ADONARA Inisiasi Ziarah Bersama Ke Makam Radius Prawiro Di TMP Kalibata

Ini merupakan rangkaian kegiatan “Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045"

Nasional, News995 Views

Victoriousnews.com,-Meski sempat diguyur hujan lebat, tetapi tak menyurutkan niat sejumlah ormas Kristen untuk menggelar acara ziarah bersama mengenang 19 Tahun kepergian Radius Prawiro (2005-2024)  di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jalan Raya Kalibata no 14, Jakarta Selatan, (Jumat, 28/6/24) sore. Acara yang diinisiasi oleh ADONARA (Aliansi Indonesia Raya) dengan tema “Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045” ini diawali dengan ibadah syukur mengenang Radius Prawiro yang dipimpin oleh Pdt. Saut Sirait. “Ziarah itu ada ikatan nilai, baik nilai spiritual, tradisional, humanis termasuk hubungan kekeluargaan. Nah, mengenang atau melihat masa lalu itu tentunya membuat kaki berdiri teguh dan pandangan ke depan dipenuhi optimisme tanpa ragu kehilangan kepercayaan kepada Tuhan,” ujar Saut di hadapan peserta Ziarah Bersama yang dihadiri keluarga inti Radius Prawiro, pimpinan ormas PIKI, GAMKI, serta Perkumpulan Senior GMKI .

Menurut Saut, sosok Radius Prawiro itu telah meninggalkan 3 jejak legacy luar biasa di Indonesia. Yakni: Legacy ekonomi, Hukum dan Teologi. “Mungkin kita  tidak semua mengenal dekat Bapak Radius yang telah meninggalkan kita 19 tahun lalu, tepatnya  25 Mei 2005. Secara keilmuan, beliau sangat lengkap. Beliau telah meninggalkan 3 nilai, yakni; Doktor Hukum, Ekonomi dan Teologi.  Ketika mengambil tampuk di bidang teologi, beliau pernah menjadi Ketua Majelis Pertimbangan PGI. Hebatnya lagi, beliau meraih rekor Muri dalam kategori sebagai Menteri terlama, 28 tahun,” tandas Saut sembari mengajak peserta ziarah merenungkan kitab Mazmur 126: 1-6.

Guntur Napitupulu, Ketum ADONARA ketika menyampaikan kata sambutan dalam ibadah Mengenang Radius Prawiro di TMP KAlibata. Jumat (28’6/24).

Ketum ADONARA, Guntur Napitupulu,   dalam kata sambutannya, menjelaskan bahwa, ziarah bersama ini merupakan rangkaian acara Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045. “Rencananya kami akan menggelar seminar atau talkshow yang bertujuan untuk menggali pemikiran-pemikiran Radius Prawiro untuk bangsa ini, yang dikemas dengan tajuk Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas,” tukas Guntur.

  Martin Hutabarat, mewakili kolega, menyampaikan testimoni, bahwa Radius Prawiro adalah sosok yang patut diteladani karena telah mendedikasikan hidupnya untuk membangun negeri.

Ria Prawiro, mewakili keluarga menyampaikan testimoni sosok sang Sang Ayah Radius Prawiro

Mewakili keluarga, Pingkan Riani Putri Prawiro, mengenang sosok ayah adalah Pria yang sangat  mencintai anak-anaknya secara luar biasa. “Beliau itu disiplin, lurus-lurus saja, tidak ada romantisnya, namun kelihatan cinta kasihnya. Cinta kasih tersebut juga disebarkan kepada banyak orang. Peran mama sebagai tiang doa juga luar biasa. Hampir setiap hari sebelum papa berangkat tugas, kami harus bersaat teduh bersama setiap pagi. Begitu pula, setiap malam menjelang tidur kami juga kembali berdoa bersama. Warisan atau legacy yang diberikan oleh Papa dan Mama adalah takut akan Tuhan, berserah sepenuhnya, dan menjadi berkat bagi sesama,” tukas putri bungsu dari Alm Radius Prawiro-Leonie Prawiro.

Baktinendra Prawiro ketika menyampaikan testimoni mengenang sosok sang Ayah,Radius Prawiro

Sementara itu, Bhaktinendra Prawiro, mengungkapkan bahwa  sosok sang ayah sebagai seorang contextual Man. “Contextual Man artinya dia selalu eksis dan muncul pada konteksnya dimana dia berada. Selalu mengamati sesuatu, menelaah dan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut,”tutur Putra Sulung Radius Prawiro yang juga mantan Ketum PIKI .

Ketum Perwamki, Stevano Margianto berpose bersama Baktinendra Prawiro seusai tabur bunga

Baktinendra menceritakan, bahwa, sang Papa itu pernah tinggal di Tanah Toraja cukup lama. “Papa itu lahir di Yogya. Tapi pernah tinggal lama di Tanah Toraja. Saking lamanya tinggal di sana, orang-orang Toraja sampai bilang, Pak Radius itu orang Toraja. Bahkan beliau diberkati oleh leluhur-leluhur Toraja. Suatu ketika beliau mendampingi Sri Sultan Hamengkubuwono akan melakukan kunjungan ke Tanah Toraja. Sesampainya di Makassar, kaki Sri Sultan sakit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan ke Toraja. Kemudian meminta Pak Radius untuk mewakilinya berkunjung ke Toraja. Disitulah Pak Radius dinobatkan sebagai Raja, atas nama Sri Sultan. Mungkin saking seringnya diberkati oleh para leluhur di berbagai daerah nusantara ini, Pak Radius lama sekali menjabat sebagai Menteri. Karena banyak berkatnya,” tandas Bakti.

