Kotbah Pdt. Abraham Lewelipa Dalam PD MPR/DPR/DPD RI : Jagalah Atau Pelihara Hati

Nasional, News, Ragam4130 Views

“Jagalah atau Pelihara Hatimu memiliki makna yang sama. Amsal 4:23 menyatakan, Jagalah hatimu, dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan,” tegas Pdt Abraham Lewelipa (Gembala Jemaat GBI Alfa Omega, Desa Oirata, Pulau Kisar, Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku) dalam ibadah Persekutuan Doa Oikumene MPR/DPR/DPD-RI, Jumat siang, 12 Juli 2019 di Lantai 2 Gedung Nusantara MPR-RI (Senayan, Jakarta).

Bpk. Yohanis OI. Tahapary, SH.M.Si, 
Ketua Persekutuan Doa. MPR/DPR/DPD-RI sedang berdoa seusai Ibadah.

Menurut hamba Tuhan yang pernah melayani di Sidikalang (Sumatera Utara) selama tahun 1972 hingga 1982, hal menjaga atau memelihara hati perlu dilakukan karena manusia diciptakan untuk kekekalan.

Pengkhotbah 3:11 menyatakan, “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.”

Hati menentukan jalan hidup menuju kekekalan, dimana kekekalan tersebut menawarkan dua hal, yaitu Sorga dan Neraka. Keadaan surga itu kekal dan senang bersama Yesus, Sang Pemilik Sorga. Neraka pun kekal dalam penderitaan yang mengerikan. Untuk masuk Surga harus dapat menjaga hati, yaitu dengan menjauhkan apa yang bernama dosa.

Yesus menjelaskan dalam Matius 7:21-23 yang menyatakan, “Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mukjizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku kamu sekalian pembuat kejahatan!”

Sebab dalam hati timbul pikiran jahat; pikiran mencuri, serakah, dan banyak hal lainnya. Maka, ketika menjadi wakil rakyat tidak boleh berpesta di atas penderitaan rakyat, dengan tidak mengambil sesuatu yang bukan haknya. Menjadi wakil rakyat jangan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Karena, akhir hidup jika tidak bertobat dan tidak menjaga hati akan masuk Neraka.

Yesus berkata dalam Markus 8:36, “Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya.”

Hati tidak boleh sombong atau angkuh. Kesombongan dan dendam menghambat seseorang masuk surga.

Pelayanan Pdt. Abraham Lewelipa ketika mendoakan Alm. Pdt. Bigman Sirait di RS Mitra Keluarga Klp Gading, Jakarta Utara

Adalah kesempatan berharga ketika saya dapat memanjatkan doa terhadap Pdt Bigman Sirait ketika masih terbaring lemah di Rumah Sakit (RS) Mitra Keluarga Kelapa Gading (Jakarta Utara) pada Sabtu, 29 Juni 2019 sekitar pukul 11.30-12.30 WIB. Saat saya berdoa di samping beliau, saya membisikkan sesuatu melalui telinga beliau dengan menggunakan Bahasa Batak Tapanuli. Disertai tangisan dan air mata yang tercurah meminta beliau di hari terakhir dan pada jam-jam terakhir hari itu, beliau harus memperbaiki hatinya agar rohnya dilayakkan Tuhan memasuki surga kala sewaktu-waktu hidupnya di dunia ini harus diakhiri. Saya berdoa secara khusus Pdt Bigman Sirait dan meminta kepada sang istri agar mendoakan sang suami. Disertai derai air mata, sang istri mohon belas kasihan Tuhan dan biar kehendak Tuhan saja yang berlaku. Terbukti, doa pentahiran dan pemulihan hati menghantarkan Pdt Bigman Sirait menuju pangkuan ilahi Bapa Surgawi pada Sabtu, 29 Juni 2019 pukul 20.44 WIB. Hanya berselang sekitar 8-9 jam sejak saya membisikkan sesuatu untuk memperbaiki hatinya dan berdoa selama sekitar pukul 11.30-12.30 WIB, Pdt Bigman Sirait menuju tempat kediaman yang penuh keabadian. Mazmur 116:15 menyatakan, “Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.”

