Victoriousnews.com,-“Jujur ya setelah saya menjadi Ompung (baca: kakek/opa,red), kini kasih sayang dan perhatian saya lebih besar tercurah kepada cucu ketimbang anak saya yang sudah dewasa, walaupun mereka sama-sama saya sayangi. Saya sangat bahagia sekali dengan kehadiran cucu saya. Bahkan sampai ada perjanjian dengan Papanya dan menantu saya, seminggu sekali mesti bawa cucu ke rumah. Inilah berkat Tuhan yang harus disyukuri,”ujar pengacara kondang, Jhon S.E. Panggabean,.S.H.,M.H yang kini genap berusia 58 tahun.
Bagi pria kelahiran Tarutung, Sumatera Utara, 13 September 1964, Tuhan memberikan cucu yang cantik dan pintar, itu merupakan berkat yang luar biasa. “Tuhan itu sangat baik dan luar biasa. Makanya, membalas kebaikan Tuhan ini saya semakin rajin membaca firman Tuhan. Saya juga selalu mengucap bersyukur atas kebaikan Tuhan yang memberikan nafas hidup hingga saat ini. Dimana pengalaman hidup saya pernah mengalami sakit selama 2 tahun, dan 10 kali keluar masuk di beberapa rumah sakit. Bahkan pernah dirawat di RS Pantai Hospital Penang, Malaysia dengan hasil diagnosa 5 macam penyakit. Bukan itu saja, saya juga sempat pakai kursi roda. Tubuh yang semula gemuk jadi kurus, turun berat sampai tinggal 47 kg,. Tapi mujizat Tuhan itu dahsyat sekali. Tuhan memberikan kesembuhan dan umur panjangan sampai saat ini. ”tandas Pria yang dikaruniai tiga anak, Samuel Panggabean.,M.Th., Clara Panggabean.,S.H dan Gracia Panggabean.,S.H.
Menurut Jhon, ketika menderita sakit berkepanjangan, ia pernah berujar kepada sang istri sudah tidak kuat lagi untuk bertahan hidup. “Di saat obat sudah habis dan perasaan sudah lemah serta sudah sangat terpuruk, saat itu saya katakan kepada istriku, ‘Mama, aku sudah tidak kuat lagi. Istriku merespons dengan mengungkapkan, ‘Jangan membunuh kami pa.’ Mendengar kata itu aku terperangah. Ternyata maksud istriku kalau ada apa-apa dengan saya bagaimana ketiga anak kami yang saat itu Samuel sedang kuliah S2 dan Clara skripsi serta adiknya Gracia semester VI kuliah dan saat itu istriku mengingat peristiwa bahwa tahun 1995 baru nikah pernah saya sakit dan disembuhkan Tuhan. Saat itu akhirnya kami suami isteri sepakat meminta ampun atas kesalahan saya, termasuk yang sebelum sakit melupakan pelayanan dan saat itu kami juga sepakat hanya mengandalkan kasih dan kuasa Tuhan saja karena uang beli obat juga sudah tidak ada lagi,” urai suami dari Hartaty Tiurma boru Pakpahan.
Dengan iman dan keyakinan yang kuat, ia beserta istri dan anak-anaknya sepakat berdoa untuk meminta mujizat kesembuhan dari Tuhan. “Dan kami berdoa dan terus berdoa. Besoknya saat diantar ke kantor yang tidak jauh dari rumah karena sudah pindah kantor. Siangnya saat itu saya berdoa, ‘Tuhan sudah cukup lama aku sakit, Engkau adalah maha penyembuh dan sudah 7 bulan aku tidak bisa kena paparan matahari karena sakit autoimun. Tapi saat ini saya mau jalan kaki ke rumah di tengah terik matahari. Kalau Tuhan berkenan sembuhkanlah saya. Setelah berdoa, saya imani Tuhan akan sembuhkan, dan saya berjalan pelan-pelan di terik matahari. Sampai di depan gerbang rumah istriku terkejut dan seolah berteriak, kok, jalan di terik matahari, saat itu saya jawab Tuhan Yesus pasti sembuhkan saya sebagaimana doa kita kemarin. Ternyata benar biasanya kalau kena sedikit paparan matahari muka saya merah dan lemas, tapi saat itu saya justru tidak ada apa-apa dan semangat. Besoknya, lusanya dan seterusnya dengan berdoa serta memuji-muji Tuhan saya bisa berjalan lancar, bahkan bisa olahraga. Karena kasih Tuhan akhirnya sata sembuh dengan mukjizatNya,” ujar advokat senior yang juga Wakil Ketua Umum DPN PERADI (Perhimpunan Advokat Indonesia).
Pernah Terjerat Okultisme & Perdukunan
Sejak usianya menginjak remaja, Jhon menceritakan, awalnya hanya coba-coba memakai jimat pemberian dari Om (paman)nya untuk menjaga diri sebagai pertahanan. “Waktu itu saya pindah ke kota Barus. Saya tidak hanya memakai satu dukun, bahkan berganti-ganti. Singkat cerita setelah lulus SMA tahun 1983 saya ikut tes Sistem Penerimaan Mahasiswa Baru (Sipenmaru) di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan pilihan musikologi dan hukum. Namun saya tidak lulus karena tidak belajar. Akhirnya kakak saya yang sudah lebih dahulu berada di kota Jakarta menyuruh saya untuk ke Jakarta dan saya tes di Universitas Kristen Indonesia (UKI) Fakultas Hukum. Bersyukur pada saat itu saya lulus pada gelombang ke dua,” ungkap Jhon.