Setelah ibadah, rangkaian kegiatan tersebut, para pimpinan ormas melakukan upacara penghormatan mengenang jasa-jasa para pahlawan. Kemudian diakhiri dengan acara  tabur bunga di atas pusara Radius Prawiro dan sang istri  Leonie Radius Prawiro.

Sekilas Tentang Radius Prawiro

Baktinendra Prawiro & Istri Debie Supit tabur bunga di pusara Radius Prawiro

Dr. Radius Prawiro, Drs. Ec., A.k. (29 Juni 1928 – 26 Mei 2005) adalah seorang ekonom dan politikus Indonesia. Ia lahir dari pasangan beragama kristen bernama Suradi Prawiro yang merupakan seorang guru, dan istrinya Suketri.  Radius menyelesaikan pendidikan dasar sampai menengah atas di Yogyakarta. Kemudian melanjutkan pendidikan di Nederlandsche Economische Hogeschool, Rotterdam, Belanda. Setelah lulus, dia masuk Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di Jakarta.

Kariernya dimulai sebagai Sekretaris Badan Keamanan Rakyat di Yogyakarta pada tahun 1945 dan dilanjutkan sebagai Perwira Markas Tertinggi Perhubungan TRI, Yogyakarta pada tahun 1947-1948, Staf Gubernur Militer Daerah Istimewa Yogyakarta (1945-1951) dan Pegawai Teknis Direktorat Akuntan Negara (1960-1965). Setelah itu, Radius menjabat sebagai Deputi Menteri Pemeriksa Keuangan Negara/BPK (1965), Deputi Menteri Urusan Bank Sentral (1965), Gubernur Bank Negara Indonesia (1966), Gubernur Bank Indonesia (1966-1973), Gubernur Dana Moneter Internasional (IMF) dan merangkap wakil Gubernur Bank Pembangunan Asia (ADB) untuk Indonesia pada tahun 1967-1971.

Radius pernah menjadi anggota Tim Ahli Ekonomi Presiden, Ketua Dewan Gubernur Bank Dunia (IBRD, 1971-1973). Kemudian ia berturut-turut dilantik sebagai Menteri Perdagangan di Kabinet Pembangunan II dan III (1973-1983), Menteri Keuangan dalam Kabinet Pembangunan IV (1983-1988) dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri dan Pengawasan Pembangunan hingga tahun 1993.

Buah penikahannya dengan Leonie Supit membuahkan empat anak: Baktinendra, Loka Manya, Triputra Yusni Prawiro, dan Pingkan Riani Putri Prawiro.

Dasar Pemikiran ADONARA:  “Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045”

Sebagai seorang ekonom, sejumlah kebijakan ekonomi pernah dilakukan Radius Prawiro, antara lain rehabilitasi dan stabilisasi moneter – menekan laju inflasi, reformasi  perdagangan dan keuangan di perdesaan, menggalakkan program Kredit Usaha dan Simpanan Pedesaan, dan bahkan perdagangan internasional hingga reformasi perpajakan.

Setelah reformasi bergulir kurang lebih 25 tahun, sejumlah Pemikiran Radius Prawiro masih sangat relevan dan bermanfaat untuk merekontrsuksi episode sejarah bangsa Indonesia, bahkan mempersiapkan Indonesia menyongsong tahun keemasan Indonesia 2045.

Partisipasi masyarakat selanjutnya sangat dibutuhkan untuk mendukung pemerintah dalam arti seluas-luasnya, membawa Indonesia menjadi bagian dari Megatrend Dunia 2045. Sebuah “raw model” partisipasi adalah pribadi seorang Radius Prawiro, yang kala  itu berada di tengah, dan sampai batas-batas tertentu, turut membentuk sejarah itu. Perannya cukup  menonjol  dalam  periode  ketika  pragmatisme  berkembang  menjadi roh ideologi pembangunan Orde Baru.

Sikap  bersahaja,  pemikiran  akademis   yang   fundamental   maupun ”engenuity” Radius Prawiro, mampu secara sigap dan terstuktur menyelesaikan permasalahan bangsa yang cukup pelik pada zamannya. Bahkan meletakkan sejumlah kerangka dasar perekonomian Indonesia, sehingga saat ini Indonesia harus mampu mempersiapkan diri menyongsong tahun emas 2045.

Salah satu pernyataan Radius Prawiro, dalam pidatonya pada Seminar Angkatan Darat ke-II Tahun 1966 di Bandung, tanggal 26 Agustus 1966, yang masih sangat relevan hingga saat ini adalah :  Dalam ekonomi tidak ada ‘magical shortcut’. Ketekunan bekerja  dan disiplin masih tetap merupakan ramuan yang terbaik untuk mencapai sukses” . SM