Surabaya,Victoriousnews.com,-Badan Pengurus Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia Wilayah Jawa Timur (PGIW) masa bakti 2021 sd 2026 resmi dilantik oleh Ketua Umum MPH PGI, Pdt. Gomar Gultom,M.Th. Ibadah pelantikan sekaligus pelepasan pengurus PGIW periode 2016 sd 2021 ini menjadi sangat istimewa karena digelar bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2021.

Dengan menataati protokol kesehatan yang ketat, acara pelepasan dan pelantikan Pengurus PGIW Jawa Timur yang digelar di GKI Darmo Satelit Surabaya ini juga dihadiri oleh sejumlah utusan berbagai gereja, Keuskupan Surabaya (Romo Agus), Gusdurian Jawa Timur (Yuska Harimurti), Komunitas Lintas Agama Jawa Timur (Muslim, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, Konghucu), Komunitas Rumah Bhineka, Komunitas Belajar Jawa Timur, Kapolda Jawa Timur diwakili oleh Dansat Brimob, serta Drs. Abimanyu Poncoatmojo, MM (Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi Jawa Timur) mewakili Gubernur Jatim, Kofifah Indar Parawansa yang berhalangan hadir.
Pdt. Gomar Gultom, dalam kotbahnya, mengutip kitab Yesaya 60:1, ‘Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan kemuliaan TUHAN terbit atasmu…’.“Dalam berbagai kesempatan saya sering menggambarkan, bahwa hidup yang sedang kita jalani sekarang ini bagaikan 5 menit sebelum jam 12 tengah malam. Ini melambangkan dekat dengan kematian. Dan kita saat ini begitu dekat dengan kematian, hanya 5 menit lagi. Pandemi Covid-19 yang mendera masyarakat Indonesia bahkan dunia, makin menunjukkan betapa rapuhnya kehidupan kita. Hal ini meyakinkan saya juga, bahwa kita begitu dekatnya dengan kematian. Di tengah pandemi ini pun masih ada peristiwa-peristiwa lain yang makin mendekatkan kita kepada kematian. Sebagian wilayah Indonesia juga masih berada dalam bayang-bayang kematian. Saudara-saudara kita di Papua, juga banyak bersimbah darah. Peristiwa kekerasan yang terjadi disana juga tak henti-hentinya yang mengakibatkan sampai saat ini belasan ribu penduduk di Papua masih mengungsi. Dan mereka juga berada di bawah bayang-bayang kegelapan. Selain itu, di Poso saat ini juga berada di bawah bayang-bayang terorisme, yang menyebabkan roda perekonomian terganggu, nyaris lumpuh. Karena para petani mengalami ketakutan untuk berkebun, sewaktu-waktu bisa bertemu dengan teroris. Bahkan baru-baru ini, tanpa kita duga ada badai yang hampir melululantakkan pulau-pulau yang berada di NTT. Hal ini juga menunjukkan bahwa ancaman kematian itu begitu dekat dengan kita,” tutur Pdt.Gomar Gultom seperti disiarkan oleh Kanal Youtube GKI Darmo Satelit Surabaya.
Menurut Pdt. Gomar, seruan ‘bangkit dan menjadi terang’ yang tertulis dalam kitab Yesaya 60 itu menegaskan, agar tidak menjadi bangsa yang terlunta-lunta. “Pada zaman itu, seruan bangkit dan menjadi terang yang tertulis di kitab Yesaya 60 ini, agar tidak menjadi warga kelas dua di pembuangan Babel. Tetapi seruan ini juga masih berlaku bagi kita kini. Untuk bangkit dan menjadi terang, khususnya bagi keluarga besar kepengurusan baru PGIW Jatim, di tengah-tengah ragam ancaman kehidupan yang seolah-olah berada dalam bayang-bayang kematian,” tukas Pdt. Gomar.
