JAKARTA,VICTORIOUSNEWS.COM,- “Yo…yo Ayo! Yo Ayo yo yo Ayo!” Lagu berjudul “Meraih Bintang” yang dipopulerkan oleh artis Via Valen dalam perhelatan akbar Asian Games di Jakarta-Palembang, Agustus hingga September 2018 lalu—menggema dengan semarak ketika Menteri Pemuda & Olahraga (Menpora) Republik Indonesia, Dr. (HC) H.Imam Nahrawi., S.Ag., M.KP memasuki ruangan sebelum memberikan kuliah Umum ke 13 di Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emanuel (STT REM), Jl. Pelepah Kuning III Blok WE 2, No. 4 G-K, Kelapa Gading-Jakarta Utara (Rabu, 14/11) pukul 10.00 Wib Pagi. Semangat dan antusias yang luarbiasa terpancar dari wajah-wajah para mahasiswi STT REM ketika mempersembahkan sebuah tarian diiringi dan lagu tersebut. Tak pelak, hal tersebut ternyata mendorong Menpora Dr. Imam Nahrawi dan Ketua STT REM, Dr. Ariasa Supit juga tak mau ketinggalan—turut bergoyang memperagakan goyang dayung mengikuti gaya para mahasiswi.
Kuliah Umum Kepemimpinan yang digelar oleh STT REM bekerjasama dengan Conrad Supit Center ini mengangkat tema “Raih Prestasi Kita” dimoderatori oleh Direktur Conrad Supit Center, Johan Tumanduk., SH.,M.M., M.Pd.K dan didampingi oleh Ketua Yayasan Conrad Supit Center sekaligus Gembala Senior GBI REM, Prof. Dr. Abraham Conrad Supit.
Ketua STT REM, Dr. Ariasa H Supit.,M.Si dalam kata sambutannya, mengakui, bahwa, kehadiran Menpora mampu membangun semangat di kampus yang dipimpinnya saat ini. “Kami percaya kehadiran Bapak Menpora dapat menghadirkan semangat baru bagi kita semua di sini, juga untuk meraih prestasi ke depan. Seperti tema Hari Pahlawan tahun ini adalah Pahlawan di dadaku. Artinya setiap kita ada jiwa kepahlawanan. Dan kami percaya melalui kuliah umum ini Bapak/Ibu akan diberkati dan memperoleh wawasan yang baru, perspektif yang baru, dari kementrian olahraga,” tutur Ariasa.
Lanjut Ariasa, seperti program pemerintah tahun ini adalah melakukan pemerataan Sumber Daya Manusia. “Jadi manusianya yang kita tingkatkan. Manusianya yang kita berdayakan. Umur boleh banyak, yang penting jiwanya adalah jiwa muda. Pemuda adalah orang yang mempunyai jiwa patriot. Pemuda adalah orang yang pantang menyerah, disiplin, dan berkarakter bagi bangsa ini,” ungkapnya.
Sementara itu Direktur Eksekutif Conrad Supit Center Johan Tumanduk., SH., M.M., M.Min., M.Pd.K, dalam pengantar sebelum memoderasi kuliah umum mengatakan bahwa Indonesia boleh berbangga karena bisa sukses menyelenggarakan Asian Games. Di balik itu, kata Johan, ada peran penting dari sosok Imam Nahrawi. “Asian Games dan Asian Para Games bukanlah sebuah acara yang biasa-biasa saja. Namun, kita juga punya orang yang tidak biasa-biasa saja seperti pak Menteri ini. Kita bisa meraih posisi ke empat di Asian Games, ini merupakan capaian terbaik dari Indonesia selama berpartisipasi di Asian Games,” kata Johan.
Menpora Imam Nahrawi dalam pemaparannya, bercerita tentang prestasi yang berhasil diraihnya saat ini adalah buah kerja keras dan dukungan dari banyak pihak, salah satunya dukungan yang datang dari orang tua. Dukungan seperti itu, kata Imam kembali, ikut datang dari mantan Presiden ke 4 Republik Indonesia K.H. Abdurahman Wahid (Gus Dur) semasa dirinya aktif di ormas Garda Nusa dan Ikatan Pemuda Nahdlatul Ulama. Ditambahkannya, kunci dari sebuah kesuksesan adalah kerja keras, kerja nyata, kerja cerdas, juga kemauan melakoni sebuah proses yang tidak instan. “Saya ini mantan aktivis. Dulu di Surabaya itu keras ya, tahun 1991-1995 sudah demo (demonstrasi) di mana-mana. Kemudian Gus Dur meminta saya untuk pindah ke Jakarta, dan saya melakukan apa saja (tugas-tugas) yang ada. Jadi kepala kantor, supir, bawain tas pun saya pernah,” kenang Pria kelahiran Bangkalan Madura, 8 Juli 1973 ini.