Benarlah kata Firman yang tersurat dalam Pengkhotbah 8:8, “Tidak ada seorang pun berkuasa menahan angin, dan tiada seorang pun berkuasa atas hari kematian.”

Pdt. Abraham berbincang serius dengan Pak Ahok (Mantan Gubernur DKI) ketika bertemu di RD Sentosa RSPAD melayat Alm.Pdt. Bigman Sirait

Dalam mengikuti ibadah penghiburan sekaligus tutup peti jenasah alm Pdt Bigman Sirait di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto (Jakarta Pusat) itulah saya juga mengalami suatu peristiwa yang luar biasa bertemu dengan Ir Basuki Tjahaja Purnama MM alias Ahok (Gubernur DKI Jakarta ke-15 periode 19 November 2014-9 Mei 2017 dan Wakil Gubernur DKI Jakarta ke-8 periode 15 Oktober 2012-19 November 2014) dan duduk di deretan kursi paling belakang, persis di samping saya. Dalam pembicaraan singkat dengan Ahok itu, saya menyatakan bahwa jika belum waktunya, maka apa pun yang terjadi atau menimpa hidup kita, kematian tetap jauh dari kita, karena Tuhan masih menaruh rencana besar melalui hidup kita. “Sewaktu Bapak Ahok masuk penjara, kami, warga jemaat GBI Alfa Omega di Kisar berdoa, kiranya tangan Tuhan menyelamatkan bapak. Yesaya 45:2-3 menyatakan, “Aku sendiri hendak berjalan di depanmu dan hendak meratakan gunung-gunung, hendak memecahkan pintu-pintu tembaga dan hendak mematahkan palang-palang besi. Aku akan memberikan kepadamu harta benda yang terpendam dan harta kekayaan yang tersembunyi, supaya engkau tahu, bahwa Akulah TUHAN, Allah Israel, yang memanggil engkau dengan namamu ” Akhirnya, Ahok memberikan nomor handphone-nya untuk dapat secara pribadi bertemu kembali di lain kesempatan sebelum saya kembali ke pos pelayanan di Pulau Kisar (Maluku Barat Daya).

Masalah pertobatan, bukan hanya umat atau warga jemaat yang bertobat. Seorang yang memiliki jabatan pendeta pun juga harus bertobat, harus memperbaiki hatinya sebelum berakhirnya masa hidup di dunia. Kesaksian alm Pdt Alex Iranata saat menjalani perawatan kesehatan di Ruang ICU National Hospital (NUH) Singapura biarlah mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga hati.

Dalam penglihatan di rumah sakit di luar negeri itu, Pdt Alex Iranata menyaksikan dalam keadaan sadar dan mata yang terbuka. Diceritakannya, Ketika itu jam 8 malam (waktu setempat), saya melihat seperti film yang diputar di gorden jendela rumah sakit. Dalam penglihatan itu, saya sangat terkejut karena saya melihat di Neraka terdapat banyak pendeta yang sudah bertugas melayani jauh sebelum saya, dibakar di tempat itu. Ini membuat saya sangat terkejut. Saya tidak tahan melihat pemandangan itu. Saya melihat aktivis-aktivis gereja dan para penyumbang dana untuk pekerjaan Tuhan yang sudah meninggal (kan) dunia, ada di Neraka sedang dibakar api. Padahal para pendeta yang saya lihat itu menyampaikan firman dan melakukan ibadah Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) di mana-mana (banyak tempat dan negara). Tidak terlintas dalam pikiran saya bahwa mereka tidak bisa masuk dalam Kerajaan Sorga. Ketika melihat hal itu, saya mohon kepada Tuhan, “Saya tidak mau masuk ke tempat itu.” Tuhan berkata, “Untuk apa kamu memiliki seisi dunia, namun kamu binasa?” Selama sekitar 15-20 menit masa penglihatan itu tidak ada petugas rumah sakit ke ruangan saya sebagaimana biasanya. Saya juga merasa sepertinya Tuhan berada di samping saya. Tuhan sedang berbicara dengan saya dan mengingatkan firman-firman-Nya. Saya mengaku, memang saya pemberontak. Pernah suatu ketika Tuhan memerintah saya, tetapi saya tidak melaksanakannya. Saya disuruh khotbah di gereja A atau B, namun saya tidak mau karena saya tidak suka dengan pengajaran atau doktrin gereja itu. Tetapi, Tuhan mengatakan, “Kamu bukan melayani manusia, tetapi melayani Aku.” Setelah kejadian itu dan mulai saat itu, jalan pikiran saya berubah. Penglihatan tersebut membuat saya timbul belas kasihan kepada pelayan-pelayan Tuhan. Ironis sekali apabila kita sudah berlelah melayani tetapi kemudian ditolak di Kerajaan Allah nantinya. Akhirnya, saya berkata kepada Tuhan, “Beri aku kekuatan sampai garis akhir dan saya berjanji akan menceritakan penglihatan tersebut kepada umat-Mu di mana pun saya berada. Kesaksian disampaikan (alm) Pdt Alex Iranata setelah dia tidak jadi mati dan diijinkan Tuhan hidup beberapa tahun kemudian untuk menceritakan hal itu ke mana-mana.

