JAKARTA, Victoriousnews.com,- “Pemimpin Kristen Milenial Yang Relevan Dalam Era Revolusi Industri 4.0”. Demikian tema yang diangkat dalam Wisuda Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emmanuel (STT REM) ke XII di Apartemen Robinson, Jl. Jembatan Dua Raya No.2, Jakarta Utara, (Sabtu, 31/8). Tampak hadir dalam acara wisuda tersebut adalah: Prof.Dr. Thomas Pentury, M.Si (Dirjen Bimas Kristen RI), Dr.Abraham Conrad Supit (Ketua Yayasan Conrad Supit Center), Dr. Yogi Dewanto, MBA (Ketua STT REM), Dr. Antonius Natan, M.Th (Wakil Ketua I), Dr. Agus Sutantri., M.Th (Wakil Ketua II), Dr. Rahtomojati (Wakil Ketua III), Dr. Binsar Pangaribuan, Dr. Jaswin Damanik, Dr. Lenny Chendralisan, Dr. Ellyazer Pada,.M.Th, Yusak Itong Suryana, M.Th dan sejumlah dosen pengajar STT REM, Rektor STT Jaffray Jakarta, Dr. Nasokhili Giawa, M.Th serta tamu undangan dan para orangtua wisudawan/ti. Sebanyak 28 orang wisudawan/ti yang ditahbiskan dalam wisuda STT REM ke XII (Sabtu, 31/8/2019), terdiri dari 3 orang Sarjana Teologi (S.Th, 11 Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pd.K), 14 Magister Teologi (M.Th).
Ketua Panitia Wisuda STT REM, Pdt. Steven R Palit., M.Th, dalam kata sambutannya,mengatakan bahwa, momentum yang terindah bagi setiap para mahasiswa selama mereka menempuh studi adalah sesuatu yang sangat luar biasa ketika pada saat ini diwisuda yang ditandai dengan dipindahkannya kucir atau tali yang ada di topi wisuda dari sebelah kiri ke sebelah kanan dari akademik menuju kepada kreativitas untuk berkarya sebagai satu legitimasi konkrit tanda sahnya mereka mendapatkan legalitas akademik. “Mereka telah melewati suatu proses yang penuh dengan perjuangan yang tidak instan dan telah mencapai garis finish hasil dari usaha yang gigih tekun dan disiplin selama mereka mengikuti proses studinya atau finishing well,” tukas Steven.
Lanjut Steven, Dunia semakin canggih dengan berbagai Industri Modern yang semakin maju di era revolusi industri 4.0, demikian brand yang saat sekarang ini sebagai penyebutan di era modernisasi. “Oleh karena itu setiap para lulusan harus siap bersaing dengan segala pengetahuan yang ada dan pasti tidak kalah bersaing di era revolusi industri 4.0, dikarenakan semua memiliki peluang yang sama, pastinya yang siap akan berkompetisi dengan baik tanpa meninggalkan esensi sebagai murid Kristus. STT REM mengambil tema pemimpin Kristen milenial yang relevan dalam era revolusi industri 4.0 sebagai wujud bahwa siap bersaing dengan para lulusan yang mumpuni dan tentunya siap berkarya di era ini. Itu sebabnya, para penamat sudah dibekali dengan pengetahuan secara kepemimpinan yang mumpuni yang siap diaplikasikan di manapun dan tentunya siap berkarya di era tersebut,” papar Steven.
Sementara itu, Dr. Rahtomojati.,M.Th dalam kotbahnya mengutip kitab Matius 20: 24-28. “Apakah kepemimpinan Yesus masih relevan dengan kehidupan zaman sekarang? Tentu saja masih sangat relevan. Karena pada saat ini sebagai pemimpin Kristen, kita harus meneladani kepemimpinan Tuhan Yesus Kristus, yaitu: Dia datang bukan untuk dilayani tetapi untuk melayani. Barangsiapa ingin menjadi yang terbesar harus melayani. Barangsiapa ingin menjadi yang terkemuka, ia harus mau menjadi hamba.
Apalagi kehidupan zaman sekarang, kita memasuki revolusi industri 4.0. Ini tandanya banyak sekali, perubahan-perubahan dalam revolusi industri 4.0. Generasi ini umumnya ditandai peningkatan penggunaan dan keakraban berkomunikasi dengan teknologi digital. Seorang pemimpin Kristen milenial harus memperhatikan perubahan perkembangan zaman pada saat sekarang ini. Apa dampaknya revolusi industri 4.0? Pesatnya perkembangan teknologi yang telah menggantikan tenaga manusia mengakibatkan tingkat penggunaan yang tinggi di kalangan anak muda. Sehingga banyak sekali pengangguran, semua diganti dengan semua serba digital,” ujar Dr. Rahtomojati.
