Film “Tulang Belulang Tulang” Angkat Semangat Kekeluargaan Budaya Batak

News, Seleb253 Views

Victoriousnews.com,-Bukan hanya para pemeran yang diperkuat para aktor keturunan Batak dan Sumatra Utara, film “Tulang Belulang Tulang” juga banyak diisi kru perempuan berdarah Batak. Film drama road-trip terbaru persembahan Adhya Pictures dan Pomp Films, “Tulang Belulang Tulang” karya sutradara Sammaria Sari Simanjuntak tayang di jaringan bioskop mulai 26 September 2024. Film didukung oleh PMM, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek yang juga merupakan hasil inkubasi dari program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan Kemendikbudristek guna mendukung inisiatif-inisiatif masyarakat di bidang Kebudayaan termasuk bidang perfilman.

“Tulang Belulang Tulang” dibintangi Atiqah Hasiholan (Mami Laterina), Tasha Siahaan (Cian), Tanta Ginting (Tulang Ucok), David Saragih (Papi Mondo), Cornel Nadeak (Alon), Lina ‘Mak Gondut’ Marpaung (Opung Tiolin) dan Landung Simatupang (Tulang Tua). Semua pemeran ini juga memiliki darah keturunan Sumatera Utara.

Selain para pemeran, jajaran kru film juga didominasi para sineas perempuan berdarah Sumatera Utara. Diantaranya sutradara dan ko-penulis Sammaria Sari Simanjuntak, ko-penulis Lies Nanci Supangkat, sinematografer Anggi Frisca, assistant director Eigi Pohan, hingga make-up artist Stella Gracia. Selain mereka, assistant director Genhart Manullang dan VFX Artist Erickson Siregar juga berdarah Sumatera Utara.

“Tulang Belulang Tulang” berkisah tentang sebuah keluarga yang akan melaksanakan upacara ‘Mangokal Holi’ (pemindahan tulang belulang leluhur), yang menjadi kebanggaan bagi keluarga Batak yang mampu melaksanakannya. Celakanya, koper berisi tulang belulang Tulang Tua (Kakek Buyut) hilang! Mereka harus segera menemukan tulang kalau tidak mau dikutuk Opung (Nenek) dan seluruh keluarga besar yang sudah menunggu siap berpesta di tepi Danau Toba.

Perjalanan mencari tulang memaksa mereka bersatu mengarungi banyak cobaan: mulai dari ngebut-ngebutan di jalanan berliku di tepian Danau Toba, kejar-kejaran dengan anjing pemakan tulang, sampai melintasi hutan berharimau, menggunakan high-heels.

Perjalananan inicmembuat mereka mempertanyakan kembali apa arti harga diri bagi keluarga mereka. Layaknya perjalanan keluarga Mami Laterina bersama keluarga, perjalanan film “Tulang Belulang Tulang” juga tidaklah mudah dan penuh liku. Memproduksi film dengan cerita lokal, dilandasi semangat kekeluargaan seluruh tim di film ini membawa “Tulang Belulang Tulang” akhirnya tayang di bioskop dan menghibur masyarakat Indonesia.

Produser “Tulang Belulang Tulang” Shierly Kosasih menuturkan, perjalanan film ini memiliki lika-liku yang panjang. Dengan semangat kekeluargaan yang dibina bersama seluruh tim yang terlibat, memberikan kesan mendalam. Ada kesenangan luar biasa untuk bisa ada di lingkungan produksi kreatif yang nyaman, terlebih dengan adanya ruang eksplorasi bagi para sineas perempuan.
“Adhya Pictures sangat excited bisa mempersembahkan “Tulang Belulang Tulang” kepada penonton Indonesia. Film yang membawa semangat kekeluargaan, relationship-healing antar-generasi serta indah dan kentalnya tradisi Indonesia. Semangat dan value yang ada dalam proses produksi dan dalam film ini seirama dengan visi kami, dimana founder Adhya Group-Adhya Pictures yang juga sekaligus produser eksekutif, Bapak Ricky Wijaya adalah Putra Daerah yang selalu passionate dalam membawa localgonational dalam setiap bidang bisnisnya,” kata produser Shierly Kosasih.

