Dasar Pengampunan Kristen (Matius 6:14)

News, Opini5281 Views
Pdt. Dr. Berthie L Momor

Tidak ada sukacita yang lebih besar dari saat kita mengetahui bahwa dosa-dosa kita diampuni dan keselahan-kesalahan kita tidak diperhitungkan. Dari Daud, nyanyian pengajaran “Berbahagialah oran yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”. (Maz 32:1); (Efesus 4:32).

Pengampunan yang kita terima ini memiliki dampak yang sangat istimewa. Kita bebas dari hukuman Allah, dibebaskan dari segala kutuk; dipersekutukan dengan Tuhan sendiri; dapat masalah damai sejahteraNya, diperkenankan masuk kerajaanNya, dan menjadi ahli warisNya. Tetapi sebaliknya dosa membuat seseorang kehilangan damai sejahtera, dan tidak dapat menikmati tanpa terlebih dulu memberikan dosanya di hadapan Tuhan. Jadi, suatu kebohongan besar jika seseorang berkata bahwa ia dapat menikmati damai sejahtera Allah, sementara ia belum membereskan dosa-dosanya di hadapan Allah. Tuhan akan terus berperkara terhadap orang-orang yang belum membereskan dosa-dosanya. Dalam kasih Yesus dapat dibenarkan bagaimana Tuhan dapat berperkara dengan Yunus sampai Yunus kembali kepada panggilanya untuk memberitakan berita pertobatan kepada penduduk Niniwe, kemanapun Yunus pergi, Tuhan tetap mengejarnya sampai ia membereskan dirinya dengan Tuhan. Juga demikian dengan Naomi, ia meninggalkan Betlehem dan pergi ke negerikafir sehingga membuka peluang terhadap iman yang salah. Tuhan berperkara dengan wanita ini sehingga suami dan anaknya meninggal, sampai Naomi kembali ke Betlehem lagi, dan Tuhan memulihkannya, (Rut 1:18-22).

Dalam kisah anak terhilang, dapat kita lihat bahwa pemberontakan terhadap bapanya dapat membuahkan penderitaan, malu, kerugian dan kemiskinan bagi dirinya. Tetapi melalui penderitaan itu pula ia diingatkan akan bapanya, sehingga muncul keinsafan dan pertobatan yang membuatnya kembali ke rumah Bapanya (Lukas 15:17-21). Dengan demikian kita tahu bahwa penderitaan memang dapat menjadikan Allah sebagai alat untuk menguji kita. Tetapi dapat juga digunakanNya untuk mendisiplinkan orang-orang yang tidak mau dibereskan diri dihadapanNya, sehingga akhirnya mereka dapat disadarkan dan kembali kepadaNya. Dosa membuat seseorang kehilangan damai sejahtera, dan tidak dapat menikmati hidup.

Hati Nurani ( KPR 24:16). Sebab itu aku senantiasa berusaha untuk hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah dan menusia, (KPR 24:16). Hari nurani  dalam teks asli Alkitab dapat diatikan sebagai sesuatu yang dapat diketahui atau dipahami. Pada umumnya hati nurani dapat diartikan sebagai suatu dorongan keinsafan batin yang dimiliki seseorang yang dapat menentukan seseorang untuk mengambil keputusan.  Hati nurani dapat menghayati tentang apa yang baik dan yang buruk, yang berhubungan dengan tingkah laku konkrit seseorang. Hal ini jelas menunjukan bahwa manusia memiliki kesadaran yang memungkinkannya memiliki kebebasan sebagai mahluk yang bertanggung jawab terhadap terhadap Allah. Oleh karena itu, hati nurani harus selalu memperoleh pengaruh yang positif dari luar, baik itu pengaruh kebudayaan maupun pengaruh lingkungan. Harus dipertegas bahwa suara hati lebih bersifat subyektif karena keputusan dan sikap batin kita sangat dipengaruhi oleh diri sendiri (pribadi).

Suara hati mencerminkan segala pengertian dan prasangka kita sendiri karena ternyata suara hati bersumber pada diri sendiri (Pribadi). Dala hal ini kita tidak boleh menyamakan suara hati naruni sama seperti suara Allah, tetapi slalu hati nurani yang murni berhubungan dengan yang ilahi (Hukum taurat tertulis). Hati nurani juga bersifat personal dan adi personal, yang bersifat personal, karena selalu berkaitan erat dengan pribadi yang bersangkutan. Sedangkan yang bersifat adi personal karena seolah-olah melebihi pribadi kita yang  merupan instansi diatas kita, dalam menerangi dan memberikan kesadaran terhadap moral kita. Inilah perlu adanya pendidikan dan pendewasaan hati nurani yang murni, karena orang percaya yang ingin bertumbuh dewasa harus mendidik hati nurani dengan firman Tuhan. Firman harus mendidik hati nurani kita supaya dapat menjadi sumber berkat suara Tuhan  dalam diri kita.

Seseorang yang mengerti Firman Tuhan hati nuraninya akan menjadi instrument Tuhan untuk berbicara kepada dirinya. Dan seseorang yang tiadak mengerti firman Tuhan tidak mungkin hati nuraninya dapat menjadi saluran berkat. Sebab itu setiap orang harus belajar untuk mendewasakan hati nurani dan dapat menentukan dirinya kepada kekudusan dan kebenaran Tuhan. Orang percaya yang ingin bertumbuh dewasa harus mendidik hati nuraninya dengan Firman Tuhan.***