Jakarta, Victoriousnews.com,-Dewan Pimpinan Pusat Perkumpulan Wartawan Media Kristiani (DPP PERWAMKI) masa bakti 2019 sd 2023 resmi dikukuhkan pada hari Senin, (6/5) di Graha Bethel, Jl. Ahmad Yani Kav 65 Jakarta Pusat.
Dengan mengusung tema “Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang (Matius 5:16), sekaligus menjadi tema kotbah yang disampaikan oleh Sekretaris Umum Persekutuan Gereja- Gereja Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom dalam sesi ibadah Pengukuhan dan Doa Pengutusan DPP Perwamki.
Tampak hadir para penasihat Perwamki periode 2019 sd 2023, yakni Pdt. Dr. Japarlin Marbun ( Ketua Umum Badan Pekerja Harian Gereja Bethel Indonesia/ BPH GBI), Pdt. Dr. Antonius Natan (Sekum PGLII DKI Jakarta), Pdt. Dr. Mulyadi Sulaiman (PGPI Pusat), Jhon Panggabean., SH. Sedangkan 2 orang penasihat Perwamki, yakni Pdt. Dr. Abraham Conrad Supit berhalangan karena sakit; dan Dr. Ariasa H Supit.,M.Si berhalangan hadir karena masih di kantor kepresidenan, menggelar acara buka puasa bersama hari pertama. Hadir pula ormas Kristen bernama Majelis Umat Kristen Indonesia (MUKI) yang diwakili oleh Sekretaris Umum MUKI Pdt. Mawardin Zega.
Pdt. Gomar Gultom dalam kotbahnya, mengatakan bahwa orang Kristen diperintahkan untuk menjadi terang, artinya menjadi seperti Kristus. “Kita merefleksikan sinar terang Kristus. Terang yang bersinar dari diri orang Kristen adalah terang dari Kristus yang bersemayam di dalam diri kita,” tutur Gomar.
Menurut Gomar, hanya Kristus yang mampu menyalakan terang di dalam diri orang percaya. “Kita tidak bisa jadi terang untuk diri sendiri, keluarga kita, tapi bagi dunia. Terang untuk memberikan arah, menuntun di tengah kegelapan, menjadi pusat kebaikan bagi banyak orang,” paparnya.
Namun, Pdt. Gomar Gultom menambahkan bahwa Gereja, bahkan diri sendiri bisa menghalangi terang Kristus. “Seorang jurnalis berada dalam pilihan apakah ia akan menjadi terang atau menghalangi terang itu?,” tukasnya sembari bertanya.
Lanjut Gomar, setiap hari orang di sekitar kita akan melihat perbuatan orang percaya yang baik. Menurutnya, orang percaya diselamatkan oleh anugerah Allah. Berbuat baik bukan agar seseorang selamat. Perbuatan baik adalah perbuatan seseorang sebagai ucapan syukur, bukan minta imbalan agar orang lain melihat dan menjadi percaya. “Pesan saya, jangan berbuat baik, tapi kita masih hitung-hitungan atau memikirkan untung atau rugi,” ungkap Gomar.
Mengenai perbuatan baik, menurutnya mesti lahir dari hati yang bersyukur. Tema ini adalah komitmen Perwamki untuk kedepankan suluh (terang) di tengah masyarakat yang saat ini dikuasai kegelapan. “Media dikuasai hoax/berita bohong secara gencar maka akan sulit membedakan mana opini, mana fakta. Mana yang benar dan mana yang bohong. Media televisi ada juga yang tampilkan acara mirip ‘adu jangkrik’.Dikemas hanya demi rating semata. Masyarakat ‘terkecoh’ seolah-olah ini berita, padahal hanya hiburan,” tukasnya.
Sekum PGI kembali mengingatkan bahwa media mempunyai peran strategis untuk melaksanakan reformasi 1998. Bila publik menelan mentah-mentah suatu berita, bisa dibayangkan akibatnya,” tandasnya.
Ia berpesan Perwamki tampil dengan perbuatan baik dan mengutip pandangan Jenderal Gobbels, Menteri Penerangan zaman Hitler mempunyai teori bahwa kebohongan yang dikampanyekan secara terus-menerus akan [dianggap] sebagai suatu kebenaran. Nasionalisme terancam oleh pemberitaan yang kebablasan. “Apakah berita kita menjadi terang atau penghalang bagi orang lain untuk melihat terang itu ?,” pungkas Gomar mengakhiri kotbahnya. SM