JAKARTA,Victoriousnews.com,- Wakil Kepala Badan Siber & Sandi Negara RI, Komjen Pol. Drs. Dharma Pongrekun.,SH.,M.H.,MM menjadi pembicara dalam ibadah minggu raya di GBI REM Hotel Ciputra Lantai Dasar Ruang Puri 5-6, Grogol- Jakarta Barat. Dalam ibadah tersebut Komjen Dharma mengupas ayat Kitab 1 Timotius 6:10 a, “Karena akar segala kejahatan ialah cinta uang”. Menurutnya, di era digital seperti saat ini, setiap orang di seluruh dunia akan digiring menjadi hamba uang (cinta uang).“Manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang. Mereka akan menyombongkan diri. Mereka akan menjadi pemfitnah, mereka akan berontak terhadap orangtua dan tidak tahu berterima kasih, tidak mempedulikan agama. Biang dosa, perkara kehidupan saat ini adalah uang. Bahkan gara-gara uang, orang bisa melakukan korupsi, tega membunuh, tidak peduli terhadap keluarga/ teman dan melakukan kejahatan lainnya. Coba kita perhatikan kekacauan yang terjadi selama ini ujung-ujungnya adalah uang. Uang berkaitan dengan angka-angka, besaran angka membuat orang menjadi diperhamba oleh uang. Sebab dengan uang banyak, manusia bisa menyombongkan dirinya. Inilah tanda-tanda akhir zaman,” tutur Komjen Dharma.
Komjen Dharma mengungkapkan, bahwa, di akhir zaman ini, tidak ada gunanya memiliki uang banyak, apartemen mewah, punya mobil mewah dan sebagainya. Jika hidup kita tidak berkenan kepada Tuhan. “Kita harus siap untuk tidak memiliki apa-apa, asal hidup kita benar-benar memuliakan nama Tuhan. Meskipun ada yang berpendapat bahwa apa yang kita miliki semua adalah titipan yang berasal dari Tuhan; itu pemahaman yang keliru. Yang benar adalah apa yang diperoleh dari Tuhan itu adalah anugerah dan kasihNya Tuhan kepada kita. Sehingga kita dapat mengembalikan untuk kemuliaan nama Tuhan. Artinya, kita diberikan mandat dari Tuhan untuk mengelolanya dengan baik dan benar. Tidak boleh menyimpang dari iman. Pertanyaannya sekarang, saudara mau masuk warga negara kerajaan Surga atau warga kerajaan neraka? Disini hanya ada dua pilihan. Jika kelakuan saudara tidak mencerminkan Kristus, ya bisa dipastikan akan menjadi penghuni neraka. Saatnya saudara menyiapkan diri, supaya hidupnya tahu akan dibawa kemana dan tidak menyesal. Sebab, ketika saudara mati, semua akan ditinggalkan. Kekayaan dan kemewahan hanyalah ilusi saja,” paparnya.
Lanjut Komjen Dharma, kini saatnya mengoreksi diri kita masing-masing. “Apakah saudara sudah menjalankan perintah Amanat Agung seperti yang tertulis dalam kitab Markus 28:19? Minimal bawa satu jiwa saja. Misalnya, kalau saudara memiliki keluarga yang belum mengenal Tuhan, sampaikan Injil kepada mereka. Jangan takut. Jika mereka tidak mau mendengar kabar Injil, ya tidak masalah, nanti kuasa Roh Kudus yang akan bekerja. Yang terpenting saudara telah menggenapi Amanat Agung tersebut. Sebab setelah saudara menerima keselamatan, maka tugas dan tanggungjawab kita adalah menyampaikan dan membagikan keselamatan itu kepada orang yang belum menerima Tuhan Yesus. Mumpung masih ada kesempatan, mari kita kabarkan Injil. Sebenarnya miris juga jika melihat kondisi manusia zaman di era kecanggihan teknologi saat ini. Kebanyakan mereka sangat tergantung dengan kecanggihan Smartphone/Gadget. Padahal disadari atau tidak, smartphone/gadget membuat orang menjadi ingin serba instan, addict (kecanduan), hingga menciptakan pertengkaran antar teman dan keluarga yang ujungnya dapat melemahkan sel-sel dalam tubuh. Banyak orang merasa lebih nyaman dan aman bila membawa gadget atau smartphone. Padahal kondisi tersebut justru dapat membuat manusia tidak lagi fokus, bahkan meninggalkan ajaran Tuhan,” tukasnya.
Masih kata Komjen, kitab Wahyu 13:16-18 mulai digenapi, bahwa saat ini ada agenda tersembunyi yang dimainkan oleh gerakan kelompok antikris untuk menguasai dunia melalui kemajuan teknologi dan penguasaan ekonomi global. Siber dunia maya saat ini dipakai iblis untuk memanipulasi dan menyamakan persepsi manusia di seluruh dunia yang digerakkan oleh kelompok antikris. Salah satu bentuk upaya penyeragaman dunia adalah penggunaan uang elektronik (digital money) melalui QR Code, yang nantinya semua transaksi jual-beli dan transaksi keuangan di dunia dilakukan secara digital. Strategi ke depan kelompok antikris adalah mendisain sebuah Chip yang akan ditanam di dahi atau tangan. Sekali lagi, saudara yang dikasihi Tuhan, mumpung masih ada kesempatan mari kita mengabarkan Injil dan memenangkan banyak jiwa di akhir zaman,” ungkap Komjen Pongrekun saat didampingi oleh Ps.Pengky Andu.
Di akhir pemaparannya, Komjen Pongrekun didampingi oleh Ps. Pengky Andu mempraktikkan simulasi mengenai gelombang positif atau negatif yang dipancarkan melalui smartphone/gadget. Pada saat itu, Ps, Pengky Andu memanggil Gembala Sidang GBI REM, Ps. Paulus Supit untuk memperagakan kinerja smartphone yang dapat melemahkan tubuh karena merusak seI-sel yang ada dalam tubuh. Menurutnya, smartphone mengandung energi atau gelombang elektromagnetik yang dapat mempengaruhi sel-sel tubuh manusia. “Kalau kita berbicara/menuliskan kebohongan di Whatspp atau SMS, bisa diuji kebenarannya. Dengan cara kita menunjuk tulisan tersebut dan salah satu tangan kita terangkat setengah/mendatar. Kemudian kita dorong ke bawah, jika tangan kita lemah berarti bohong. Tetapi jika tetap kuat berarti benar. Sebaliknya, jika kita memperkatakan firman Tuhan sembari memegang smartphone, kata-kata yang positif, maka tangan kita akan menjadi kuat walaupun sudah ditekan ke bawah,” ungkap Komjen mensimulasikan kinerja Smartphone atau Ponsel pintar di hadapan jemaat.
“Coba Pak gembala bilang kata-kata positif/memberkati,” kata Komjen Dharma meminta Ps Paulus Supit untuk menyampaikan hal positif. “Haleluya!,” tukas Ps Paulus. Dan pada saat itu tangan kanan Ps Paulus menjadi kuat. “Sebaliknya, ketika memperkatakan hal yang negatif, maka tangan kita akan menjadi lemah. Oleh karenanya, kita harus conecting spirit dengan Surga, dengan cara memikirkan hal-hal yang positif dan memberkati seperti: haleluya, Tuhan memberkati, dan lain sebagainya. Dan di Alkitab pun sudah dituliskan dalam kitab Fil 4:8; Kolose 3:2; pikirkanlah perkara yang di atas bukan yang di bumi,” pungkas Komjen Dharma. SM