Nama lengkapnya Pdt. Dr. Bernalto Pardede.,Ph.D. Sebelum menjadi hamba Tuhan full timer, Pria yang sempat divonis dokter menderita kanker hati stadium 4 ini adalah seorang Presiden Direktur dan Presiden Komisaris di sejumlah perusahaan. Mulai dari perusahaan asing, perusahaan keluarga, perusahaan konglomerat yang juga membawahi anak perusahaan dari berbagai industri; mulai pendidikan,rumah sakit,pariwisata,farmasi, dan sebagainya.
Bernalto sudah mengecap yang namanya hidup menjadi orang super kaya, mewah dan berkecukupan. Ia mengaku, hampir seluruh bagian Indonesia dan seluruh dunia sudah dikunjungi. Namun ketika karakter dan hidupnya diubahkan oleh Tuhan Yesus, serta mengalami pertobatan secara total, Bernalto pun berubah 180 derajat kecintaannya kepada Tuhan dan membaca gali Alkitab. Baginya, kekayaan dan kemewahan tidak ada artinya, tanpa hidup bersama Kristus. Bukan itu saja, di sisa hidupnya, Ia pun mengaplikasikan “kasih” dalam kehidupannya sehari-hari dengan memberikan teladan (donasi) kepada sesama. “Setelah saya Pendeta lintas kategorial dan sektoral hingga lintas agama dan turun detail hingga level aplikasi dan implementasi. Bagi saya, uang telah membuat manusia jadi pengecut. Uang tidak kenal saudara dan sahabat. Kakak beradik rajin perpuluhan ke gereja tetapi pelit, tidak mau tolong kasih uang kepada saudara kandungnya. Begitu banyak suami yang tidak mau aktif bergabung dalam keluarga istri.Bahkan banyak suami ‘memperkosa’ ayat Alkitab minta istrinya tunduk dalam segala hal termasuk jadi kurir narkoba. Banyak suami yang posesif sadap WA istri dan melanggar privacy istrinya serta membunuh karakter dan rasa percaya diri sendiri. Akibatnya, anak muda zaman sekarang tidak ada teladan karena ayah dan ibunya malas baca Alkitab dan pelit donasi uang,”tutur Bernalto mengkritisi maraknya perilaku keluarga zaman sekarang.
Bagi Bernalto, hidup ini adalah perjalanan dalam dimensi waktu linear sehingga setiap detik adalah kesempatan berkarya yang tidak bisa diulangi. Gara-gara uang, juga telah membunuh manusia berhenti berkarya dan menjadi safety player. “Orang lebih takut kehilangan suami dan karir serta keluarga ketimbang Kristus.Saya amat sayang anak saya.Tetapi jika disuruh memilih tinggalkan anak atau tinggalkan Kristus,saya sudah buktikan meninggalkan anak demi Kristus.Saya amat sayang sama wanita my first love (istri).Tetapi jika harus memilih tinggalkan wanita my first love atau Kristus maka saya lebih memilih tinggalkan wanita my first love walau hidup saya hancur dan memilih Kristus. Saat saya jadi President Direktur dan diminta Owner bawa artis sexy sebagai upeti ke oknum Menteri,saya pilih resign dan tinggalkan ID Card saya dan tinggalkan kunci mobil mewah kantor dan jalan kaki pulang,” ungkapnya.
Sebagai hamba Tuhan, Bernalto juga kerap membantu pendeta yang susah. “Saya satu satunya orang Kristen dan Pendeta yang “Influencing & Empowering People”. Banyak teman teman Pendeta miskin saya Empowering lalu saya kirim menggantikan saya khotbah di luar negeri dan khotbah ke konglomerat.Jadi kualitas saya tanggungjawab,tetapi teman teman saya Pendeta miskin jadi punya ‘Jam terbang’ dan bisa dapat uang untuk bayar sekolah anaknya. Saya lebih senang turun langsung membimbing Baca Gali Alkitab komunitas.Khotbah di mimbar atau KKR itu hanya menguntungkan si pengkhotbah.Yang benar harus ketemu langsung. Sayang kompetensi besar yang Tuhan berikan ke saya jika saya tidak aktif langsung di ruang ruang publik.Juga malu punya gelar 2 Doktor kalau tidak turun langsung kontribusi kasih solusi langsung di ruang ruang publik.Jadi Garam dan Terang dunia itu bicara kontribusi aktif dan bukan pamer kepemilikan.Saya tulus mencintai wanita my first love bukan minta balasan agar beliau mencintai saya.Bukan. Tetapi saya kontribusi memberi kekuatan dan semangat buat beliau bahwa ada laki laki baik yang tulus mencintai beliau tanpa syarat dan prasyarat apapun,” paparnya. GT