Selepas tamat kuliah dan menyandang gelar Sarjana Hukum (SH) 1988, di usia yang terbilang masih muda, ia mendapatkan izin pengacara dan mulai menangani perkara. “Waktu itu usia saya baru 24 tahun, sudah mulai banyak perkara yang saya tangani. Saat itu rasanya gampang dapat uang. Uang tersebut saya hambur-hamburkan, hidup di kehidupan malam di bar dan jimat tetap saya pegang. Tetapi suatu ketika saya merasakan, kok, hidup saya hampa. Sementara adik saya bernama Juni yang tinggal bersama saya, selalu bersukacita, kalau saya pulang dari kafe/bar jam 5 pagi dia mau berangkat ke gereja dan saya omelin, “Mau kemana sih pagi-pagi?” Dia jawab, ke gereja, Bang, dan dia selalu ceria. Suatu ketika ada seorang pendeta yang datang ke rumah mencari adik saya Juni. Biasanya kalau pendeta tersebut datang saya tidak suka dan saya pergi, namun ketika itu adik saya karena tidak ada di rumah pendeta tersebut menyatakan, ‘Bisa masuk sebentar?’, dan saat itu saya persilakan. Kemudian dia menyatakan ke saya, “Kalau Pak Panggabean mau bahagia, buanglah jimat yang dipegang amang (Bapak).” Saat itu, saya hanya diam saja kemudian dia pamit untuk pulang. Akhirnya saya mulai merasakan, kok, hidup saya hampa padahal uang ada. Suatu ketika waktu pulang dari bar jam 1 pagi saya menyatakan dalam hati kepada Tuhan, ‘Kalau memang Engkau ada, tolong saya ingin seperti adik saya Juni, saya mau ke gereja dan berikanlah saya jodoh.’ Lalu saya ketiduran, jam 4.30 saya terbangun dan saya berangkat ke gereja (Gembalanya Pdt. DR. Jusuf Roni) yang saat itu ada di UKI Cawang, Jakarta Timur. Selama di gereja saya merasakan di satu sisi ada sukacita, dan di sisi lain ada penolakan karena ilmu yang saya pegang tersebut. Sewaktu saya pulang gereja di situ saya bertemu dengan seorang perempuan yang kemudian menjadi istri saya. Namun, saat itu hidup saya masih tetap merasa hampa dan selalu teringat kepada perkataan pendeta yang menyuruh saya untuk membuang ilmu saya. Kalimat itu selalu terngiang-ngiang di pikiran saya terus menerus, akhirnya saya datangi pendeta tersebut dan kemudian jimat yang saya pegang dibakar. Setelah dibuang ilmu tersebut saya merasa lega, namun di kemudian hari perasaan saya justru terasa aneh, karena tiba-tiba bisa lemas dan seperti mau terjatuh,” kenang Opa dari Celine Panggabean yang akhirnya bertobat dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan.
Meski sudah menyerahkan dirinya kepada Tuhan, beragam persoalan itu silih berganti menerpa hidupnya. Mulai dari sakit berkepanjangan hingga pernah mengalami kecelakaan mobil di jalan tol. “Ternyata Tuhan sungguh amat baik. Saat ini saya sudah sembuh dan telah beraktivitas kembali. Mukjizat yang diberikan Tuhan kepada saya sebelum mengalami sakit yang panjang tersebut, merupakan peringatan kepada saya sebelumnya sudah ada, yakni kecelakaan mobil yang saya alami di jalan tol (Pada Juli 2016). Kala itu mobil yang saya kemudikan dengan kecepatan tinggi pecah ban dan berputar-putar, saya berteriak, ‘Tuhan Yesus, tolong saya.’ Saat itu Tuhan memberikan mujizat kepada saya. Dan tubuh saya berputar mengikuti perputaran mobil tersebut hingga menabrak pembatas jalan sampai empat separator tol putus serta mobil saya rusak berat, namun saya sama sekali tidak ada terbentur atau luka/lecet,” ucapnya penuh syukur.
Setelah melewati berbagai ujian serta menerima mujizat dari Tuhan, Jhon beserta keluarga saat ini menikmati masa-masa bahagia bersama anak cucu. “Perjuangan hidup kita masih tetap berlangsung, tetapi saya yakin Tuhan akan selalu menolong kita sepanjang kita mau setia dan datang kepadaNya. Dengan pengalaman hidup saya ini, saya menyarankan kepada saudara-saudaraku yang mengalami penderitaan apapun agar datang dan berdoa kepada Tuhan. Tuhan pasti akan memberikan jalan keluar, yang susah akan dihibur, yang lemah dikuatkan, yang sakit akan disembuhkan, yang kekurangan akan dicukupkan. Satu hal lagi yang sangat penting berdasarkan pengalaman saya ini bagi saudara-saudaraku yang sudah bertobat dan telah diberikan berkat oleh Tuhan, janganlah sekali-kali kembali ke kehidupan yang lama. Sekalipun telah sibuk tetaplah memberikan waktu yang terbaik kepada Tuhan dalam pelayanan,” pungkasnya. SM
Comment