JAKARTA, VICTORIOUSNEWS.COM,-Hadiah terbesar dari Allah kepada umat Kristen pasca Kristus terangkat ke Sorga adalah Roh Kudus, Gereja, dan Kitab Suci (Alkitab). Ketiga hal ini bukanlah hasil penemuan atau upaya dari umat Kristen tetapi dengan sengaja dihadirkan di dunia oleh Allah untuk mewujudkan Kerajaan Allah yang telah datang (…”Datanglah Kerajaan-Mu”…) di dalam dan melalui Kristus, yakni dengan menghadirkan shalom Kristus bagi umat manusia, dalam dimensi keselamatan, keadilan, kesejahteraan yang utuh, dan menyeluruh. Di sini peran gereja dan umat Kristen sangat penting. Hal itulah yang mengemuka dalam peluncuran sekaligus bedah Alkitab yang diterbitkan oleh Lembaga Alkitab Indonesia dengan tajuk “Hidup Sejahtera Berkeadilan” di Gedung LAI lantai 10, Salemba Jakarta Pusat, Jumat (6/4).
Sentralitas Gereja adalah Kitab Suci (Alkitab) yang menjadi penuntun dan pedoman bagi umat Kristen dalam memanifestasikan kesaksian imannya di tengah kehidupan masyakarat Indonesia yang majemuk. Pada sisi bersamaan, dalam konteks Indonesia saat ini, gereja sedang mengalami berbagai himpitan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal, gereja-gereja di Indonesia sedang menghadapi arus sekularisme-individualistik, spiritual postmodernitas yang antara lain muncul dalam bentuk populer sebagai gereja ‘sensitive seeker’ yang ditandai dengan ciri ‘A-B-C’ (attendance-building-cash). Pada gereja-gereja ‘A-B-C’, ukuran dari pertumbuhan gereja adalah angka dan jemaat yang dikelola melalui sistem pemasaran dan jemaat yang ditarget sebagai konsumen yang memiliki nilai untung.
Dalam konteks ini, Kitab Suci telah hilang dari gereja dan kalaupun masih seringkali digunakan untuk tujuan yang jauh dari maksud isi dari Alkitab itu sendiri. Secara eksternal, gereja sedang menghadapi menguatnya isu-isu intoleransi, radikalisme, penistaan agama, korupsi, hukum yang tidak berkeadilan, kemiskinan, dan lain sebagainya, dimana faktor-faktor tersebut ikut memberikan pengaruh dalam kehidupan umat Kristen dan gereja. Suatu kontemplasi diri diajukan, apakah suara kenabian gereja masih terdengar? Atau apakah perjuangan ikut membangun masyarakat yang sejahtera dan berkeadilan masih dilakukan?
Dalam ajaran Kitab Suci, cinta kasih dan keadilan merupakan perjuangan umat Kristen dalam membela kaum yang terpojok dan terlupakan. Salib Kristus telah mempertemukan kasih dan keadilan yang tampil secara bersamaan dalam bentuk tindakan kasih yang membela dan menyelamatkan. Tidak ada kasih tanpa keadilan dan tidak mungkin ada keadilan tanpa kasih. Kekristenan tidak boleh hanya menjadikan kasih sebagai tujuan yang ultimat, keduanya harus berjalan beriringan.
Untuk mengartikulasikan perjuangan iman Kristen agar tetap setia kepada yang diperintahkan dan dikehendaki Allah, atas zaman hari ini dan demi masa depan umat Kristen, Kitab Suci tetap harus menjadi yang utama. Bahwa titik awal untuk menentukan perjuangan umat Kristen untuk ikut andil dalam perak-arakan kemenangan Kristus haruslah melalui pernyataan Allah mengenai diri-Nya, kehendak-Nya, dan jalan-Nya di dalam dan melalui Kitab Suci (Alkitab).
