Rayakan HUT Ke- 21, PERWAMKI Berbagi Kasih Kepada Anak Pejuang Kanker di Rumah  “ANYO”

Perayaan HUT sederhana ini dihadiri Ketum PGI, Pdt. Gomar Gultom, Penasihat Perwamki Jhon SE Panggabean, Ketua YAI Pinta Panggabean, serta pendiri YAI Sabar Manullang, 

News, Ragam302 Views

Victoriousnews.com,-Wadah Pers Kristiani bernama Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonesia (PERWAMKI) yang didirikan bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda kini telah genap  berusia 21 tahun (28 Oktober 2003 – 28 Oktober 2024). Berbeda dengan tahun sebelumnya, perayaan syukur HUT Perwamki ke-21  kali ini dirayakan secara sederhana, menyentuh hati dan sarat makna. Karena Perwamki memilih merayakannya bersama anak-anak pejuang kanker di Rumah Tinggal sementara “ANYO”, Jl. Anggrek Neli Murni VIII No A 40, Slipi, Jakarta Barat, Selasa, (29/10/24).

 Dengan mengusung tema “Diberkati Untuk Menjadi Berkat”, kunjungan Perwamki ke Rumah ANYO ini merupakan “kado” kecil bagi anak-anak penderita kanker. Minimal dapat  memberikan semangat serta motivasi agar para pejuang kanker itu dapat segera disembuhkan. “Sesuai tema HUT Perwamki ‘Diberkati Untuk Menjadi Berkat’, biasanya kan kita rayakan di hotel atau gedung, makan-makan. Kini sudah saatnya Perwamki berbagi kasih. Kenapa panitia memilih merayakan HUT Perwamki bersama anak-anak pejuang kanker di Rumah ANYO? Karena  Tuhan sudah memberkati PERWAMKI selama 21 Tahun dan kini saatnya menjadi berkat bagi orang-orang yang membutuhkan uluran tangan,” ujar Ketua Panitia HUT ke-21 Perwamki, Agus R Panjaitan.

 Ketum Perwamki, Stevano Margianto didampingi Ketua Panitia Agus Panjaitan (Kemeja Hitam) dan penasehat Perwamki Jhon Panggabean (Jas Hitam), Memberikan potongan nasi tumpeng kepada Ketum PGI Pdt. Gomar Gultom. 

Perayaan HUT sederhana ini dihadiri oleh Ketum PGI, Pdt. Gomar Gultom, Penasihat Perwamki Jhon SE Panggabean, Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Ibu Pinta Panggabean, pendiri YAI Bapak Sabar Manullang, Ketum DPP Perwamki Stevano Margianto, Sekum DPP Perwamki David Pasaribu, Mantan Sekum Perwamki sekaligus Ketua Panitia HUT Agus Panjaitan, Pengurus DPP/Bendahara Panitia Yenita, Pengurus DPP/Seksi Humas Panitia Ronaldy Hehakaya, Anggota/ Seksi Acara Timoty Maju  anggota Paul Makugoru serta  5 orang anak pejuang kanker beserta orangtuanya atau pendamping,

Dalam kunjungan ke Rumah ANYO memang tidak ada acara ibadah khusus, tetapi sebagai ungkapan syukur, Perwamki bikin acara potong nasi tumpeng serta tiup lilin secara bersama-sama dengan anak-anak pejuang kanker. Lagu “Panjang Umurnya” disertai tepuk tangan pun menggema, memenuhi ruangan Rumah ANYO. Kemudian  Ketum Perwamki mendapatkan giliran pertama untuk memotong nasi tumpeng untuk diberikan kepada Ketum PGI, Pdt. Gomar Gultom.  Sedangkan Sekum Perwamki memberikan kepada Penasehat Perwamki, Jhon SE Panggabean.  Disusul  makan bersama dengan pengurus YAI, serta anak-anak pejuang kanker.

Di penghujung acara, Ketum PGI didaulat untuk menutup dengan doa syafaat, yakni; mendoakan para pejuang kanker, pengurus YAI serta Perwamki yang telah berusia 21 tahun. Di akhir acara tersebut, Perwamki memberikan sedikit donasi dana kepada pengurus YAI,  buku bacaan anak, mainan anak, buku dan alat tulis bagi anak pejuang kanker.