Terkait perolehan prestasi di Asian Games dan Asian Para Games yang selalu diasosiasikan kepada Kemenpora dan dirinya, Imam mengaku bahwa semua itu adalah berkat dukungan banyak pihak, sehingga apresiasi itu tidak layak disandangnya seorang diri. “Keberhasilan Asian Games 2018 bukanlah prestasi saya, tetapi prestasi kita semua,” tandas Imam dengan rendah hati yang saat itu hadir didampingi oleh Deputy IV Kemenpora Profesor Mulyana.
Imam menceritakan kembali bagaimana masa persiapan Asian Games 2018 dengan seluruh semangat dan energi yang dimiliki panitia dan atlit. ”Kami semua melayani dengan kasih. “Sebagai pemimpin kita harus komitmen dalam menjalankan amanah. Bukan sekedar ikhlas dan cerdas, tetapi harus tuntas.” Imam juga mengingatkan, mungkin pernah ada yang tidak ingin melakukan apa yang bukan menjadi tugasnya, tetapi bila kita ikhlas maka semua akan tuntas. “Seringkali faktor non-teknis menjadi kendala terbesar. “Jangan lupa untuk menghargai proses, karena tidak ada yang mengkhianati proses. Pengalaman Asian Games 2018 dan Asian Para Games 2018 sebagai bukti Indonesia bisa melakukan hal yang lebih besar semisal Olimpiade. Masyarakat Indonesia sudah respek terhadap kemenangan dan kekalahan.
Imam Nahrawi juga sadar benar, bahwa setiap masalah olahraga yang selama ini disorot adalah menterinya. Maka sebagai menteri dia langsung terjun ke lapangan, termasuk mengawal pemberian bonus para atlit. ‘Karena itu pesan Bapak Presiden Joko Widodo agar saya memastikan bahwa bonus yang diterima setiap atlit itu dipastikan sampai ke tangan mereka. Beliau selalu bilang berilah bonusnya sebelum keringatnya kering,” urai politisi PKB yang saat itu memberikan bonus Rp 1,5 miliar kepada peraih medali emas.
Pada akhir acara, moderator Johan Tumanduk merangkum seluruh gagasan dan sikap kepemimpinan Menteri Imam Nahrawi. Setidaknya ada lima Sikap kepemimpinan Imam Nahrawi sebagai Menpora. Pertama, kecakapan spiritualitas. Kedua, kecakapan emosional, mampu mengendalikan diri dan tenang. Ketiga, kekuatan mental. Mampu menghidupi batin dengan berusaha semakimal mungkin. Keempat memiliki kecakapan intelektual. Imam Nahrawi dilahirkan dan dibesarkan di daerah yang kering dan gersang di Madura, bahkan kedua orangtuanya hanyalah lulusan SD Tetapi mampu menginspirasi dan menjadi pemimpin yang berprestasi. Kelima, Nahrawi memiiki kecakapan fisik Sejak muda melatih diri, spiritual, emosi dan fisik. Jauh sebelum menjadi publik figur, anggota dewan dan kemudian menjadi menteri, Nahrawi aktif dalam lingkungan NU, termasuk pernah menjadi asisten merangkap keamanan Gus Dur.
Bagi Imam Nahrawi, Gus Dur bukan hanya tokoh, tetapi bapak bangsa yang mampu dengan keberanian membela yang benar. ‘Saya banyak belajar dari Gus Dur. Beliau guru bangsaTahun 1998 saya disuruh beliau ikut ke Jakarta. Keberanian Gus Dur untuk menjaga kemajemukan di Indonesia,” ujar ayah tujuh anak ini. Semasa hidupnya memang Gus Dur dikenal sosok yang konsisten dengan sikap memperjuangkan keberagaman di Indonesia.
Menjawab pertanyaan peserta, Imam Nahrawi membeberkan pengalamannya bisa memenangkan hati pemilihnya duduk tiga kali menjadi anggota DPR. Ia mengungkap rahasia untuk bisa memperkenalkan diri tanpa membutuhkan dana besar. “Dulu, sebelum saya dikenal, saya sering meminta foto dengan Siapa saja yang saya jumpai dan memohon agar mereka mau berfoto dengan saya. Lalu, foto itu saya cetak dan saya serahkan kepada yang punya foto. Kan mereka jadi senang karena saya kasih foto gratis, lama-lama mereka ingat gambar saya dan dicoblos saat pemilu,” pungkas Imam yang juga calon legislatif DPR RI Dapil DKI Jakarta. margianto