Di pertengahan kotbah, Pdt. Gomar juga mengingatkan kembali, bahwa pada saat Sidang Raya PGI di Waingapu, Sumba NTT 2019 yang lalu mencatat beberapa bayang-bayang kegelapan, bayang-bayang kematian yang juga mengiringi perjalanan gereja-gereja di Indonesia. “Dalam SR di NTT itu, setidaknya dirumuskan dengan 3 Krisis. Pertama, adalah krisis kebangsaan. Indonesia saat ini sedang mengalami krisis semakin lunturnya, semakin rapuhnya kohesi sosial kita sebagai bangsa yang majemuk. Pola hidup sektarian dan mementingkan kelompoknya, entah atas nama suku, agama atau kepentingan-kepentingan lain makin menggejala dari waktu ke waktu. Krisis kebangsaan ini juga ditandai dengan kemiskinan yang terus menyeruak di tengah-tengah bangsa kita. Sementara di lain pihak para penyelenggara negara sibuk mengkorupsi hasil kekayaan alam ini yang mestinya untuk mengentaskan kemiskinan itu. Kedua, adalah Krisis Ekologis. Kita menyaksikan bersama saat ini sedang mengalami sendiri pemanasan global dan perubahan iklim. Telah menciptakan anomali alam, anomali iklim yang luar biasa, seperti: longsor, banjir, kekeringan yang terjadi secara silih berganti terjadi di berbagai tempat. Kitalah penyebab semua ini. Perilaku kita yang eksploitatif terhadap alam telah menggerus bumi sebegitu rupa hingga mendekati kiamat ekologis. Yang ketiga adalah Krisis Keesaan Gereja. Disatu sisi kita gembira dengan maraknya gerakan oikumene. PGI Wilayah di Indonesia makin hidup, makin semarak, rumah-rumah ibadah makin penuh, bahkan doa-doa dan nyanyian pujian berkumandang dari pagi sampai sore. Di sisi lain adanya arus balik, betapa mudahnya perpecahan di antara kita baik internal gereja maupun antar gereja dengan beragam persaingan. Belum lagi kalau kita bertanya apakah gereja hadir menjadi berkat di lingkungan sekitar. Ketiga krisis ini merupakan bayang-bayang kegelapan yang bisa mendekatkan kita kepada 5 menit sebelum jam 12 malam,” papar Pdt. Gultom .
Lanjut Pdt. Gomar, tetapi akar dari semua krisis ini adalah roh kerakusan yang mencengkeram kita semua. “Saya menggambarkan di lingkungan PGI, bahwa kerakusan ini telah menjadi ‘agama baru’ di tengah-tengah kita. Nah, bagaimanakah agar kita bisa menjadi terang dan mengalahkan kegelapan ini? Masalahnya kita lebih suka bermain dalam kegelapan. Di Republik ini banyak sekali keputusan-keputusan yang dilakukan di ruang-ruang kegelapan, tersembunyi. Korupsi merajalela karena kegelapan melingkupi kita. Dan kegelapan itu hanya dapat dihalau dengan terang. Tetapi Kristuslah terang sesungguhnya. Kristus adalah matahari yang tidak terkalahkan. Dan kita harus menjadi terang yang merefleksikan terang yang sesungguhnya itu. Itulah yang Yesus katakan, bahwa ‘kamu adalah terang dunia’. Dan kita juga diberikan otoritas untuk menghalau kegelapan itu. Dan tidak ada yang mengalahkan kegelapan itu kecuali terang. Ada ungkapan Tiongkok kuno yang berbunyi demikian, daripada menggerutu dan mengutuki kegelapan lebih baik menyalakan lilin. Dan itu saya kira berlaku bagi kita. Dengan kita bangkit dan menjadi terang dengan menyalakan lilin-lilin kecil dalam bentuk perilaku kita sehari-hari. Ironisnya acapkali kita bukannya menjadi terang, tetapi malahan menghalangi sinar terang itu tiba di tengah-tengah masyarakat kita. kalau mau bangkit dan menjadi terang, maka akar dari kegelapan itu, yakni pemusatan diri sendiri mesti kita rubah. Mengarahkan diri kita agar lebih bermakna kepada lingkungan dan orang lain,” pungkasnya.

Pdt. Nathael Hermawan (Ketua Umum MPH PGIW Jawa Timur) dalam kata sambutannya, mengucapkan terimakasih kepada tamu undangan yang berkenan hadir dalam acara pelepasan dan pelantikan PGIW Jawa Timur. “Dan secara khusus juga berterimakasih kepada GKI Dasa yang telah berkenan menjadi tuan rumah dan mempersiapkan semuanya untuk terselenggaranya acara ini,” ujar Pdt.Nathael setelah dilantik.
