Victoriousnews.com,–Memperingati hari jadi yang ke-51 tahun, Teater Keliling kembali menggelar teater musikal berjudul MIRAH. Sebelumnya, komunitas teater ini sukses menampilkan teater musikal Mega-Mega, adaptasi dari cerita karya Arifin C Noer dan berhasil memberi kesan memukau pada ribuan penonton yang hadir di Gedung Kesenian Jakarta pada Februari 2024 lalu.
Menggarap teater musikal baru, Teater Keliling telah melakukan sesi press conference yang dihadiri 27 sponsor, 41 media, dan 27 komunitas pada Rabu, 5 Februari 2025 di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia Mall (Jakarta Pusat).
Dalam press conference tersebut ditampilkan sejumlah lagu MIRAH oleh para talent, termasuk lagu Telor Dadar, Wanita Terhormat, dan Tempat di Hati. Konferensi Pers dilakukan bertujuan memperkenalkan teater musikal MIRAH, karya original dari Teater Keliling yang ditulis Dolfry Inda Suri selaku produser, dibuat sempurna Rudolf Puspa selaku sutradara, Ir Dery Sirna selaku produser eksekutif, dan Haikal Ilmi Akbar sebagai Manajer Produksi.
Pagelaran teater musikal MIRAH juga semakin spektakuler adanya sentuhan tangan dari orang-orang yang ahli di bidangnya. Untuk musik dan lagu-lagu, Teater Keliling tengah bekerjasama dengan Ruang Bunyi Production yang berisikan Andro Regantoro atau yang kita kenal sebagai pemain bass Band Nidji dan Chikita Amanda, seorang komposer dan produser musik terkenal di Indonesia.
Selain diciptakan Andro Nidji dan Chikita Amanda dari Ruang Bunyi, penulisan lirik beberapa lagu MIRAH juga turut dibantu Helmi Taher, Dolfry Inda Suri, Dinda Mutiasari dan Turiano Simatupang. Terkait pengolahan vokal dan pencarian cast, Teater Keliling bekerjasama dengan sekolah musik Bina Musik Jakarta, sekolah yang didirikan Julius Firdaus dan Clarentia Prameta yang juga turut melatih para cast, bersama dengan Angkasa Thulo, salah satu guru Bina Musik Jakarta yang aktif di dunia teater dan film.
Beralih ke gerak tubuh, teater musikal MIRAH memilih nama Lian Saputra, Haikal Ilmi dan Galuh Agata untuk menjadi pembuat dan pelatih tari. Ketiga nama tersebut merupakan orang-orang berkompeten dalam tari modern, juga tari tradisional. Kemudian, untuk menunjukan poin utama dari cerita MIRAH yakni silat, teater keliling menunjuk Adjie Maulana, seorang pesilat dari Perguruan Silat Betawi Tanah Abang, yang sudah menekuni dunia silat sejak tahun 2010 silam, dibantu Adyo Kumoro Amos, Alam Haqiqi dan Siti Alma.
Sebelumnya, musikal teater MIRAH juga telah melakukan mini showcase di Mall Kuningan City pada 25 Januari 2025 dan di Pos Bloc, Jakarta pada 1 Februari 2025. Kedua mini showcase tersebut berhasil menarik banyak penonton dari berbagai kalangan yang datang.
Musikal Teater MIRAH ini berlangsung pada tanggal 22-23 Februari 2025, dengan masing-masing dua sesi, di Taman Ismail Marzuki (TIM) yang juga bekerjasama dengan Teater Keliling untuk membantu mensukseskan pagelaran MIRAH ini. Sesi Tim Jawara dan sesi Tim Pendekar, mulai pukul 14.00 WIB untuk sesi siang dan pukul 19.30 WIB untuk sesi malam. Penjualan tiket MIRAH berlangsung, presale 1 dan presale 2 habis dalam waktu singkat.
Mirah, merupakan seorang pendekar asal Betawi yang menjadi jawara wanita pertama dari Marunda, pada abad ke-18 . Ia merupakan anak semata wayang Bang Bodong, yang telah ditinggal wafat oleh ibunya sejak masih kecil. Agar tumbuh menjadi wanita kuat, Mirah diajarkan silat oleh Bang Bodong, yang juga merupakan pendiri Padepokan Silat Marunda.
Kisah Mirah ini, menjadi asal muasal adanya adat palang pintu di pernikahan adat Betawi. Melihat anaknya sudah tumbuh dengan cantik, Bang Bodong menginginkan Mirah untuk segera menikah, namun Mirah menolak dan hanya ingin menikah dengan orang yang bisa mengalahkannya. Tak lama sejak itu, ada peristiwa perampokan di rumah Babah Yong, berita ini cepat menyebar, nama Asni seorang Jawara dari Kemayoran, tertuduh sebagai pelaku perampokan, namun tidak terbukti.
Asni yang tidak terima, segera mencari siapa perampoknya dan mencurigai bahwa si perampok berasal dari Marunda, sehingga ia mendatangi Marunda dan terjadilah pertarungan antar kedua perguruan silat tersebut. Pada pertikaian ini, Bang Bodong dan Mirah kalah di tangan Asni. Bang Bodong yang terpukau dengan kehebatan Asni, kemudian menjodohkanpemuda tersebut dengan Mirah, anak gadisnya.
Selain ketangguhan dan kehebatan Mirah menjadi seorang jawara silat, Mirah juga dikenal sebagai tokoh emansipasi wanita.
Pada masa penjajahan Belanda, Mirah berani melawan dan membebaskan wanita-wanita dari Timur yang diperbudak penguasa, saat itu. Sehingga, sudah seharusnya nama Mirah selalu dikenang sampai kapanpun.
Teater Keliling, memang sudah sering membuat pagelaran teater musikal dengan mengangkat cerita rakyat, dongeng, legenda hingga sejarah nyata yang melahirkan pahlawan-pahlawan bangsa. Seperti, adaptasi cerita “Takdir cinta pangeran Diponegoro” karya Prof DR Wardiman Djojonegoro, JAS MERAH karya Rudolf Puspa, Calon Arang, Aku Chairil, Mega-Mega, dan lebih dari 15 karya teater musikal lainnya yang sudah diproduksi oleh Teater Keliling.
Teater Keliling berdiri sejak 13 Februari 1974, oleh Ir Dery Syrna, Buyung Z Paul Pangemanan dan Rudolf Puspa yang didukung Saraswaty, Jajang C Noer, Willem Pattiradjawane, RW Mulyadi, Syaeful Anwar (alm), A.Hidayat (alm). Teater Keliling, berkeliling dengan visi misi bergerak dan menggerakkan kehidupan teater di seluruh bumi pertiwi melalui pertunjukkan teater modern Indonesia.
Sejak berdirinya, Teater Keliling sudah melakukan pagelaran di seluruh Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, sebanyak 1725 kali. Selain di tanah air, Teater Keliling juga telah mengikuti banyak festival teater internasional seperti, di Singapura, Malaysia, Thailand, Australia, Pakistan, Mesir, Korea Selatan, Romania, Jerman dan Spanyol, dengan tetap menggunakan metode asli Indonesia.
Melalui pementasan MIRAH ini, Teater Keliling berharap dapat terus ikut berperan dalam mengembangkan teater musikal di Indonesia, memperkenalkan karya-karya lokal yang berkualitas tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga ke dunia internasional, sesuai dengan tagline Musikal Mirah, #MirahkanDunia #SaveMirah. *****