Ketum PGI, Pdt.Gomar Gultom,M.Th: Rumah ANYO Adalah “Malaikat Tanpa Sayap” Yang Diutus Tuhan Menolong Para Pejuang Kanker!

Dari Kanan-Kiri: Penasihat Perwamki Jhon SE Panggabean, Ketum PGI Pdt, Gomar Gultom & Pendiri Yayasan Anyo Indonesia (YAI), Sabar Manullang menikmati nasi tumpeng dalam perayaan HUT Perwamki, Selasa (29/10/24)

Pada kesempatan itu, Pdt Gomar Gultom, mengucapkan terimakasih  telah diundang di perayaan syukur HUT Perwamki. Ia merasa terharu sekaligus bahagia dapat hadir memenuhi undangan Perwamki di Rumah ANYO. “Saya senang sekaligus terharu, apalagi pendiri YAI ini teman SMA saya ketika sama-sama belajar di PSKD. Saya baru tahu tentang adanya rumah singgah untuk anak-anak pejuang kanker. Saya salut dengan teman saya dan isterinya. Saya menilai mereka sebagai malaikat tanpa sayap yang diutus Tuhan untuk menolong anak-anak pejuang kanker. Karena, mereka bukan hanya menampung tetapi juga mencari anak pejuang kanker yang perlu ditolong hingga ke daerah-daerah. Saya merasa tidak ada apa-apanya pelayanan saya selama ini dibanding mereka. Dan kenapa penghujung masa jabatan saya di PGI saya baru tahu dengan Yayasan Anyo?,’ tukas  Gomar penuh haru.

Gomar berharap kepada para pejuang kanker dapat melakukan pengobatan yang tepat dan teratur. Karena selama ini, ia melihat banyak sekali penderita kanker yang tidak bertahan, bukan hanya karena penyakitnya, tetapi juga karena pilihan pengobatan. “Mereka banyak yang tidak sabar dan berpindah ke pengobatan tradisional ketika berada  fase yang kritis. Padahal saat itu seharusnya mendapat penanganan medis yang intensif,” tutur  Gomar.

Lanjut Gomar, dirinya berjanji akan memperkenalkan Rumah Anyo ini ke  berbagai gereja agar semakin banyak yang tahu dan bisa membantu. “Akhir kata, saya mengucapkan Selamat ulang tahun Perwamki ke-21. Dengan perayaan yang penuh makna ini,  Perwamki tak hanya menunjukkan kepedulian, namun juga komitmen untuk terus mendorong kepedulian masyarakat terhadap anak-anak penderita kanker. Diharapkan momentum ini mampu menginspirasi dan memotivasi lebih banyak pihak untuk turut serta mendukung upaya Yayasan Anyo dan misi kemanusiaan lainnya di seluruh Indonesia,” pungkas Gomar.

Penasehat Perwamki, Jhon SE Panggabean,SH,MH:  Kunjungan Perwamki Ini Sederhana Tapi Penuh Makna

Penasihat Perwamki, Jhon Panggabean menyerahkan bingkisan kepada anak pejuang kanker

Dalam kata sambutanya, penasehat Perwamki, Jhon Panggabean mengngkapkan, bahwa kunjungan ke Rumah Anyo ini sederhana tetapi memiliki makna yang sangat dalam. “Saya tadi mewawancarai salah satu anak pejuang kanker, cita-citanya mau jadi apa? Ternyata dia mau jadi tentara. Kemudian saya tanya lagi, apa alasanmu ingin jadi tentara? ‘Saya ingin membangun bangsa ini katanya’.  Disitulah saya merasa terharu. Karena seorang anak kecil yang sedang berjuang melawan kanker saja mempunyai cita-cita sangat tulus ingin membangun bangsa ini,” ujar Jhon.

Jhon berharap,  Rumah ANYO ini dapat  menjadi tempat persinggahan yang penuh berkat serta banyak pejuang kanker yang menjadi sehat dan disembuhkan. “Saya terus berdoa, lewat ANYO banyak para pejuang kanker disembuhkan, serta pengelolanya terus diberkati Tuhan. Kebetulan disini hadir Ketum Perwamki, Sekjen, Ketua panitia serta beberapa  anggota perwamki,  marilah kita tunjukkan sebagai wartawan Kristiani yang terus  memberitakan  hal yang baik. Sebagai wartawan yang dapat memberikan semangat, serta berani memberitakan firman Tuhan. Saya juga berharap agar Perwamki juga dapat  menjadi berkat bagi seluruh Indonesia, bukan hanya orang Kristen saja, tetapi kepada sesama orang yang berbeda  latar belakang suku dan ras, “ tukas pengacara senior yang juga Wakil Ketum PERADI SAI.

