Refleksi HUT GBI  ke-55 Pdt. Japarlin Marbun: Visi Pdt. HL Senduk (Om Ho) Tentang 10.000 Jemaat Masih Relevan

Jakarta, VictoriousNews.com — Gereja Bethel Indonesia (GBI) genap berusia 55 tahun sejak didirikan oleh Pdt. H.L. Senduk (Om Ho) pada 6 Oktober 1970 di Sukabumi, Jawa Barat. Dalam lima dekade lebih, GBI terus berkembang menjadi salah satu organisasi gereja terbesar dan paling dinamis di Indonesia, bahkan hingga mancanegara.

Perjalanan Panjang yang Penuh Anugerah

Mantan Ketua Umum BPH GBI, Pdt. Dr. Japarlin Marbun, M.Pdk, menyampaikan rasa syukur dapat terlibat lebih dari 35 tahun dalam pelayanan organisasi ini. “Waktu itu saya  bersama-sama dengan pendiri GBI, Om Ho, di pengurus pusat. Dalam usia yang masih relatif muda dibandingkan gereja-gereja lain, GBI mengalami perkembangan luar biasa—baik jumlah jemaat, gereja, maupun perluasan pelayanan ke luar negeri,”ujar Pdt. Japarlin yang kini menjabat sebagai Ketua Umum DPP BAMAGNAS.

Dua Kunci Kebesaran GBI

Menurut Japarlin, ada dua alasan utama mengapa GBI bisa bertumbuh begitu pesat:

1. Organisasi yang Dinamis. GBI memberi kesempatan luas kepada siapa pun untuk melayani, bukan hanya lulusan sekolah teologi. Kaum awam pun dapat terlibat memberitakan Injil dan mendirikan gereja.

2. Pola Ibadah yang Relevan dengan Zaman

Bentuk ibadah yang hidup dan menyesuaikan perkembangan zaman membuat GBI diminati oleh berbagai kalangan usia. “Inilah yang menjadikan GBI berkembang cepat dan tetap relevan di tengah perubahan dunia,” tambahnya.

Visi 10.000 Jemaat Masih Relevan

Pdt. Japarlin mengingat kembali visi 10.000 jemaat lokal GBI yang pernah dicanangkan oleh Om Ho. “Visi itu belum terealisasi, tetapi tetap relevan untuk diperjuangkan. Lebih dari sekadar angka, kini GBI juga perlu menyiapkan jemaat yang mampu menjawab tantangan zaman, terutama di era teknologi digital,” ujarnya.

Ia menegaskan pentingnya peningkatan kapasitas para pelayan Tuhan agar dapat mendidik jemaat menghadapi perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat.

Ragam Pelayanan, Satu Tujuan

Menurutnya, setiap gereja lokal GBI memiliki segmen pelayanan (target market) yang berbeda-beda. “Ada yang beraliran Pentakosta klasik, ada yang modern, ada juga yang semakin injili. Semua berkembang sesuai kebutuhan jemaatnya,” jelasnya.

Namun, Japarlin menekankan bahwa prinsip dasar Alkitab harus tetap dijaga. “Dalam perbedaan gaya dan pendekatan pelayanan, jangan sampai meninggalkan esensi pertobatan dan kepenuhan Roh Kudus. Bungkusnya boleh berubah, tapi isinya harus tetap firman Tuhan,” tegasnya.

Sentuhan Ajaran Om Ho Masih Hidup

Meski Om Ho telah lama berpulang, ajaran dan teladannya masih dirasakan hingga kini. “Banyak hamba Tuhan yang pernah disentuh langsung oleh ajaran Om Ho. Tapi sayangnya, ada juga jemaat yang bahkan tidak tahu siapa pendirinya,” kata Japarlin prihatin.

Ia menilai pentingnya melestarikan nilai-nilai pelayanan yang diwariskan sang pendiri agar gereja tetap memiliki akar rohani yang kuat.

Tiga Ajaran Dasar yang Melekat dari Om Ho Sampai Sekarang

Sebagai murid langsung Om Ho, Japarlin mengenang tiga ajaran utama yang selalu dipegang teguh:

1. Kepenuhan Roh Kudus

2. Ketaatan kepada Firman Tuhan

3. Nilai-nilai Kehambaan

Selain itu, Om Ho selalu menekankan semangat “banyak berdoa dan bekerja sungguh-sungguh”. “Itulah yang menolong kita tetap setia dan bersemangat dalam pelayanan, meski menghadapi tantangan,” kenangnya.

Makna HUT ke-55: Momentum Bersyukur dan Melanjutkan Visi

Bagi Pdt. Japarlin, ulang tahun ke-55 ini adalah momen syukur atas penyertaan Tuhan.“Mungkin dulu Om Ho tidak pernah membayangkan gereja ini akan sebesar dan seluas ini pelayanannya. Semua karena anugerah Tuhan,” ujarnya.

Ia berharap, seluruh jemaat GBI menjadikan momen ini sebagai dorongan untuk bekerja lebih keras dan bersatu membangun Kerajaan Allah. “Selamat ulang tahun ke-55 untuk seluruh warga GBI di mana pun berada. Mari terus bergandengan tangan, mewujudkan visi yang Tuhan taruh di hati Om Ho—membangun 10.000 jemaat yang hidup dan berbuah bagi kemuliaan Tuhan,” pungkasnya. SM