Menurut Rahtomojati, sorang pemimpin Kristen milenial harus berperan aktif, dan harus inovatif mempersiapkan perubahan-perubahan yang terjadi dampak. “Seorang pemimpin Kristen milenial mesti memahami dan menyadari apa yang harus dilakukan. Pemimpin gereja atau pemimpin apapun kita tetap tanamkan nilai-nilai kebenaran firman Tuhan, bahwa kita ini hamba-hamba yang melayani kita bukan bos. Kita saat ini berada dan kepemimpinan Yesus masih relevan di era revolusi industri 4.0. Saya yakin Indonesia akan mengalami perubahan yang lebih dahsyat lagi untuk kemuliaan nama Tuhan khususnya STT Rahmat Emmanuel perubahan ke arah yang lebih baik buat lingkungan kita buat bangsa kita dan nama Tuhan dipermuliakan,” papar Dr. Rahtomojati.
Pada kesempatan tersebut, Dr. Antonius Natan, M.Th membacakan Surat Keputusan Ketua Sekolah Tinggi theologia Rahmat Emmanuel nomor 029/8/ 2019 tentang wisuda Sekolah Tinggi Teologia Rahmat Emmanuel tahun 2019. “Sesuai dengan ketentuan dan peraturan pendidikan Tinggi Teologi, maka telah diselenggarakan ujian bagi para mahasiswa mahasiswi Sekolah Tinggi theologia Rahmat Emmanuel STT REM Prodi Sarjana Teologi (S.Th), Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.Pd.K), Magister Teologi (M.Th), dan Magister Pendidikan Agama Kristen (M.Pd.K),” tukas Dr. Antonius.
Ketua Yayasan Abraham Conrad Supit Center, Dr. Abraham Conrad Supit, dalam kata sambutannya berpesan kepada wisudawan/ti, bahwa kini zaman bergulir begitu cepat. “Keadaan seolah-olah berubah sangat cepat. Ini adalah tantangan yang sangat besar dan sekaligus juga membuka peluang yang sama besarnya. Era milenial telah mewarnai hampir seluruh tatanan hidup sosial. Ini dapat menjadi suatu persoalan besar, namun sekaligus juga menjadi peluang untuk lompatan yang sangat jauh. Menjadi persoalan adalah jika tidak mempersiapkan segala hal yang diperlukan untuk perubahan besar, dan menjadi peluang besar, jika institusi Pendidikan ini berhadi menyamakan ritme perubahan itu dalam dinamika terkini. Kita tidak dapat menghentikan perubahan. Oleh karena itu, pemimpin Kristen harus bisa masuk dalam perubahan global di era revolusi industry 4.0 dan bisa bersaing di era milenial, di zaman ini dengan tidak meninggalkan esensinya sebagai hamba,” tanda Dr. Abraham Conrad Supit.
Dr. Nur Imam Darmawan, didaulat untuk menyampaikan kesaksian mantan alumni STT REM. “Saya kuliah di STT REM tahun 2012 saya lulus tahun 2014. Setelah 2014 saya melanjutkan lagi untuk meraih gelar Doktor Teologi, Puji tuhan lulus tahun 2017. Latar belakang saya adalah Sarjana teknik mesin yang biasanya paling senang bongkar pasang mesin bubut, ngebor segala macam dan saya dipercayakan Tuhan untuk mengelola perusahaan perkapalan. Jadi perusahaan saya ada beberapa kapal tanker,” ujar Imam.
Sebagai alumni, Imam sangat bersyukur karena ketika belajar di STT REM tidak hanya ilmu pengetahuan Alkitab, namun juga belajar mengenai pembentukan karakter. “Nah, ketika belajar pembentukan karakter, apapun tantangan masalah boleh terjadi dalam dunia bisnis, pasti Tuhan tolong dan memberikan jalan keluar. Jadilah pemimpin pemimpin Kristen membawa dampak perubahan, khususnya di era milenial saat ini. Dan dimanapun Tuhan tempatkan, kita harus menjadi terang dan garam bagi masyarakat, bangsa dan negara,” urai Imam.
