Jakarta, Victoriousnews.com,- Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emanuel (STT REM) bekerjasama dengan Conrad Supit Center kembali menggelar Kuliah Umum Kepemimpinan—menghadirkan Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak (PPPA) Republik Indonesia, Prof. Dr. Yohana Susana Yembise., Dip.Apling., MA sebagai pembicara. Kuliah umum ke 16 yang diselenggarakan di Kampus STT REM, Jl. Pelepah Kuning III Blok WE 2, No. 4 G-K, Kelapa Gading-Jakarta Utara (Kamis, 07/02) 2019 pukul 19.00 Wib ini mengangkat tema “Perempuan Generasi Muda” dimoderatori oleh Direktur Conrad Supit Center, Johan Tumanduk., SH.,M.M., M.Pd.K.
Ketua STT REM, Dr. Ariasa H Supit.,M.Si dalam kata sambutannya, mengucap syukur bahwa acara kuliah umum ini dapat terselenggara dengan baik. “Saya juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Menteri Prof. Dr. Yohana Yembise yang berkenan hadir. Juga terimakasih kepada para pimpinan STT REM, dosen tetap, dosen tamu maupun Bapak/Ibu yang telah hadir saya ucapkan selamat datang dalam acara kuliah umum yang ke 16 kali. Temanya kali ini adalah Perempuan generasi muda. Kenapa kami mengangkat tema ini, karena kami percaya perempuan dan anak adalah bagian dari masa depan. Pemerintahan Presiden Joko Widodo ini banyak memperhatikan perempuan dan anak, antara lain; sudah ada 3500 industri perumahan yang pelakunya adalah para wanita. Dalam hal perlindungan anak sudah ada 466 forum anak. Jadi anak-anak kita sekarang diperhatikan lebih lagi. Nah, yang tidak kalah pentingnya, kita saat ini ada 67 hari lagi menjelang Pemilu Serentak (Pilpres dan Pileg), dan seperti Prof. Yohana katakan bahwa ada 126 juta pemilih itu adalah perempuan. Makanya kuliah umum ini sangat penting sekali, total pemilih masyarakat Indonesia yang berhak memilih adalah 185 juta orang, dimana 126 jutanya adalah perempuan. Kita tidak salah jika kita belajar dari sumber yang paling tepat tentang perempuan generasi muda. Perempuan juga diminta untuk berani “menabrak” tembok budaya. Sudah puluhan tahun, diajarkan untuk di rumah, mendidik anak, dan masak. Itu tidak salah, dan itu penting. Tetapi ada hal lain yang perempuan bisa lakukan. Oleh karenanya kita mau belajar dengan perspektif peran perempuan yang lebih luas,”tutur Dr. Ariasa Supit.
Menteri Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak, Prof. Dr. Yohana Susana Yembise, dalam pemaparan kuliah umum, menekankan, bahwa Generasi penerus perempuan di Indonesia harus dijaga dan dilindungi agar sehat walafiat. “Belakangan ini banyak sekali perempuan yang menjadi korban kekerasan, terutama KDRT yang dilakukan oleh suaminya dan berujung pada kasus perceraian. Hal inilah yang menjadi perhatian pemerintah, khususnya kementrian PPPA saat ini. Apalagi Indonesia sekarang dipilih menjadi salah satu dari 10 negara di dunia yang diharapkan dapat membawa perempuan setara dengan laki-laki target 50-50 persen pada 2030. Perempuan Indonesia itu harus bangkit, jangan terlalu diam, jangan takut kepada laki-laki. Maksudnya, berarti perempuan dan laki-laki sudah harus berjalan setara bukan laki-laki saja yang harus maju menjadi pemimpin. Kita sudah berjuang cukup lama masih belum juga dapat 30% . Syukurnya, dalam kabinet Presiden Jokowi ada 9 Menteri perempuan, tetapi sekarang ibu Kofifah tepilih menjadi Gubernur Jawa Timur, akhirnya tinggal 8 menteri perempuan. Nah inilah mengangkat derajat kaum perempuan di Indonesia. Dari 126 juta perempuan kita harus bawa ke planet kesetaraan 50-50 persen pada tahun 2030. Namun memang tidak gampang, karena budaya patriarki masih tinggi, laki-laki masih merasa punya power lebih dari perempuan. Contohnya saja, posisi strategis di DPRD, DPR, maupun Eksekutif di mana-mana semua didominasi oleh laki-laki,” papar Prof. Yohana.
