MENGENANG 100 HARI ALM CONNY ARYA-SUPIT

News, Seleb1549 Views

 

Oleh : Epaphroditus Ph Mariman

Selasa, 20 Desember 2022. Tepat 100 hari kepergian selamanya Ny Conny Arya Supit (lahir: Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda, 30 Juni 1942) di usia 80 tahun plus 73 hari terhitung sejak Minggu, 11 September 2022 sekitar pukul 22.29 WIB atau 22.30 WIB di kediaman pribadi, Komplek Tampak Siring, Bukit Gading Villa (BGV), Kelapa Gading Barat, Kelapa Gading (Jakarta Utara) dalam suasana cuaca yang cerah.

Di hari ke-100, kondisi makam telah mengalami pemugaran. Rumput menghijau dikelilingi pembatas yang disemen segi empat. Di batu Nisan tertulis; In God’s Eternal Love; Our Mama & Daddy; Our beloved Oma Hale & Opa Arya; Gusti Putu Arya (29 Maret 1939-17 September 1998) & Conny Arya-Supit (30 Juni 1942-11 September 2022). Trust in the Lord with all thine heart; and lean not unto thine own understanding. In all thy ways acknowledge him, and he shall direct thy paths (Proverbs 3:5-6)” (King James Version/KJV). Yang dalam Bahasa Indonesia, ayat ini diambil dari Kitab Amsal 3:5-6, “Percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu; dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri. Akulah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Sebuah makam yang berada di Blok AA II Unit Kristen Tempat Pemakaman Umum (TPU) Menteng Pulo (Jakarta Selatan). Dari keluarga Supit, makam tersebut bukan satu-satunya yang berada di tempat tersebut. Menurut penjaga makam, ada sejumlah anggota keluarga Supit yang lain hampir berdekatan termasuk kedua orangtua alm Conny Arya-Supit.

 

Hal yang tak terduga terjadi sekitar 48 jam sebelum pukul 00.00 WIB tanggal 20 Desember 2022 atau tepatnya Senin dini hari, 19 Desember 2022, sebuah mimpi hadir dalam tidur malam saya di sebuah rumah makan di Kelapa Gading Barat. Dalam mimpi itu tampak suatu perkumpulan atau pertemuan yang dihadiri kerabat dan handai taulan keluarga Supit di ruang utama kediaman itu. Dalam pertemuan tampak hadir orang-orang yang saya kenal atau ketahui namanya satu demi satu. Seorang kemenakan dari salah satu putra adik almarhumah menghampiri dan mengatakan, “Mengapa tidak datang?” Tanpa pikir panjang, saya menjawab, “Saya jaga rumah ini (maksudnya, rumah almarhumah tersebut).” Memang saya menerima mandat turut membantu menjaga rumah itu di kala empunya sedang menjalani perawatan kesehatan di Singapura sekitar akhir tahun 2019. Mandat itu saya dengar langsung dari rekan sepelayanan, Debbie Lapian yang terus menemani hingga sang empunya dipanggil ke Sorga oleh Tuhan Yesus Kristus. Memang telah beberapa hari saya tinggalkan rumah tersebut, karena ada informasi bahwa rumah musti dikosongkan sehingga saya pindah di sebuah rumah makan yang berjarak sekitar 2 sampai 3 kilometet saja.

Kisah mimpi itu pun tidak saya ketahui apa sebabnya. Karena, beberapa jam sebelum istirahat (tidur) malam saya menyempatkan diri bergabung di sebuah kedai kopi untuk menyaksikan jalannya pertandingan pamungkas (babak final) antara kesebelasan Tim Nasional (Timnas) Argentina melawan Timnas Prancis melalui livestreaming Video. Bukan hobby nonton pertandingan sepak bola, tetapi saya hanya ingin membuktikan, apakah prediksi skor yang saya tempatkan di dua challenge sebelum pertandingan berlangsung tepat atau tidak. Dua challenge yang saya ikuti adalah account IG @khofifah.ip (milik Dra Hj Khofifah Indar Parawansa MSos [Gubernur Jawa Timur ke-14 periode 13 Februari 2019 hingga sekarang]) dan @dpp.ppp (milik Partai Persatuan Pembangunan). Di account @dpp.ppp menyediakan Tebak Skor Final Piala Dunia Qatar 2022 antara Argentina vs Prancis berhadiah Rp 1.000.000,- untuk 5 orang pemenang. Sedang, di account @khofifah.ip tersedia Tebak Skor Final Piala Dunia antara Argentina vs Prancis berhadiah 100 Sepatu Keren. Di dua challenge tersebut saya memasukan skor Argentina 2 : 0 Prancis. Dan memang, Argentina unggul 2:0 atas Prancis. Saya pikir skor tersebut bertahan hingga akhir (2 x 45 menit atau 90 menit), tetapi hanya bertahan di babak pertama 1 x 45 menit saja. Setelah skor berubah menjadi Argentina 2 : 1 Prancis di babak kedua, saya tidak meneruskan untuk menyaksikan, tetapi mencari posisi untuk tidur. Begitu bangun, setelah melewati mimpi tadi, skor akhir ternyata; Argentina 7 : 5 Prancis. Argentina menang atas Perancis lewat adu tendangan pinalti (4 : 3) setelah bermain imbang (3 : 3) dalam waktu 120 menit (2 x 45 menit plus perpanjangan waktu 2 x 15 menit). Memang benar, selisih kemenangan 2 gol, tetapi salah dalam tebakan. Benar, Agentina menang dan juara, tetapi challengenya bukan itu. Memang, tidak menyangka skor akhirnya adalah besar, yaitu 7 : 5. Dan tidak satu pun peserta yang memasukkan skor sebesar itu mengingat kedua tim pernah bertemu di event sebelumnya dan skor Argentia 3 : 4 Prancis.

Bagi sebagian kalangan, sering kita temui adanya peringatan atau acara mendoakan orang meninggal di hari ke-100. Bahkan, sebelum masuk di 100 hari, ada tradisi 3 hari, 7 hari, dan 40 hari. Acara tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendoakan almarhumah yang telah meninggal agar dosa-dosanya diampuni dan mendapat jalan yang lebih berkah dan lebih tenang dalam menjalani hari-harinya di sana. Sementara, bagi masyarakat Kristiani, tidak mengenal hal itu. Kitab Kisah Para Rasul 1: 9-11 menuliskan, “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka; Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.

Sementara, perihal mimpi pernah dialami oleh Juru Minuman dan Juru Roti di Istana Raja Mesir (Kejadian 40), mimpi Yusuf, dan Rasul Yohanes. Wikipedia menjelaskan, mimpi adalah pengalaman bawah sadar yang melibatkan penglihatan, pendengaran, pikiran, perasaan, atau indera dalam tidur.***