung oleh Pdt.Muryo Djajadi kepada Wabup Sumrambah. Di penghujung acara, pada saat pelelangan hasil bumi, Wabup Sumrambah tampak gembira ketika memenangkan lelang sebuah bunga anggrek seharga 3 Juta Rupiah. SM