Rumah ANYO Didirikan Untuk Menolong Anak Pejuang Kanker Di Seluruh Indonesia Tanpa Lihat Latar Belakang Agama, Suku & Ras.

Ketua Yayasan Anyo Indonesa (YAI) Pinta Panggabean ketika menyampaikan sharing terkait kanker pada anak

Yayasan Anyo Indonesia (YAI) atau Rumah ANYO yang terletak di jalan Anggerek Neli Murni VIII No.A 40, Slipi, Jakarta Barat ini didirikan pada 27 Juni 2012 oleh pasangan suami isteri, Sabar Manulang & Pinta Panggabean.

Yayasan ini  dikelola secara sosial nirlaba dan  menampung anak-anak pejuang kanker yang berasal dari seluruh daerah di Indonesia, tanpa melihat latar belakang, suku, ras dan agama. “Saya terpanggil mendirikan Rumah  ANYO bagi Anak-anak Penderita Kanker karena ingin menolong Anyo-Anyo lainnya. Karena Anyo, anak saya itu telah berpulang akibat kanker leukimia,” tutur Ketua YAI, Pinta Panggabean menceritakan latar belakang berdirinya Rumah ANYO.

Sekum Perwamki David Pasaribu memberikan potongan nasi tumpeng kepada penasihat Perwamki, Jhon Panggabean

ANYO itu adalah panggilan dari nama kecil almarhum Andrew Maruli David Manullang putra sulung Sabar dan Pinta. “Anyo didiagnosa kanker darah (leukimia) pada Tahun Tahun 2004. Pada waktu itu usianya 12 Tahun. Hasil diagnosa dokter saat itu, Anyo terkena kanker darah yang disebabkan oleh virus. Gejala  awalnya seperti terkena penyakit tipes. Setelah menjalani berbagai pengobatan, akhirnya Tuhan berkehendak lain. Anak kami berpulang pada umur 19 tahun, tepatnya tanggal 7 Desember 2009,” kenang Pinta.

Berbekal dari pengalaman 4 tahun lebih merawat Anyo inilah Pinta bersama suami mendirikan Rumah Singgah ANYO bagi anak-anak yang sakit  kanker.  “Rumah Anyo bukan tempat singgah tetapi tempat tinggal sementara, dan jangan menyebut mereka ‘penderita’ tetapi anak dengan kanker atau lainnya karena kata ‘Penderita’ mempengaruhi psikologis mereka bahwa kanker adalah penderitaan dapat membuat mereka menjadi tidak bersemangat,” papar  Pinta sembari menambahkan bahwa Rumah ANYO pernah dikunjungi oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalm rangkamemperingati  Hari Kanker Anak Internasional 15 Februari 2024.

Sedangkan sang suami, Sabar Manulang mengatakan, bahwa,  di rumah ANYO ini, anak pejuang kanker dengan pendampingnya dibuat senyaman mungkin. “Mereka tidak membayar apapun, segala kebutuhan. seperti; kebutuhan sehari-hari hingga transportasi pengobatan ke RS disediakan gratis. Bahkan di rumah ini kami juga sediakan Lift  untuk naik ke lantai atas. Kenapa? Mereka harus nyaman selama  menjalani pengobatan. Keberadaan Lift di sini untuk memudahkan mereka naik ke kamar mereka di lantai 2 karena lemas, tidak kuat naik tangga sehabis menjalani pengobatan (kemotraphy) di RS,” urai  Sabar.

Kerinduan pendiri Rumah ANYO ini adalah meneruskan semangat Anyo untuk menolong anak-anak Indonesia yang masih berjuang melawan kanker, terutama yang berasal dari keluarga kurang mampu di Indonesia. “Awalnya kami  menerima mereka yang datang. Namun sekarang kami melakukan  ‘jemput bola’, mencari anak-anak pejuang kanker dari Sabang sampai Merauke, yang membutuhkan pertolongan. Anak pejuang kanker dengan orangtuanya (pendamping) dari berbagai daerah diberikan  transportasinya ke Jakarta untuk berobat di RS,” tandas Sabar.