Lanjut Pdt.Nathael, ada yang mengatakan bahwa Jawa Timur ini adalah “Indonesia mini”. Artinya, Kebhinekaan juga berada di Jawa Timur. Dari enam Propinsi di Jawa, Jawa Timur ini wilayahnya paling luas, tapi dari jumlah penduduk nomor dua setelah Jawa Barat. Semua agama, suku, ras juga ada di Jawa Timur. Kebhinekaan dan wujud Indonesia mini di Jawa Timur ini harus dirawat dan tentu akan menjadi tanggungjawab kita bersama. Nah, PGIW Jatim juga menjabarkan tentang Oikumene, yaitu: Pertama adalah sesama umat Kristen walaupun beda denominasi. Kedua adalah sesama umat manusia walau beda agama, suku, ras. Ketiga adalah sesama ciptaan Tuhan, termasuk juga alam semesta, tumbuhan dan hewan. Dan itu semua adalah sesama kita. Dan semangat itulah yang kemudian mendasari kita dalam beroikumene dalam melayani bersama di PGIW Jawa Timur. Kita di PGIW Jawa Timur juga dilandasi dengan semangat ugahari, yaitu berani berkata cukup yang kebalikan dari sebuah kerakusan,”ungkap Pdt. Nathael.
Drs. Abimanyu Poncoatmojo, MM (Asisten Administrasi Umum Sekda Provinsi Jawa Timur), dalam kata sambutan, berharap agar PGIW Jawa Timur yang baru dilantik dapat mengemban tugas, menjaga kebersamaan dan keberagaman yang ada di Propinsi Jawa Timur. “Kami berharap para pengurus PGIW Jatim ini dapat menjalankan amanah ini dengan baik dan benar sesuai dengan tuntunan dan tatanan yang ada. Sebab amanah ini nantinya akan kita pertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Sejatinya kebahagiaan yang hakiki adalah apabila kita bisa menjalankan amanah dan bermanfaat bagi siapa saja,” tandas Abimanyu saat membacakan sekaligus mewakili sambutan Gubernur Jawa Timur, Kofifah Indar Parawansa.
Lanjut Abimanyu, betapa strategisnya para tokoh agama yang tergabung di Propinsi Jawa Timur. “Pimpinan lembaga gereja ini sebetulnya juga adalah pimpinan masyarakat, karena tujuannya juga berorientasi pada pembinaan dan edukasi kepada masyarakat. Saya berharap komunikasi pengurus PGIW dengan Propinsi Jawa Timur juga ditingkatkan dan terus dibangun sinergitas yang intens kaitannya dengan pembinaan umat. PGIW Jawa Timur adalah representasi dari gereja-gereja dari berbagai aliran gereja. Dan manakala ada yang hendak didiskusikan terkait dengan gereja, maka yang dihubungi pemerintah Jawa Timur adalah PGIW Jatim. Bukan hanya PGIW saja yang kami ajak berdiskusi, tetapi umat Kristiani juga kami ajak bersama-sama untuk membangun Jawa Timur ke arah yang lebih baik terutama dalam menangani pandemi Covid19,” urai Abimanyu. SM
Berikut ini adalah Susunan Badan Pengurus PGI Wilayah Jawa Timur Masa Bakti 2021 sd 2026
Ketua Umum :Pdt. Nathael Hermawan
Ketua I :Pdt. Andri Purnawan
Ketua II :Pdt. Ronald Daniel
Sekretaris Umum :Pdt. Yafet Geta
Wakil Sekum :Pdt. Samuel
Bendaharam Umum :Pnt. Andi Wongso Gunawan
Wakil Bendum :Pnt. Daniel Sau Sumbung
Anggota:
Pdt. Marial Adonia Huliselan
Pdt. Rully Antonius Haryanto
Pdt. Albenar Silaen
Ev. Yoel Ade Prasetyo
Pdm. Hitler Fernando Tampubolon
MP:
Pdt. Simon Filantropha
Bapak Nico
Pdt. Indro Sudjarwo
BPP:
Ibu Debby Daniel
Ibu Sienny Andries