Mengeksplorasi keindahan Danau Toba dan setiap sudutnya, membuat “Tulang Belulang Tulang” menjadi film yang menyuguhkan perjalanan keluarga Batak Mami Laterina. ”Tulang Belulang Tulang” memadukan kekayaan tradisi masyarakat Batak dengan tema universal tentang keluarga, identitas, dan pencarian makna. Upacara Mangokal Holi menjadi latar belakang yang mengharukan bagi perjalanan pribadi para karakter di film. Dari momen kesialan namun lucu di jalan hingga momen-momen yang mengharukan, “Tulang Belulang Tulang” menawarkan perpaduan yang menyenangkan antara tawa dan emosi.
“Berada di perjalanan yang melintasi Danau Toba, tentu saja disuguhi pemandangan yang indah dan udara yang dingin. Danau Toba adalah sesuatu yang majestic. Ada semacam makna simbolis juga antara latar Danau Toba dan permasalahan yang dihadapi keluarga Batak di film ini,” kata sutradara Sammaria Sari Simanjuntak.

Sammaria berharap, film “Tulang Belulang Tulang” bisa membawa kebahagiaan dan kesenangan. Film yang diproduksi dengan semangat kekeluargaan dan latar belakang daerah Sumatra Utara ini juga ingin mengajak penonton untuk merayakan setiap perjuangan yang dilalui dalam hidup.

Atiqah Hasiholan yang berperan sebagai Mami Laterina menambahkan, di balik keindahan Danau Toba yang menjadi latar film ini, juga seperti menjadi cerminan perjalanan film “Tulang Belulang Tulang.” “Sama seperti danau Toba untuk menikmati keindahannya kita juga dihadapkan pada jalanan yang berliku, keluarga di film ini pun menghadapi tantangannya. Seperti perjalanan filmnya, yang panjang namun pada akhirnya bisa dipersembahkan untuk penonton Indonesia,” kata pemeran Mami Laterina, Atiqah Hasiholan.

Direktur Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid menyampaikan, tayangnya film “Tulang Belulang Tulang” di bioskop menandakan terjaga dan makin kuatnya ekosistem dunia perfilman Indonesia secara baik. “Ini merupakan hal yang sangat baik dalam penguatan ekosistem film Indonesia. Kemendikbudristek selalu mendukung serta memfasilitasi sineas Indonesia agar terus berkembang, terutama melalui program-program yang kami laksanakan,” ujar Hilmar.

Hilmar juga menyampaikan apresiasi terhadap film “Tulang Belulang Tulang” yang merupakan hasil inkubasi dari program Indonesiana Film 2021 yang diselenggarakan Kemendikbudristek mampu menembus tayang di bioskop Indonesia dalam waktu dekat ini.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, Ahmad Mahendra, memastikan bahwa pemerintah selalu hadir memberikan dukungan kepada para sineas Tanah Air untuk berkarya sehingga memperkuat ekosistem film nasional.
“Setelah produksi yang begitu sistematis, selamat dengan tayangnya film “Tulang Belulang Tulang”. Kami di Kemendikbudristek akan terus mendukung kerja-kerja kreatif para sineas, agar ke depannya semakin banyak prestasi film Indonesia di kancah internasional,” ucap Mahendra.

Mahendra menginginkan ke depannya makin banyak lagi film karya sineas nasional hasil inkubasi Indonesiana Film yang dapat berkiprah lebih jauh, sehingga membuka pintu lebar bagi para sineas nasional untuk unjuk gigi di festival film internasional.

Adhya Pictures merupakan anak perusahaan multi-bisnis Adhya Group, yang secara khusus berkiprah di dalam hulu ke hilir industri film. Mulai dari Film Financing, Distributor & Content Aggregator, Marketing & Promotion Service, hingga produksi Visual Effects & CGI.

Adhya Pictures berkomitmen untuk mendukung dan memajukan industri film Indonesia di panggung lokal dan internasional melalui karya film berkualitas yang bisa dinikmati oleh audiens Indonesia.

Afiliasi dari Adhya Pictures: Kathanika Films, Lumine Studio, DAMN! I Love Indonesia Pictures, Satria Dewa Studio, Peregrine Studios, dan Wong Vardha Entertainment.

Karya film dari Adhya Pictures dana filiasinya antara lain Berbalas Kejam (Prime Video), Mantra Surugana (2023), Gampang Cuan (2023), Glenn Fredly The Movie
(2024), Romeo Ingkar Janji (2024) dan yang akan datang segera: Tulang Belulang Tulang, Sampai Jumpa, Selamat Tinggal dan Mungkin Kita Perlu Waktu.

Pomp Films didirikan oleh Sammaria Sari Simanjuntak sebagai ruang aman untuk membuat film-film segar tentang perempuan. Salah satu film yang diproduksi adalah film ‘Demi Ucok’ yang dinobatkan menjadi Film Terbaik 2013 oleh majalah Tempo. Pomp Films berkomitmen untuk terus memproduksi cerita-cerita lokal di panggung nasional. @epa_phm