Richard Nayoan, Sosok Pemuda Pejuang Anti Narkoba Yang Kini Terjun Ke Dunia Politik

Profil2756 Views

JAKARTA,VICTORIOUSNEWS.COM,-Sebagai anak pertama dari 5 bersaudara, jiwa belajar dan bekerja giat terlihat dari sosok Richard Nayoan. Kala meniti pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), pria kelahiran Jakarta, 9 Agustus 1991 ini  sudah terbiasa membantu kedua orangtuanya. Berjualan koran keliling sepulang sekolah dan bekerja mengangkat batako di sore hari serta mengantarkan batako ke rumah pemesan. “Ketika itu, pulang sekolah langsung berjualan koran keliling. Bahkan, sering menjajakan koran di perempatan lampu merah, menawarkan ke setiap pengendara mobil atau pun motor kala lampu merah sedang menyala. Selesai itu, sorenya dilanjutkan bekerja di tempat jual batako,” ucap Richard Nayoan.

Meskipun dikenal sebagai siswa pindahan, Richard juga siswa berprestasi di sekolahnya. Ia selalu meraih juara umum, bahkan menjadi Ketua OSIS selama 2 periode. “Waktu itu, seharusnya ada pemilihan Ketua OSIS yang baru untuk menggantikan saya, tetapi kepala sekolah menyatakan bahwa saya diminta untuk melanjutkan. Sehingga, waktu itu, secara tidak langsung saya melanjutkan untuk periode berikutnya,” tambahnya.

Tidak hanya tingkat SMP, di tingkat SMA pun Richard tetap membantu orang tuanya yaitu pulang sekolah menjadi tukang ojek ataupun tukang bangunan. “Saya teringat, waktu itu saya keluar subuh untuk ngojek dan pulang ke rumah sekitar jam 09.00 WIB sudah membawa Beras, Sayuran, Ikan, dan beberapa bumbu masakan untuk bahan masakan mama. Itu kalau libur sekolah. Biasanya sepulang sekolah juga langsung keluar untuk ngojek,” katanya.

Di sisi lain, Richard Nayoan tercatat sebagai pelajar berprestasi semasa SMA. Selain juga dapat juara umum di kelas, Richard juga selalu diutus oleh sekolah untuk mengikuti berbagai perlombaan atau pun seleksi-seleksi yang diadakan pemerintah kota ataupun pusat. “Pada tahun 2008, saya bersaing dengan sekitar 300-an anak pelajar SMA. Puji Tuhan, saya terpilih menjadi siswa teladan saat itu. Pada 2009, saya juga ikut seleksi PASKIBRA (Pasukan Pengibar Bendera Pusaka). Puji Tuhan, saya juga terpilih menjadi Anggota Pasukan Pengibar Bendera Provinsi Sulawesi Utara,” tambah Richard.

Lulus SMA pada tahun 2010, Richard Nayoan terbang ke Jakarta untuk merencanakan kuliah. Berjalannya waktu, Richard Nayoan tertantang untuk bergabung dengan organisasi yang didirikan oleh Om-nya sendiri, Jefri Tambayong, dan ditempatkan sebagai Kepala Divisi (Kadiv) Program DPP GMDM4Nation. “Selama 8 tahun saya ikut di Bakornas IPWL GMDM ada banyak pelajaran, bahkan nilai-nilai yang saya peroleh. Contohnya; dari cara kepemimpinan Om Jefri Tambayong mengajarkan kita bagaimana sebenarnya pemimpin itu kemudian di luar dari cara menjadi pemimpin. Bicara tentang pengetahuan tentu seputar tentang narkoba. Sudah hampir seluruh provinsi di Indonesia sudah saya kunjungi, bukan untuk berlibur tetapi berbagi pengetahuan tentang bahaya narkoba, memotivasi teman-teman untuk menjadi pemuda yang sukses tanpa narkoba. Lebih dari itu, saya juga mendapat pelajaran hidup tentang pentingnya melayani sesama,” tambahnya.

Berbicara bagi banyak orang adalah hal biasa baginya. Sosok Richard Nayoan juga sering diminta oleh BNN dan Kementerian Sosial untuk memberikan penyuluhan tentang bahaya narkoba bagi generasi bangsa di berbagai tempat. Bahkan, Kementerian Pemuda dan Olahraga memintanya untuk memotivasi kader-kader pemuda di Indonesia. Ia juga pernah menjadi pembicara bersama Komisioner Komisi Pemberantasan Korupsi, Saut Situmorang. Bahkan Saut Situmorang memberikan apresiasi sebagai sosok pemuda yang berintegritas dan bermanfaat bagi masyarakat.

Kini, sosok Richard Nayoan merasa terpanggil juga untuk melayani masyarakat umum khususnya di wilayah DKI Jakarta. “Sejak kecil, saya mempunyai cita-cita untuk menjadi pejabat negara. Seseorang bertanya mau jadi apa? Saya menjawab dengan cepat dan yakin “PRESIDEN”. Di usia muda sekarang ini pun, saya tetap mempunyai cita-cita itu. Namun kesempatan yang ada di depan saya saat ini belumlah cukup menjadi seorang presiden. Sebelum menjadi presiden, latihan dulu menjadi Calon Anggota Dewan Perwakilan Rakyat DKI Jakarta tahun 2019,” imbuhnya.

Kesempatan pun tidak disia-siakan. Karena tekadnya mau melayani masyarakat DKI Jakarta. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) dipilih menjadi kendaraan politiknya. Berada di wilayah Jakarta Timur untuk Daerah Pemilihan (Dapil) 4 yang mencakup Kecamatan Pulo Gadung, Matraman, dan Cakung. Partainya menempatkan saya di nomor 7, nomor yang sempurna. “Partai Nasdem saya pilih karena memiliki visi yang sama dan mendukung program yang akan saya lakukan di tengah masyarakat. Partai Nasdem juga partai yang terkenal dengan Anti mahar-nya. Saya buktikan sendiri bahwa Partai Nasdem tidak meminta sepeser pun nilai uang, bahkan teman-teman demi masuk menjadi caleg dari partai bernomor urut 5 ini. Mendapat nomor urut 7 juga merupakan angka favorit saya dan membuat saya lebih semangat,” tambahnya. Tekad saya untuk duduk di kursi DPRD DKI Jakarta yaitu; Pertama, Ingin melayani masyarakat DKI Jakarta untuk bagaimana mereka bisa hidup sehat, hidup berpendidikan secara utuh dan hidup terberkati, karena bagi saya seluruh masyarakat tanpa terkecuali, layak untuk hidup sehat, hidup berpendidikan dan hidup diberkati. Kedua, Karena saya aktivis P4GN (Pencegahan, Pemberantasan, Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba), dan bukan hanya sekedar aktivis tetapi saya juga tahu bagaimana anak muda dan keluarga dihancurkan oleh narkoba, maka saya akan membuat terobosan untuk menciptakan Keluarga Bersih Narkoba, Lingkungan Bersih Narkoba, Kota Bersih Narkoba dan DKI Jakarta Bersih Narkoba. Tentu bekerjasama dengan instansi terkait, juga dengan seluruh tokoh-tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, karang taruna, ibu PKK, sekolah, organisasi kemasyarakatan dan semua lembaga terkait lainnya sampai terwujudnya Jakarta Bersih Narkoba. Pemuda dengan akun Instagram @Richard Nayoan dan akun Facebook Richard Nayoan dan Richard Nayoan II tersebut juga masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum di salah satu Universitas di Jakarta. (Epaphroditus Ph M dan Stevano Margianto)