Victoriousnews.com,-Baru-baru ini, Presiden Amerika Serikat Donald Trump menetapkan kebijakan tarif impor sebesar 32 persen bagi produk asal Indonesia. Kebijakan ini disampaikan sebagai bagian dari “Liberation Day”, sebuah langkah untuk mengurangi ketergantungan ekonomi Amerika terhadap impor. “Ini adalah bentuk kemerdekaan ekonomi kita. Pabrik-pabrik dan lapangan kerja akan kembali muncul di Amerika, dan hal itu sudah mulai terlihat,” ungkap Presiden Trump dalam pidatonya.
Kebijakan ini merupakan bentuk tarif timbal balik atau resiprokal, mengingat Indonesia juga mengenakan tarif terhadap produk Amerika yang masuk ke tanah air. Akibatnya, Indonesia kini menjadi negara ke-8 dengan tarif impor tertinggi yang dikenakan oleh AS.
Dampak terhadap Ekonomi Indonesia
Pengamat ekonomi, Dr. John N. Palinggi, MM, MBA, mengatakan, bahwa kebijakan tarif impor ini adalah hak prerogatif Presiden Trump untuk kepentingan nasionalnya. “Saya menghormati keputusan Presiden Trump itu. Karena dia berpikir untuk negaranya. Namun, dampaknya sangat besar bagi negara-negara maju maupun berkembang, termasuk Indonesia. Kebijakan ini menyulitkan ekspor ke Amerika, yang dapat menyebabkan berkurangnya lapangan kerja di Indonesia,” ujar pengusaha nasional pemilik APEC Business Travel Card, yaitu bebas visa di 19 negara di Asia Pasifik, 2015-2025
Namun, ia juga mengapresiasi langkah cepat Presiden Prabowo dalam menghadapi kebijakan ini dengan menugaskan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Menteri Luar Negeri Sugiono untuk membahas kebijakan tersebut dengan pemerintah AS. “Langkah ini bukan negosiasi, melainkan strategi simpatik, komunikatif, dan konsultatif. Saya yakin Presiden Prabowo sangat mengerti strategi ini,” lanjutnya.
Menurut John, sementara negara lain mungkin merespons kebijakan ini dengan menaikkan tarif balasan, Indonesia memilih pendekatan lebih bersahabat melalui konsultasi. “Presiden Prabowo tahu betul bahwa menghadapi AS tidak bisa dengan cara konfrontatif, seperti yang dilakukan China. Itu hanya akan merugikan Indonesia sendiri,” tegasnya.
Langkah Antisipasi Indonesia, Pentingnya Cari Pasar Ekspor Baru
John mengajak masyarakat untuk tidak terlalu kuatir dengan perang tarif antara AS dan China. Ia menyoroti perlunya fokus pada industri dalam negeri agar tidak kalah bersaing dengan produk impor, terutama dari China. “Kita harus memastikan pabrik-pabrik dalam negeri tetap berjalan dan bersaing dengan harga yang kompetitif,” kata Ketua Umum DPP Asosiasi Rekanan Pengadaan Barang & Distributor (ARDIN).
Selain itu, John menekankan pentingnya mencari pasar ekspor baru selain AS agar ekspor Indonesia tidak terhambat. Ia juga menyoroti langkah-langkah Presiden Prabowo dalam membangun kemandirian ekonomi, terutama di sektor pangan dan energi. “Presiden Prabowo ingin Indonesia mandiri dan tidak didikte oleh negara lain,” tukas John yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Penasehat KADIN DKI Jakarta, 2019-2024.
John mencontohkan bahwa program hilirisasi yang dicanangkan pemerintah merupakan langkah strategis untuk meningkatkan nilai tambah produk Indonesia. “Presiden Prabowo baru lima bulan bekerja, tetapi sudah banyak tekanan agar segera mewujudkan program ini. Padahal mengurus kelurahan saja sulit, apalagi negara. Saya yakin beliau berada di jalur yang benar, tetapi semuanya butuh proses,” jelasnya. John juga mengingatkan bahwa pemerintah saat ini menanggung beban utang yang besar, sehingga masyarakat harus memberi kepercayaan kepada Presiden agar dapat menjalankan kebijakan dengan tenang.
Isu PHK dan Dampak Global
John juga menegaskan bahwa pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran bukanlah akibat langsung dari kebijakan tarif impor Presiden Trump terhadap Indonesia. “PHK bisa terjadi karena berbagai faktor, seperti manajemen perusahaan yang buruk, konflik internal, atau tekanan dari kaum buruh yang berlebihan. Jika buruh terus menerus melakukan aksi protes, pengusaha pun bisa memilih menutup bisnis mereka,” ungkapnya.
Selain itu, John menekankan bahwa situasi geopolitik dan geoekonomi global saat ini berdampak luas, tidak hanya bagi Indonesia tetapi juga negara-negara lain, termasuk Uni Eropa, Meksiko, dan Kanada yang juga terkena imbas dari kebijakan proteksionis AS. “Kebijakan Trump saat ini bukan lagi soal kesepakatan dagang, tetapi lebih kepada kepentingan nasionalnya sendiri,” tandasnya.
Diakhir perbincangan, John Palinggi menyimpulkan bahwa, meskipun kebijakan tarif impor AS berdampak signifikan pada ekspor Indonesia, pemerintah telah mengambil langkah-langkah strategis untuk mengatasi tantangan ini. Dengan pendekatan konsultatif, ekspansi pasar baru, dan peningkatan daya saing industri dalam negeri, Indonesia diharapkan dapat bertahan dan bahkan berkembang dalam situasi global yang semakin kompleks. SM