Rayakan  HUT ke 126 GKJW Bongsorejo Gelar Diskusi Sejarah Kekristenan & Wayang Kulit

News, Religi1179 Views

Jombang,Victoriousnews.com,- Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) jemaat Bongsorejo yang terletak di desa Grogol, kecamatan Diwek, Jombang, Jawa Timur, kini telah genap berusia 126 tahun

GKJW jemaat  Bongsorejo ini berada di tengah dusun Bongsorejo, sebuah kampung kecil yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama Kristen. Jika ditelisik dari usianya yang lebih dari satu abad, GKJW Bongsorejo ini tentu memiliki sejarah perkembangan kekristenan yang luar biasa. 

Hal itulah yang mendorong para pemerhati sejarah kekristenan untuk menggelar acara Ngobras-(Ngobrol Sejarah) seputar berdirinya GKJW Bongsorejo ke 126 tahun, pada hari Minggu tanggal 7 Juli 2024 pukul 18.00 Wib. 

 Acara “Ngobras’ ini diadakan di pendopo depan gereja,dihadiri sekitar 150 orang Warga jemaat serta  disiarkan langsung (live steaming). 

Sebelum acara Ngobras, diawali dengan beragam hiburan, yakni;  pantomim (pertunjukan teater isyarat mimik wajah, gerak tubuh),  tembang-tembang Jawa serta diselingi dengan karaoke dan pembagian doorprize bagi jemaat yang bisa menjawab pertanyaan dari panitia.

Dengan mengusung tema Nresnani, Nduweni, Ngopeni Bongsorejoku (mencintai, memiliki dan merawat Bongsorejoku) menghadirkan 5 narasumber. 

Mereka adalah Widianto, salah satu warga yang juga menulis buku 100 tahun GKJW Bongsorejo. Hadiyanto dan Wiryo Widianto dari PERWAMKI (Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Jatim) dan pemerhati sejarah gereja (GKJW). Serta Seken, kepala desa Bongsorejo dan Tri Kridaningsih, pendeta jemaat Bongsorejo.

Menurut Widianto, sebagai penulis sejarah, mengungkapkan, bahwa,  gedung gereja ini  sudah menjadi tempat ibadah permanen sejak dibangun dan dirayakan HUTnya mulai tahun 1898. Padahal pada tahun 1873, awal perintisannya gereja ini sangat sederhana, yaitu berupa bangunan gubug dan beratap ilalang.

Ditambahkan oleh Wiryo Widianto; “selama 3 tahun yaitu pada tahun 1873 itu hutan babatan (babat alas) dinamakan desa Bongsorejo. Bongso artinya rakyat, masyarakat. Rejo artinya makmur. Bahkan oleh Oleh zendeling Johaness Kruyt dijuluki sebagai Putri Tercantik dari Mojowarno” ( pada saat itu pusat zending yang dipimpin J. Kruyt ada di Mojowarno ). “Klaas Waridin (mantan penginjil Surabaya) bersama rombongan 35 orang dari desa Mojoroto, yang datang ke hutan Godek ini, sebelum membuka hutan tentu berdoa dengan cara Kristen. Itu terjadi pada tanggal 22 Nopember tahun 1870. Menurut saya tanggal ini bisa dijadikan tanggal kelahiran jemaat Bongsorejo,” ujar Wiryo Widianto yang juga ketua Perwamki Jatim.

Lanjut Wiryo yang akrab disapa Wiwid ini menjelaskan, bahwa, untuk mengetahui tanggal peresmian gedung gereja, Mededeelingen van wege het Nederlandsche Zendelinggenootschap 1882 mencatat peresmian bangunan gereja sekaligus pentahbisan Voorganger (pamulang) Bongsorejo pertama : Joram Lestari oleh Johannes Kruijt  yaitu pada tanggal 6 Juni 1881” 

Sedangkan Hadiyanto, pendiri media online penabur.id, mengungkapkan bahwa, ada yang unik di Bongsorejo ini, yaitu adanya perjanjian yang disebut “Ambabaddi Bongsorejo.” Di antaranya membagi secara adil 150 bauw luasan hasil reklamasi (babat alas) kepada 35 orang tadi. Kecuali bagi 7 orang yang punya jabatan khusus, seperti perangkat desa dan pendeta. “Tahun 1888, ada 243 jiwa yang warganya Kristen semua,” tukas Hadi. 

Lanjut Hadi, selain itu, jika ada pelanggaran norma seperti mencuri, mabuk, dan lain-lain, tanahnya akan disita dan diberikan kepada kerabat yang bisa mengurusnya. Jika dalam satu tahun itu mengulangi lagi perbuatannya, tanah akan diambil seluruhnya (disita).

Terhadap “perjanjian” itu, Seken selaku Kepala Dusun Bongsorejo menguraikan kenyataan yang ada sekarang. Tanah sawah hanya tinggal 20 persen yang dimiliki warga Bongsorejo. Sedangkan untuk pekarangan yang seluas 40 ha, yang 5 ha dimiliki oleh orang luar Bongsorejo. “Mengapa demikian, karena kalau dibeli sendiri harganya murah. Makanya banyak dijual ke orang luar,” tandas Seken.

Pendeta jemaat GKJW Bongsorejo, Pdt. Tri Kridaningsih, mengatakan,  selama ini yang dipahami jemaat ulang tahun yang ke 126 adalah usia gedung gereja (dihitung dari tahun 1898). “Dengan mengadakan acara ini diharapkan ada pemahaman baru, bahwa yang diulangtahuni adalah jemaatnya, bukan gedungnya. Berarti jika awalnya ada persekutuan orang percaya membuka hutan bersama yang dimulai pada tahun 1870, dan jika dibandingkan dengan tahun 2024 ini, maka sekarang usia jemaat ini bukan lagi 126 tahun tapi 154. Berarti tahun depan langsung 155,” Ujar Pdt. Tri Kridaningsih, S.Th.

Rangkaian acara peringatan HUT 126 tahun GKJW Jemaat Bongsorejo  ini masih berlangsung sampai ibadah syukur pada hari minggu tanggal 14 Juli 2024, dengan acara puncak  pagelaran wayang kulit pada malam harinya yang menampilkan dalang cilik Krisna Elsapadtra. 

Sekedar informasi, rangkaian kegiatan ini disiarkan secara  live streaming melalui kanal YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=RWAdtxAKLpw). Wid