Victoriousnews.com,-Tahun baru Cina atau Imlek adalah tradisi hari besar yang dianggap paling penting bagi orang Tionghoa. Imlek ini diduga merupakan sejarah tertua dari keberadaan umat manusia ribuan tahun yang lalu. Dan orang Tionghoa.sangat menghargai dan menjadikan hal itu sebagai kekuatan tradisi untuk persatuan. Demikian dikatakan oleh Pdt. Dr.Mulyadi Sulaeman ketika diwawancarai mengenai “Tradisi Imlek Dalam Perspektif Kriistiani” melalui jejaring media WhatsApp.
“Sebenarnya Imlek adalah hari raya panen yang menandai berakhirnya musim dingin untuk memasuki musim semi. Jadi tahun baru Imlek disebut juga hari raya panen atau hari.musim semi. Dimana seluruh masyarakat Tionghoa merayakan dan mengucap syukur pada hari itu dengan berkumpul bersama dan kembali ke kampung halamannya bertemu keluarganya/orangtuanya,” ujar Gembala Jemaat Gereja Sidang Pantekosta Di Indonesia (GSPDI) Filadelfia Bellezza, Permata Hijau Jakarta Selatan.
Bagi orang Kristen keturunan Tionghoa, lanjut Pdt.Mulyadi, kita tidak boleh mengikuti tradisi tahun baru Imlek yang berhubungan dengan kepercayaan atau penyembahan terhadap dewa-dewa, kepada roh-roh orang mati dan beberapa acara yang ditujukan untuk menyenangkan dewa-dewanya, untuk meminta pengampunan dosa, meminta rejeki, kebahagiaan, bersembahyang kepada leluhur di pekuburan dan lain-lain. Kenapa? Karena kita sudah menerima iman Kristiani yang hanya bisa disembah adalah Tuhan Yesus Kristus sang juru selamat.
Tetapi tahun baru Imlek yang berhubungan dengan perayaan tahun baru seperti tradisi orang Tionghoa, seperti pesta panen raya sukacita menyambut musim semi, pesta keluarga besar, saling menghormati satu dengan yang lain, itu boleh dipertahankan sebagai budaya dan juga justru menjadi kesempatan untuk berbagi kasih, bahkan membawakan kabar baik kepada saudara-saudaranya, keluarganya yang belum kenal siapakah Yesus itu,”ujar mantan ketua Umum Sinode GSPDI ini bersemangat.
Hamba Tuhan yang akrab disapa Pak Mul ini menekankan, bahwa melalui Imlek juga menjadi salah satu kesempatan untuk orang orang Kristen Tionghoa membawakan kabar baik kepada keluarganya dan sebagaimana firman Tuhan katakan, satu orang bertobat maka seisi rumah atau keluarganya pun akan percaya, diselamatkan. “Imlek juga bagian daripada unity, kebersamaan dengan keluarga membangun kasih persaudaraan satu sama lain dan saat ini ada tradisi untuk saling membagi dalam bentuk angpaw (angpao) atau kertas merah. Orangtua memberikan kepada anak-anak yang belum menikah. Begitu pula, anak-anak yang sudah menikah juga memberikan angpao kepada orangtua dan kepada adik-adiknya yang belum menikah,” paparnya.
Menanggapi perayaan Imlek dekat pemilu dan banyak liburan panjang, Pdt. Mulyadi berharap agar kita sebagai warga negara menggunakan hak pilih dengan baik atau jangan sampai mengabaikannya (golput). “Perasaan dan pemikiran saya, pemilu saat ini akan lebih banyak lagi orang akan ikut. Karena bangsa kita sudah melek politik. Mari kita sama-sama mendoakan Indonesia tetap menjadi negara yang unity, bersatu, NKRI dan falsafah Pancasila tetap menjadi dasar negara ini serta UUD 45 dan kebhinnekaan Tunggal Ika,” pungkasnya. SM