Victoriousnews.com— Angin sejuk di kawasan wisata religi Patung Yesus Buntu Burake, Makale Tana Toraja kini membawa pesan penting: toleransi bukan hanya kata, melainkan tindakan nyata. Pemerintah Kabupaten Tana Toraja bersama Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan para tokoh masyarakat mengambil keputusan penting: menghentikan pembangunan Musholla yang tidak mengantongi izin di area wisata religi tersebut.
Keputusan tersebut diambil dalam sebuah pertemuan yang digelar di Kantor Bupati Tana Toraja, Jumat (13/6), dan dipimpin langsung oleh Wakil Bupati Erianto Laso’ Paundanan. Dalam suasana yang hangat namun tegas, disampaikan bahwa pembangunan mushola yang tengah viral itu belum memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta belum mendapatkan rekomendasi dari FKUB.
“Negara kita adalah negara hukum. Karenanya, kita juga harus mentaati hukum yang berlaku,” tegas Wakil Bupati Erianto, mengajak seluruh pihak untuk menjunjung tinggi aturan demi menjaga keharmonisan antarumat beragama.
Sumber yang hadir dalam pertemuan tersebut menyebutkan bahwa diskusi berlangsung dalam suasana kondusif dan penuh pengertian. “Semua pihak bisa menerima keputusan ini dan siap melaksanakannya, termasuk membongkar tiang-tiang bangunan yang sudah berdiri,” ujar sumber tersebut yang enggan disebutkan namanya.
FKUB sendiri membenarkan bahwa belum pernah menerima permohonan resmi terkait pembangunan tempat ibadah tersebut. Hal yang mengejutkan adalah peletakan batu pertama oleh Kapolres Tana Toraja, AKBP Budi Hermawan, yang dilakukan tanpa sosialisasi kepada warga maupun persetujuan dari tokoh masyarakat setempat.
“Sangat disayangkan tindakan Kapolres yang secara sepihak melakukan peletakan batu pertama. Kami kaget karena tidak ada pemberitahuan sebelumnya, padahal lokasi itu merupakan kawasan wisata religi umat Kristiani,” ujar beberapa tokoh masyarakat dengan nada prihatin.
Situasi ini memantik gelombang reaksi dari berbagai pihak. Seruan ‘Copot Kapolres’ menggema dari sejumlah elemen masyarakat yang menilai tindakan AKBP Budi Hermawan sebagai bentuk pengabaian terhadap kearifan lokal dan prosedur hukum.
Meski begitu, di balik kisruh ini, keputusan yang diambil hari ini menjadi pelajaran penting tentang arti toleransi sejati. Bahwa hidup berdampingan bukan hanya soal saling menghormati, tetapi juga tentang keberanian untuk taat pada aturan demi kebaikan bersama.
Kini, sambil menunggu tindak lanjut dari pihak berwenang, tiang-tiang yang sempat berdiri tegak di lereng Bukit Buntu Burake akan segera dirubuhkan—bukan sebagai simbol perpecahan, tapi sebagai bukti bahwa masyarakat Tana Toraja masih memilih jalan dialog, hukum, dan kasih antarumat manusia.SM