Ketika pulang dari perawatan kesehatan di rumah sakit di Singapura tersebut, saya diminta untuk mendoakannya. Roh Kudus menyuruh saya agar Pdt Alex Iranata bertobat dan mengerjakan pentahiran atau pemulihan hati. Di kantornya saat itu di Gedung Menara Era (Senen, Jakarta Pusat), dengan berlinang air mata, dia berkata, selama ini membenci dan menaruh dendam terhadap Pdt Jacob Nahuway agar dicabut akar kepahitan. “Kiranya Tuhan melayakkan saya masuk surga bila hidupku berakhir kelak.” Dan memang, beberapa bulan kemudahan, Pdt Alex Iranata dipanggil pulang ke dalam pelukan-Nya. Jenazahnya disemayamkan di Rumah Duka Sentosa RSPAD Gatot Subroto dan saya berada di sisi peti jenazah alm. Pdt Yakub Nahuway memimpin ibadah tutup peti jenazah alm Pdt Alex Iranata dan menyampaikan kalimat terakhir, “Selamat jalan sahabatku, sampai berjumpa di pintu/gerbang surga.”

Karena Injil juga, saya pernah dianiaya dan sempat meninggal. Saya hidup kembali untuk dapat menjelaskan bahwa pendeta juga bisa masuk ke Neraka jika terlambat bertobat. Seorang pendeta harus memiliki pentahiran atau pemulihan hati.

Dalam pelayanan di masa lalu, saya mengalami penculikan oleh sejumlah oknum tentara. Saya dianiaya hingga mengalami kematian pada 24 Agustus 1984. Pada sekitar jam 12.00 WIT, saat itu, roh saya melihat banyak orang termasuk aktivis gereja dan pelayan jemaat bahkan pendeta berada di dalam Neraka. Kejadian atau peristiwa yang mengerikan ini mendorong saya bangkit memberitakan kabar kesukaan demi keselamatan jiwa-jiwa bersama Yesus dalam kekekalan. Hati kita harus bertobat. Pelihara hati dan jauhkan diri dari dosa, sebab dosa menghambat kita masuk Surga walau kita memiliki nama besar di dunia.

Pengkhotbah 3:1-2 menyatakan, “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apa pun di bawah langit ada waktunya. Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam.” Hanya Tuhan yang tahu, kapan kita lahir di muka bumi dan hanya Tuhan yang tahu kapan waktunya manusia meninggal. Selagi masih hidup, jagalah hatimu! Peliharalah hati dengan mengijinkan Hati Tuhan dan Pikiran Tuhan menguasai hati, yakni firman-Nya.
Filipi 2:5 menyatakan, “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus.”
( EPM)