Hadirnya terbitan Alkitab “Hidup Sejahtera Berkeadilan” dalam suatu momentum tertentu yang sangat dan terlalu penting, khususnya dalam konteks pergumulan umat Kristen dan gereja-gereja di Indonesia hari ini. Sekarang, umat Kristen dan gereja-gereja di Indonesia semakin diperkaya dengan kebenaran isi Kitab Suci yang memunculkan isi Alkitab di seputar shalom Kristus yang memang telah datang itu, dalam menghadirkan kesejahteraan dan keadilan. Alkitab “Hidup Sejahtera Berkeadilan” ini sangat penting untuk dimiliki, dibaca, dipelajari, dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh lapisan umat Kristen, sehingga suatu peran serta membangun dan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan benar-benar terealisasi. Ayub 29:14 menyatakan, “Aku berpakaian kebenaran dan keadilan menutupi aku seperti jubah dan serban.”
Demikian Pdt. Dr. Ronny Mandang., M.Th (Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja dan Lembaga-lembaga Injili Indonesia) menyampaikan materi Bedah Buku ‘Aklitab Hidup Sejahtera Berkeadilan’ di Lantai 10 Gedung Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) Jalan Salemba Nomor 12 (Jakarta Pusat) pada Jumat siang, 6 April 2018. Dr. Albert Hasibuan., SH., (Advokat, Praktisi Hukum, dan Dosen) menyampaikan materi 2,5 halaman berjudul “Pengaruh Alkitab Menginpirasi Pekerjaan/Pelayanan dan Justice Peace Integrity of Creation” (JPIC). Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Bidang Hukum dan Ketatanegaraan periode 10 Januari 2012-19 Januari 2015 ini tertarik menengahkan riwayat kehidupan filsuf moral dan politik, John Rawls. Bukunya ‘A Teory of Justice’ (Teori tentang Keadilan} yang terbit pada tahun 1971 merupakan karya yang menurutnya fenomenal.
Pemikiran Rawls tentang keadilan, dalam buku tersebut, selain merumuskan bahwa ‘Justice is the first virtue of social institution as truth is of system of thought” (Keadilan adalah kebajikan pertama dari institusi sosial seperti kebenaran pada sistem berpikir) juga membahas konsep ;justice as fairness’, uraian tentang prinsip-prinsip keadilan (‘The Principles of Justice’} antara lain persamaan pendapatan (equality of income), persamaan kesempatan (equality opportunity), keadilan di bidang ekonomi, ‘distribute justice’, dan lain-lain.
Rawls menuliskan, Alkitab telah tidak menjadi sumber inspirasinya. Alasannya, dia kecewa, karena sebagai tentara Amerika pada Perang Dunia II harus menyaksikan berjuta-juta korban manusia akibat kekejaman ‘holocaust’ dan pemboman kota-kota Jerman dan Jepang. Dia menyimpulkan bahwa menginterpretasi sejarah sebagai kehendak Tuhan dalam Alkitab seyogyanya sama dengan ide dasar dari keadilan yang kita semua pahami.
Kini, intrepretasi Rawls tentang moralitas Tuhan dan keadilan manusia itu menjadi perhatian banyak kalangan terutama kaum muda. Jika Tuhan adalah sumber moralitas keadilan dan Alkitab berbicara tentang etika Kristiani yaitu keadilan, kebenaran, perdamaian, dan lain-lain, mengapa hal ini berbeda, bahkan bersifat antitesa, dengan pelbagai kenyataan kehidupan sehari-hari. Banyak perbuatan, kejadian, dan situasi dalam kehidupan manusia yang bersifat kontradisi dan paradoks dengan moral Tuhan dan etika pengajaran Alkitab. Orang mempertanyakan kontradisi antara ‘the haves’ yang kaya dan berkelimpahan serta serba nyaman dengan yang miskin atau ‘the haves not’ yang menderita serba keuangan dan kelaparan serta ketidakadilan.
Selain dua pembicara tersebut, bedah buku ‘Alkitab Hidup Sejahtera Berkeadilan’ menghdirkan Romo Benny Susetyo Pr, Pdt. Sylvana Maria, M.Th, dan Pdt. Anwar Tjen, Ph.D serta Pdt. Weinata Sairin, M.Th sebagai moderator. Peluncuran Kitab Suci ini sebagai lanjutan peluncuran dua produk terbaru Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) masing-masing Alkitab Digital dan Alkitab Hidup Sejahtera Berkeadilan. Dua produk baru ini diluncurkan bertepatan dengan perayaan HUT ke-64 LAI di Wisma Kinasih (Caringin, Bogor, Jawa Barat). Epaphroditus Ph M dan Stevano Margianto