VICTOROUSNEWS.COM,-Dalam momentum Hari Kasih Sayang, gerakan Save Our Surroundings (SOS) menegaskan bahwa cinta sejati bukan hanya tentang kata-kata, tetapi juga aksi nyata untuk melindungi orang di sekitar. Pada 15 Februari 2025, SOS menggelar diskusi dan kegiatan kolaboratif di sebuah kafe di Jakarta Selatan, mengajak masyarakat untuk berbagi kasih sayang dan menjadi teladan hidup sehat dan menciptakan lingkungan yang bebas dari bahaya rokok. Acara ini terbuka untuk umum, antusiasme besar datang dari penggemar K-POP dengan mayoritas perempuan sebagai peserta, yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan sehat dan isu-isu sosial, terutama terkait masalah kesehatan di rumah tangga.
Ketua Umum Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Manik Marganamahendra, dalam sesi edukasi menyampaikan bahwa konsumsi rokok tidak hanya merugikan kesehatan, tetapi juga mempengaruhi kondisi ekonomi rumah tangga. “Pengeluaran rumah tangga untuk rokok seringkali mengurangi alokasi dana untuk kebutuhan pokok,” ujarnya.
Data CISDI (2022) mencatat bahwa rumah tangga di perkotaan rata-rata mengeluarkan Rp407.285 per bulan untuk belanja rokok. Padahal, uang tersebut dapat dialokasikan untuk belanja bahan pangan bergizi seperti tahu dan tempe, guna meningkatkan gizi rumah tangga terutama pada masyarakat pra-sejahtera. Hal ini menunjukkan bahwa prioritas pengeluaran rumah tangga yang kurang tepat berdampak negatif pada kualitas gizi keluarga.
Manik juga menggarisbawahi pentingnya implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2024 yang memperketat regulasi iklan dan penjualan produk tembakau. “Peraturan ini melarang pemasangan iklan rokok dalam radius 500 meter dan penjualan rokok dalam radius 200 meter dari fasilitas pendidikan dan area bermain anak, serta melarang penjualan rokok secara eceran dan iklan di media sosial,” jelasnya. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi akses dan paparan rokok kepada anak-anak dan remaja, sehingga menekan angka perokok usia muda.
Lebih lanjut, Manik menekankan bahwa upaya pengendalian konsumsi rokok memerlukan komitmen dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat, dan individu. “Pengeluaran rumah tangga terus bocor jika harga rokok yang murah, akses yang mudah, dan promosi yang masif masih terus diberikan ruang keistimewaan,” tambahnya. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan yang tegas dan konsisten untuk melindungi generasi muda dari bahaya rokok, termasuk menaikkan harga rokok melalui instrumen kebijakan cukai rokok,” tambah Manik. Menurutnya, KPOPers punya peran dan aksi penting selama ini, seperti bisa menggalang dana donasi untuk membantu logistik masa demonstrasi di beberapa aksi. “Bukan tidak mungkin KPOPers juga bergerak untuk menguatkan upaya pengendalian konsumsi rokok di Indonesia, ini adalah saatnya kita berkolaborasi,” katanya.
Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif di Indonesia telah mencapai 70 juta orang, dengan 5,1 juta di antaranya adalah anak-anak dan remaja berusia 10-18 tahun. Selain itu, dari 8 juta kematian akibat konsumsi rokok, 1,4 juta di antaranya adalah perokok pasif. Hal ini dikarenakan paparan asap rokok secara langsung maupun tidak langsung.
Menyadari dampak negatif rokok tersebut terhadap orang sekitar peserta diajak untuk menulis surat kepada orang-orang terkasih sebagai bentuk dukungan untuk hidup lebih sehat tanpa rokok. Momen mengharukan terjadi ketika Bu Alipah, seorang ibu rumah tangga, membacakan surat yang ditujukan kepada suaminya. “Ayah jangan merokok lagi ya. Biar sehat, terutama biar paru-parunya bisa lebih baik,” tuturnya dengan penuh harap agar sang suami berhenti merokok juga demi kesehatan keluarga.
Kegiatan SOS kali ini dihadiri oleh peserta dari berbagai kalangan usia, mulai dari remaja hingga lansia. Antusiasme mereka terlihat dalam sesi olahraga bersama yang dipandu oleh Coach Sila Seik, founder dan instruktur K-POP cardio Indonesia. “Melalui gerakan ini, kami ingin menginspirasi masyarakat untuk hidup sehat dan menjauhi rokok,” ujar Sila. Sesi ini tidak hanya meningkatkan kebugaran fisik, tetapi juga mempererat kebersamaan antar peserta dalam semangat hidup sehat, serta menawarkan alternatif positif bagi generasi muda untuk menghindari kebiasaan merokok.
Sebagai bagian dari upaya mendukung masyarakat berhenti merokok, Kementerian Kesehatan telah menyediakan Layanan Konseling Upaya Berhenti Merokok (UBM) yang dapat diakses di fasilitas kesehatan, serta layanan Quitline di 0800-177-6565 untuk konsultasi berhenti merokok. “UBM bukan sekadar layanan, melainkan dukungan penuh bagi masyarakat yang ingin berhenti merokok. Jadi, jangan ragu mencari bantuan, karena dengan komitmen kuat dan dukungan yang tepat, berhenti merokok bukanlah hal yang mustahil,” tutup Manik.
Melalui kegiatan ini, SOS mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam menciptakan lingkungan sehat bebas rokok, baik rokok konvensional maupun elektronik. Dengan kolaborasi berbagai pihak dan aksi kolektif, generasi yang sehat dan terhindar dari paparan zat adiktif seperti rokok bukanlah sekadar mimpi, melainkan sebuah kenyataan yang bisa diwujudkan bersama.
Save Our Surroundings (SOS): Gerakan SOS merupakan kolaborasi antara berbagai organisasi, termasuk Indonesian Youth Council for Tactical Changes (IYCTC), Aliansi Jurnalis Independen Jakarta (AJIJAK), Komite Nasional Pengendalian Tembakau, Pusat Kajian Jaminan Sosial Universitas Indonesia (PKJS-UI), Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), Yayasan Lentera Anak, Yayasan KAKAK, Forum Warga Kota (FAKTA), dan Generasi Anti Rokok. Mengusung tema ‘Lindungi Kini Nanti’, SOS menjadi sebuah komitmen bersama untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya rokok serta mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melindungi masa depan generasi mendatang. ***