Jakarta,Victoriousnews.com-– Di tengah puing-puing berserakan dan udara yang masih menyisakan bau asap, harapan kembali menyala di RT 017 RW 04, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.
Pada hari Sabtu (14/6/25), belasan relawan dari Badan Musyawarah Antar Gereja Nasional (BAMAGNAS) dan Yayasan Sosial Keagamaan Kristen Indonesia (YASKI) hadir dengan senyum, hati yang penuh kasih, dan tangan-tangan yang siap menolong.
Mereka datang bukan hanya membawa obat dan sembako, tetapi juga membawa kepedulian yang tulus kepada para korban kebakaran yang kehilangan rumah mereka tepat di Hari Raya Idul Adha, 6 Juni lalu. Sebanyak 3200 jiwa dari 800 kepala keluarga terdampak dalam kebakaran besar yang meluluhlantakkan kawasan padat penduduk itu. Meski tak ada korban jiwa, namun trauma batin mereka tampak masih terasa begitu dalam.
Wujud Kepedulian Terhadap Sesama
Dalam kegiatan bakti sosial ini, BAMAGNAS dan YASKI memberikan layanan pengobatan gratis dan membagikan sembako serta peralatan mandi kepada sekitar 200 warga terdampak. Relawan mengenakan rompi biru, bekerja bahu membahu dengan tim medis untuk melayani masyarakat tanpa membeda-bedakan latar belakang.
Ketua Umum BAMAGNAS, Pdt. Dr. Japarlin Marbun, yang hadir langsung di lokasi, menegaskan bahwa kehadiran mereka adalah wujud nyata kepedulian terhadap sesama. “Kami hadir bukan hanya untuk memberikan bantuan, tetapi juga untuk memberi pengharapan. Kami ingin mereka tahu bahwa mereka tidak sendiri,” ujar Japarlin
Japarlin menambahkan bahwa BAMAGNAS dan YASKI telah melakukan aksi serupa di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari bencana alam di Pulau Jawa, Sumatra, NTT dan masih banyak lagi. Sejak terbentuk pada 2014 (BAMAGNAS) dan 2018 (YASKI), kolaborasi keduanya telah menjadi sumber penghiburan bagi banyak korban bencana.
Pada kesempatan itu, Henny E. Dondocambey, SE, Direktur Operasional YASKI sekaligus Bendahara Umum BAMAGNAS, serta Sekjen BAMAGNAS Pdt. Dr. Hence Bulu dan ketua Bamagnas DKI Jakarta Pdt. Dr. Elider Tampubolon, turut hadir menunjukkan solidaritas yang kuat.
Warga Berharap Pemerintah Bantu Bangunkan Rumah
Sudiono, Ketua RW 04 Kapuk Muara, mengaku menyaksikan langsung bagaimana kobaran api menghanguskan ratusan rumah dalam waktu singkat di hari suci Idul Adha, 6 Juni 2025 siang.
“Yang tersisa hanya Musholla, walaupun setengahnya terbakar tapi masih berdiri di tengah hamparan puing. Sisanya rata dengan tanah. 3200 jiwa, 800 kepala keluarga, semua kehilangan tempat tinggal,” ujar Sudiono.
Menurut Sudiono, sebanyak 2200 jiwa kini mengungsi di Pos Induk sementara sisanya menempati musholla dan tenda-tenda darurat. Meski tak ada korban jiwa, luka batin dan ketidakpastian masa depan masih membayangi mereka setiap hari.
Dalam kondisi yang serba terbatas, kehadiran sejumlah pejabat tinggi negara menjadi angin segar di tengah duka. Mulai dari Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, Wakil Presiden Gibran Rakabuming, Menteri PUPR, hingga Wali Kota Jakarta Utara, telah mengunjungi lokasi kebakaran.“Pak Gubernur datang langsung dan menyalurkan bantuan kebutuhan pokok. Kami sangat menghargai itu. Tapi harapan kami, jangan hanya bantuan sementara. Warga ingin kembali ke rumah mereka, membangun kembali kehidupan mereka dari titik nol,” ujar Sudiono dengan nada penuh harap.
Ia menekankan pentingnya dukungan dari pemerintah untuk mempercepat proses relokasi atau pembangunan kembali rumah warga di lokasi yang sama. “Ini satu-satunya tempat yang kami punya. Kalau bukan di sini, ke mana lagi? Kami minta agar warga bisa kembali membangun rumahnya di tanah ini,” tambah Ketua RW Sudiono yang membawahi 17 RT di Kapuk Muara.
Cuaca yang tak menentu juga menjadi kekhawatiran tersendiri. Sudiono menjelaskan bahwa para pengungsi, terutama lansia dan anak-anak, mulai menunjukkan gejala gangguan kesehatan akibat kondisi tempat tinggal yang tidak layak.“Kadang hujan, kadang panas. Tenda-tenda tidak cukup untuk melindungi semua. Kalau dibiarkan terlalu lama, warga bisa jatuh sakit,” tuturnya.
Meski begitu, Sudiono tetap menyampaikan rasa terima kasih atas semua bentuk bantuan yang datang, baik dari pemerintah maupun lembaga-lembaga sosial seperti BAMAGNAS dan YASKI.“Kami tahu tidak mudah. Tapi setiap bentuk perhatian, sekecil apa pun, sangat berarti bagi kami saat ini. Ini bukan sekadar soal sembako atau obat-obatan, tapi soal perasaan bahwa kami tidak dilupakan,” pungkasnya.
70 Persen Warga Korban Kebakaran Mengalami Gangguan Kulit
Menurut tim medis yang dipimpin dokter Zuma, ada sekitar 70 persen warga yang berobat mengalami gangguan pernapasan dan kulit. Mereka diberikan obat seperti cetrizine dan bedak salisyl, serta layanan pemeriksaan lengkap dari pendaftaran hingga terapi. “Setelah dilakukan diagnosa, sekitar 70 persen warga terdampak kebakaran ini mengalami gatal-gatal, disusul ISPA dan tekanan darah tinggi sekitar 30 persen,” tukas dokter Zuma.
Di tengah antrean pengobatan, Amid (76), seorang kakek mengaku senang mengikuti pengobatan gratis untuk korban kebakaran.
“Saya tidak tahu harus bilang apa. Ini sangat membantu kami. Terima kasih BAMAGNAS dan YASKI, semoga Tuhan membalas semua kebaikan ini,” ucapnya sambil tersenyum penuh syukur. SM