 Di Indonesia, Anak-anak Rentan  Terjangkit  Kanker Darah  & Mata

Sabar dan Pinta menceritakan, untuk mencari  anak pejuang kanker, selama ini bersinergi dengan Puskesmas daerah. “Karena umumnya Puskesmaslah tempat pertama kali mereka berobat. Kemudian, dari puskesmas itulah deteksi awal terjangkit kanker bisa diketahui. Jadi kami  ingin mengurangi beban mereka. Tujuan bekerjasama dengan Puskesmas agar anak pejuang kanker dapat terdeteksi secara  dini dan stadium awal. Karena kebanyakan  mereka yang datang ke Rumah ANYO sudah dalam stadium lanjut,” kata Pinta.

Menurut Pinta, jenis penyakit kanker terbanyak di Indonesia adalah kanker darah dan kanker mata. “Kanker mata biasanya terjadi pada anak Balita. Saat ini sudah ada alat yang dapat mendeteksi dini kanker mata. Dan kanker mata paling mudah untuk disembuhkan. Kini, ada   beberapa anak dengan kanker mata dari Rumah ANYO yang kita sekolahkan ke Universitas. mereka sudah sembuh dan hidup dengan normal. Mereka eks pejuang kanker harus kita motivasi bahwa mereka bisa sukses dan tidak minder (kecil hati). Kita juga gencar sosialisasi tentang pencegahan dan penanganan dini kanker,” ungkap Pinta.

Menyadari kompleksnya penanggulangan kanker pada anak yang tidak dapat ditangani sendiri, oleh karenanya YAI hadir dengan visi ingin bergandengan tangan bersama hand-in-hand dengan semua pihak yang Peduli untuk menolong anak-anak dengan kanker, sedangkan misinya ingin meringankan beban keluarga mereka.

Tantangan selanjutnya. lanjut Pinta. dalam mendirikan Rumah Anyo adalah terkait dana. Dengan dana yang lebih memadai, Rumah Anyo bisa melakukan lebih banyak upaya untuk menyelamatkan anak pejuang kanker. Mulai dari memperluas Rumah Anyo agar bisa lebih banyak menampung pasien anak pejuang kanker. Kemudian, dengan dana yang cukup, Yayasan Anyo Indonesia juga bisa lebih banyak mengedukasi orang terkait kanker pada anak dan bagaimana cara mendeteksinya sejak dini. Pasalnya, anak pejuang kanker yang pernah tinggal di Rumah Anyo ada sekitar 200-an. “Tapi, sayangnya dari 2012 sampai saat ini itu 30 persennya sudah meninggal dunia. Karena ketika mereka pertama kali datang itu dalam kondisi parah. Hal itu disebabkan karena tenaga kesehatan di daerah tidak mampu mendeteksi kanker sejak dini pada anak sehingga pengobatannya telat,” ujarnya.

 Pinta juga mengucapkan terima kasih kepada Perwamki serta pihak-pihak yang telah mendukung Yayasan Anyo, termasuk Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kayu Putih yang sudah memberikan bantuan selama Ini. “GKI Kayu Putih secara konsisten mendukung kamii, khususnya dalam penyediaan tiket transportasi bagi penderita kanker dari seluruh nusantara. Kami menghadapi banyak tantangan, termasuk minimnya tenaga dokter. Saat ini, hanya ada sekitar 70 dokter spesialis kanker anak di seluruh Indonesia, sementara jumlah kasusnya, menurut WHO, mencapai ribuan,” katanya dengan tegas. Pinta berharap dukungan dari masyarakat dan media untuk menyuarakan kenyataan kanker di Indonesia yang sangat membutuhkan perhatian dan aksi nyata. “Kanker yang sering terjadi di Indonesia adalah leukemia dan retinoblastoma (kanker mata) yang banyak dialami anak-anak.”

Sebagai pengelola Rumah Anyo, Pinta terus mengingatkan kepada masyarakat agar mewaspadai penggunaan kemasan plastik, terutama untuk makanan panas. “Kemasan plastik relatif aman untuk makanan dingin, tetapi sangat berbahaya jika digunakan untuk makanan panas. Selain itu, risiko bahaya asap rokok, terutama bagi perokok pasif, juga sangat tinggi,” pungkas  berharap kepada masyarakat terapkan pola hidup sehat sejak usia dini. SM