Menurut Prof. Yohana, secara nasional ada 17% perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR, sedangkan 16% yang terpilih menjadi pimpinan di tingkat kabupaten/ kota (sekitar 86 orang yang menjadi Bupati/ walikota dan wakil walikota atau wakil bupati). Pimpinan kepala daerah perempuan ini sangat sedikit dibanding dengan laki-laki. Sekarang tercatat indeks pembangunan gender yang bagus adalah DKI Jakarta, kemudian disusul daerah Yogyakarta. “Saya pernah ke Vietnam itu ketua MPRnya itu adalah perempuan. Ketika saya bertemu dengan beliau, laki-laki hormat sekali kepada beliau. Akhirnya, saya berpikir, kapan Indonesia memiliki ketua DPR perempuan?,” ungkap Prof. Yohana.
Bagi Prof. Yohana, peran perempuan itu sangat penting sekali. Makanya perempuan generasi muda sekarang ini harus bangkit, jangan kebanyakan diam. Disinilah saatnya laki-laki memberikan kesempatan kepada perempuan agar berani tampil. “Saya adalah menteri pertama perempuan yang pernah masuk ke negara Afganistan memimpin 5 perempuan. Waktu itu, keadaan Afganistan dalam keadaan genting. Saya sudah di berapa kali diundang oleh menteri Afghanistan untuk pergi, tapi dihalangi oleh Menlu. Akhirnya saya izin langsung ke Pak Presiden. Saya berangkat karena tidak bisa diganti pembicara utama pada International Conference Afgan women. Disana saya berbicara mengenai Pancasila, Bhineka Tunggal Ika hingga toleransi antar umat beragama. Pada saat itu, di sana sebelumnya ada bom meledak. Nah, disitulah akhirnya saya pikir Tuhan Yesus itu melindungi kita. Ya melindungi anak-anaknya yang punya hati dan kasih untuk membantu teman-teman kita sesama perempuan dan anak-anak yang ada di negara-negara konflik. Saya masuk ke sana dalam keadaan baik sampai selesai. Indonesia sudah dipakai sebagai role model dari 10 negara besar yang mungkin salah satunya karena mayoritas penduduknya muslim toleransi tinggi dan perempuan Indonesia dianggap sudah cukup maju. Makanya saya ini jadi rebutan sekarang negara-negara Islam, setelah Afghanistan, Turki dan Iran,” tandas Yohana
Lanjut Prof. Yohana, sudah saatnya perempuan punya hak untuk bicara. Sekarang konvensi PBB tentang politik perempuan sudah ada sudah diratifikasi, convention on the elimination of discrimination against women. “Sudah saatnya kita harus menyatakan kepada kaum laki-laki dan pelaku kekerasan adalah laki-laki. “Perempuan masih korban paling banyak apalagi Indonesia Timur dan paling tinggi perempuan yang dipukul oleh suaminya. Nah tingkat kekerasan di Indonesia Timur ini harus diturunkan,” ungkapnya, sembari bersyukur karena ketika mengecek data di PGI, jumlah pendeta perempuan lebih banyak dari pendeta laki-laki.
Usai memberikan kuliah umum, Prof. Yohana diberi kejutan untuk menyanyikan lagu favoritnya berjudul “Let It Be” diiringi keyboard oleh salah satu dosen STT REM Pdt. Yusak Itong Suryana yang berulangtahun. Sebagai ucapan terimakasih, Ketua STT REM, Dr. Ariasa H Supit.,M.Si memberikan kenang-kenangan berupa foto kepada Menteri PPPA Prof. Dr. Yohana Susana. Sebaliknya, Kementrian PPPA juga memberikan plakat kenang-kenangan kepada STT REM. GT