Ketua STT REM, Dr.Yogi Dewanto, M.BA, dalam kata sambutannya, menegaskan, bahwa era modern bergulir, dengan pesatnya dan tidak memandang bulu, tidak melihat siapa kita, semuanya dituntut harus siap bersaing dengan segala keilmuan yang ada, agar tidak ketinggalan zaman. Oleh karena itu, lulusan STT REM juga dituntut untuk bisa masuk dan bersaing dalam era globalisasi dengan teknologi industry yang semakin canggih di era revolusi industry 4.0. “Inilah perubahan yang ada dan nyata di mata kita. Suka tidak suka semua kita dibawa masuk pada zaman ini di era milenial, dimana semua memiliki peluang yang sangat besar termasuk lulusan STT REM, dan saya berkeyakinan bahwa lulusan (output) STT REM siap bersaing di era milenial revolusi industri 4.0. Pemimpin yang ada di STT REM, siap masuk dan bersaing di era milenial revolusi industri, inilah juga yang menjadi buah pemikiran kami STT REM yang tertuang dalam tema wisuda,” ungkap Dr. Yogi sembari memuji kepemimpinan Pak Ariasa Supit, STT REM sangat terkenal karena setiap bulan mengundang Menteri untuk memberikan kuliah umum.
Dirjen Bimas Kristen RI, Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si berpesan kepada para wisudawan/ti, bahwa, pemimpin Kristen di generasi milenial harus punya kemampuan untuk memimpin, terutama di Era Milenial ini. Karena di era milenial ini, persaingannya begitu ketat. Oleh karenanya, saya ingin mengajak lembaga-lembaga pendidikan tinggi teologia di Indonesia untuk menata sistem pendidikan Kristen atau pendidikan teologi di Indonesia. Karena generasi saat ini, gadget menjadi alat yang tidak bisa kita hindari mengikuti seluruh perkembangan serba mudah. STT REM ini luar biasa, tadi disebut Pak Yogi sejak Pak Ari memimpin itu mungkin sangat terkenal. Sangat terkenal karena dihadiri oleh para pejabat negara dan menyampaikan kuliah umum. Anda semua mesti bersyukur mendapat pencerahan dari orang-orang yang hebat. Dalam kerangka itu memang harus kita bangun sebuah sistem yang standar dan terstandar dengan baik,” ungkap Profesor di bidang matematika ini bersemangat.
Pria kelahiran Ambon, 17 Mei 1963, mengungkapkan, bahwa membangun pemimpin di era ini harus memiliki quality (kualitas) yang baik. “Kalau kita bicara kuantitas atau jumlah lembaga pendidikan Pendidikan Tinggi itu relatif. Misalnya, jika dibandingkan dengan lembaga pendidikan tinggi keagamaan Islam dengan Kristen rasionya rasionya 1 berbanding 2. Menjadi lembaga pendidikan Tinggi Teologi yang potensial bagi perwujudan kesatuan tubuh Kristus yang sempurna dan meliputi semua gereja yang sebetulnya jadi pergumulan gereja,” tutur Dirjen yang kerap disapa Prof.Tomy.
Mantan Rektor Universitas Pattimura ini sangat visioner dan ramah. Gagasannya selalu bersifat solutif. Dalam kata sambutannya Prof.Tomy juga menyinggung soal kebebasan beribadah yang terjadi di Riau baru-baru ini, soal Papua, soal kesatuan gereja serta mengenai pendidikan. “Saya punya gagasan, Pertama, yakni menstandarisir pendidikan Kristen mulai dari dasar, menengah dan tinggi. Kedua penguatan gerakan Oikumene. Harus kita pahami disini, sejak awal kemerdekaan itu gereja yang Esa, saya menawarkan hal ini kepada STT REM. Nah dalam sidang Raya PGI nanti saya mau membicarakan untuk menggantikan nomenklatur sinode kita Gereja Kristen Indonesia. Jangan sampai kita dibilang Kristen Barat, atau Kristen Belanda. Tapi benar-benar Kristen Indonesia,” papar Dirjen.
Ketua STT Jaffray Jakarta, Dr. Nasokhili Giawa, M.Th, ketika dimintai komentarnya terkait wisuda STT REM, mengungkapkan bahwa rangkaian acara yang disusun luar biasa. “Saya menikmati acara yang sangat luar biasa, terutama tema yang diangkat bagaimana kita menghadapi pelayanan di masa sekarang sehubungan dengan milenial ini. Generasi ini perlu diperharikan, perlu diberi tempat yang cukup, sehingga menjawab kebutuhan generasi milenial ini. Selamat untuk STT REM, maju terus!,” kata Dr. Nasokhili usai acara. SM