Victoriousnews-Jakarta,- Sebuah film pendek bertajuk “Tuhan, Apakah Kau Serumit Itu?” yang disutradarai Lamtiar Simorangkir resmi diluncurkan di aula lantai 3 Grha Oikumene Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI), Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat, Kamis (28/12/2023) pukul 09.00 wib. Peluncuran film berdurasi sekitar 25 menit ini merupakan hasil kolaborasi antara PGI dan Lam Horas Film. Kegiatan berkaitan dengan toleransi beragama ini juga dirangkai dengan “Refleksi Akhir Tahun 2023 dari kelompok-kelompok yang terpinggirkan”.
Film ini diangkat dari kisah nyata persahabatan anak muda berbeda agama, yakni Christian beragama Kristen dan Fatima beragama Islam. Namun, persahabatan yang terjalin selama 15 tahun itu selalu terganjal oleh sikap orang tua mereka yang fanatik berlebihan tehadap pemahaman agamanya.
Pemeran Ibu Siti (mama Fatima), walau menderita sakit, terlihat sangat emosional terhadap kehadiran Christian yang datang membesuknya. Hal yang sama juga dipertontonkan pemeran Bapak Paulus (Papa Christian). Di depan Christian, ia selalu bersikap manis, memakai bahasa kasih dibungkus dengan firman Tuhan. Tapi ujungnya adalah penolakan kepada Fatima karena perbedaan agama.
Meski hubungan mereka menghadapi tantangan oleh kedua orangtuanya, tetapi persahabatan Christian- Fatima semakin kuat. Terbukti, kisah persahabatan yang terjalin dalam satu kantor itu, Christian rela mengorbankan dirinya di-PHK menggantikan kekasihnya Fatima yang semestinya menerima kebijakan pengurangan karyawan. Christian, tulus membantu kekasihnya, agar Fatima tetap bekerja dan dapat membantu pengobatan sang mama.
Lagi-lagi niat baik Christian justru tidak berbuah manis. Sesampai di rumah, Fatima mengaku dengan jujur di depan Ibunya, tidak jadi kena PHK dan digantikan posisinya oleh Christian. Bukannya bersyukur, malah Ibu Siti marah dan emosi, bahkan tetap saja menolak kebaikan Christian. Begitu pula, ketika Bapak Paulus, Papa Christian mengetahui anaknya tidak bekerja lantaran kena PHK gantikan Fatima. Tetap saja suara pertentangan dan penolakan karena beda agama itu selalu terdengar dari mulut Pak Paulus. Di akhir cerita, akibat pertentangan kedua orang tuanya, pasangan kekasih ini pun kompak mempertanyakan eksistensi Tuhan, dan berkata “Tuhan, Apakah Kau Serumit Itu?” . Pertanyaan yang terlontar dalam kisah film ini berakhir tanpa solusi.
Saat sesi diskusi, Founder Lam Horas Film sekaligus Film Director dan Producer, Lamtiar Simorangkir mengatakan, bahwa pembuatan film ini didasarkan pada pemikiran yang sederhana, membuka ruang diskusi dan menunjukan bahwa toleransi itu indah. “Saya pengen sederhana menunjukan bahwa anak-anak muda ini harus toleran dan toleransi itu indah, kemudian yang terakhir tadi ada adegan di situ bagaimana kita mengedukasi sama anak muda, simpel sebetulnya dengan menjadi contoh,” Kata Lamtiar Simorangkir.
Tiar menambahkan bahwa film ini tidak bertujuan memberikan kesimpulan atau mengajari, melainkan memberikan contoh sederhana. “Sebetulnya bikin film ini kita pemikirannya sederhana, yaitu hanya ingin membuka diskusi, tidak terlalu teoritis, dan tidak memberikan kesimpulan, tidak mengajari, tetapi itu kenapa riset nya itu berdasarkan kisah-kisah nyata yang related dengan anak muda,” tukas Tiar.
Sementara itu Sekretaris Eksekutif Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC), Pdt. Jimmy Sormin, mengungkapkan, film ini berawal kegusaran hati, khususnya generasi muda Z dan Milenial dalam isu kerukunan dan kebebasan beribadah. “Karena kalau dilihat melalui survei, cara beragama atau spritual anak-anak muda masa kin, sudah bisa lebih dinamis. “Anak-anak muda saat ini tidak lagi belajar agama dengan cara konvensional. Mereka tidak belajar melalui tokoh-tokoh agama yang tradisional.,Tetapi mereka cenderung mengakses melalui media sosial atau melalui ruang digital,” ujar Sormin.
Lanjut Sormin, berangkat dari pemahaman anak-anak muda lebih memahami keagamaan masa kini. “Sekali pun mereka taat agama, tapi melihat agama lain misalnya mengalami persekusi mereka akan ikut marah dan mengkritisi, ini berdasarkan hasil riset kita. Oleh karena itu kami pikir perlu memfasilatasi isu ruang-ruang perbedaan agama. Contoh viral pernikahan beda agama beberapa waktu lalu, ini bisa menjawab permasalahan banyak generasi muda sekarang,” tukas Sormin.
Sementara itu, Wakil Bendahara Umum PGI , Ari Moningka (mewakili PGI) mengajak semua pihak harus berbuat sesuatu, sehingga kelompok-kelompok marginal tidak terpinggirkan seperti dalam film“Tuhan Apakah Kau Serumit Itu.”“Mari kita melakukan dari hal-hal yang kecil sehingga bisa mengubah hidup saudara-saudara kita yang terpinggirkan,” ujarnya.
Sekedar informasi, acara peluncuran film “Tuhan, Apakah Kau Serumit Itu” dan Refleksi Akhir Tahun Kelompok Terpinggirkan” ini dihadiri partisipan secara hybrid, yaitu online melalui zoom maupun offline. SM