Sambutan Pdt. Gomar Gultom, M.Th Dalam HUT ke 32 GKSI: Gereja Harus memikirkan Terobosan di Tengah Masa Sulit Pandemi Corona

Nasional, News2331 Views

Jakarta,Victoriousnews.com,- Dengan protokol kesehatan yang ketat, mulai dari wajib pakai masker, jaga jarak, cuci tangan, hand sanitizer hingga Rapid Test, bagi pesertayang hadir dalam perayaan HUT ke 32 Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI), penutupan sidang sinode serta pentahbisan Pdt. Marjiyo sebagai Ketua Umum GKSI periode 2020 sd 2024 (Sabtu,21/11/20). Acara yang digelar di Aula kantor pusat sinode GKSI, Jl.Kerja Bakti, Kp.Makasar, Jakarta Timur hanya dibatasi berkisar 20 peserta saja (secara offline) dan diikuti oleh ratusan peserta secara webinar (online) di seluruh Indonesia.

Baca Juga: Logo & Merek GKSI Versi Pdt. Marjiyo Telah Diakui Oleh Negara Sejak Tahun 2016

Ketua Majelis Tinggi, Willem Frans Ansanay, SH., M.Th & Ketua Sinode GKSI Pdt. Marjiyo meniup lilin HUT ke 32 (Sabtu, 21/11)

Pendeta Gomar Gultom, M.Th yang menyampaikan kata sambutan secara virtual mengucapkan selamat atas terpilihnya Pdt. Marjiyo sebagai Ketua Umum GKSI kedua kali. Gomar memohon maaf tidak bisa hadir secara offline, karena saat ini negara kita berada di situasi sulit akibat covid-19 dan hanya melakukan melalui virtual,” tukas Pendeta Gomar memulai sambutannya.

Ketum PGI, Pdt. Gomar Gultom menyampaikan kata sambutan dalam penutupan sidan sinode ke 5 & HUT ke 32 GKSI

Menurut Gomar, pandemi ini merupakan sebuah peristiwa yang luar biasa, dan sama sekali baru bagi kita semua. Oleh karenanya tidak bisa kita hadapi dengan biasa-biasa saja. “Gereja harus memikirkan terobosan dan pendekatan baru dalam mengembangkan pelayanan dan pembinaannya di tengah masa-masa sulit ini. Pandemi ini tidak hanya menjadi persoalan kesehatan, tetapi telah merambah ke masalah ekonomi dan persoalan ikutan lainnya yang tidak ringan. Angka kekerasan dalam rumah tangga meningkat. Angka perceraian juga meningkat, terutama di daerah Maluku, dan kini di Toraja tiba-tiba angka bunuh diri menjadi naik dan meningkat,” ungkap Gomar.

Pdt. Marjiyo saat ditahbiskan oleh Pdt. Iwan Tangka. M.Div didampingi oleh sejumlah hamba Tuhan yang hadir

 Lanjut Gomar, dalam masa-masa sulit seperti ini gereja termasuk GKSI terpanggil untuk mendatangkan cinta kasih dengan memperjuangkan kehidupan dari ancaman serta penderitaan akan kematian pandemi. “Oleh karenanya saya sangat menghargai bahwa acara perayaan HUT ke 32 ini dilakukan secara virtual sebagai tanggung jawab gereja GKSI untuk memutus mata rantai penularan covid19,” tutur Gomar menambahkan bahwa sebentar lagi kita akan memasuki minggu-minggu Adven. Dalam tradisi gereja, Adven adalah sebuah peziarahan dalam mempersiapkan diri menyambut kehadiran Kristus, dengan semangat Hope, Love, Joy dan Peace.

Usai sambutan dari Ketum PGI, disusul dengan kebaktian yang dipimpin oleh Pendeta Iwan Tangka, M.Div dengan mengangkat ayat yang terambil dalam kitab Injil Yohanes 17:6-19.

Di penghujung acara perayaan HUT ke 32, dilakukan tiup lilin dan pemotongan kue yang langsung dipimpin oleh Ketua Umum GKSI, Pdt. Marjiyo dan Frans Ansanay selaku Ketua Majelis Tinggi GKSI. “Saya berharap dalam HUT ke 32 GKSI, agar teman-teman hamba Tuhan termotivasi dan dewasa dalam Melayani Tuhan. Bahwa sebetulnya di masa transisi periode saya sebagai Ketua Umum selama 5 tahun ini, kita benar-benar menjadi dewasa di dalam pelayanan. Betul-betul gereja itu menjadi berkat bagi banyak orang sesuai visi misi yang sudah kita tuangkan,” kata Pdt. Marjiyo.

ki-ka: Ketum Sinode GKSI terpilih, Pdt. Marjiyo dan Ketua Majelis Tinggi GKSI, Willem Frans Ansanay, SH.,M.Th

Ketua Majelis Tinggi GKSI, Willem Frans Ansanay, SH, MPd, mengatakan bahwa GKSI yang berdiri sejak 21 November 1988, sampai 21 November 2020 telah mengalami mengalami 5 kali sidang sinode. Dalam sidang sinode itu ada perubahan yang dialami baik pencapaian atau perlu ditingkatkan. Namun, dalam sidang sinode ke-4 telah terjadi perubahan yang sangat fundamental yaitu bergesernya kepemimpinan yang cukup lama kemudian diambil alih oleh generasi yang berikut.

Masih kata Frans, pengalaman kepemimpinan bangsa Indonesia selama 32 tahun dipimpin rezim orde baru (Presiden Soeharto) dan berakhir karena digulingkan oleh sebagian masyarakat termasuk mahasiswa menjadi era dimulainya masa reformasi. Ini juga mengubah dimana kepemimpinan Presiden tidak lagi sampai puluhan tahun dibatasi hanya 2 periode. “Begitupun di GKSI dan Ini semata karena dikehendaki oleh Tuhan kalau Dia berkehendak maka tidak ada satu orang pun dapat menghalangi. Sama seperti saat Tuhan menghendaki pemerintahan Israel dari Saul kepada Daud dengan cara apapun Saul mempertahankan posisinya tetapi akhirnya beralih ke Daud karena itu rancangan Tuhan, demikian juga yang terjadi di GKSI,” urai Frans. SM