Pdt. Gomar Gultom (Ketum PGI) : Toraja, “Kepingan Surga” Yang Kurang Mendapat Perhatian Pemerintah ! 

Nasional, News146 Views

TORAJA, Victoriousnews.com,-  Bumi Toraja itu ibarat “Kepingan Surga” menyimpan misteri yang luar biasa. Penduduknya besar, dan SDM-nya luar biasa, tapi nampaknya kurang mendapat perhatian pemerintah dalam pembangunan. Demikian dikatakan Ketua Umum Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (PGI), Pdt. Gomar Gultom ketika menyampaikan kata sambutan Pembukaan SR ke-18 PGI di kawasan desa wisata adat Kete Kesu, Rantepao Toraja Utara.

Di hadapan Menteri Agama Prof Nassarudin, Gomar lantang mengeritik pemerintah yang dinilainya kurang memberikan perhatian kepada Toraja. “Saya berani katakan bahwa Toraja sangat kurang diperhatikan pemerintah. Buktinya, jarak  Makassar -Toraja yang hanya 315 Km, harus ditenpuh 8-9 jam. Dan mulai dari Enrekang, yang tersisa 84 Km harus ditempuh 3 jam. Tentu itu membawa implikasi atas cost of life yang tinggi bagi masyarakat, dan produk daerah ini akan kalah bersaing dengan produk dari daerah lain,” tukas Gomar.

Lanjut  Gomar, maka tak heran kalau banyak orang Toraja cenderung merantau. “Jangan-jangan masyarakat Toraja diaspora lebih besar jumlahnya dari orang Toraja yang tinggal menetap di sini. Semua itu karena kasih  karunia Tuhan tidak kurang bagi masyarakat Toraja. Toraja diaspora sangat terberkati dan memberkati masyarakat di manapun. Mereka pekerja keras.Tapi itu tidak menjadi alasan bagi pemerintah, Pusat maupun Sulsel, untuk tidak memasukkan pembangunan Toraja dalam skala prioritas. Toraja ini adalah kepingan sorga yang jatuh di bumi, dan harus kita syukuri,”kritiknya.

Senang Karena Prof Nassarudin Dipilih Jadi Menag

Ki-ka: Menteri Agama Prof Nassarudin bersama Ketum PGI Pdt Gomar Gultom

Pdt. Gomar Gultom juga tampak gembira  ketika sahabat baiknya Prof Nassarudin dipilih menjadi Menteri Agama RI. Gomar sangat berharap agar Menteri Agama dapat membangun kehidupan beragama yang toleran. Sehingga seluruh umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai, diikat oleh semangat toleransi, yang merupakan DNA bangsa masyarakat Indonesia. “Pekerjaan rumah bangsa ini tak ada habisnya. Ada ragam masalah kemanusiaan dan perusakan lingkungan yang begitu masif, termasuk penegakan HAM di Papua, aksi-aksi intoleran dan ragam penutupan gereja. Berbagai masalah ini menantang semangat oikoumenis kita bersama,” ungkap  Gomar.

Alasan PGI Pilih Lokasi Sidang Raya Di Daerah Terpencil

 Beberapa tahun ini, lanjut Gomar,  PGI  sengaja memilih lokasi Sidang Raya di daerah daerah terpencil. Walaupun harus ddihadapkan pada rusiko  fasilitas yang sangat terbatas dan transportasi yang  sangat mahal. ”Sekalipun demikian, kami tetap memilih di sini sebagai ungkapan rasa solidaritas kami atas saudara-saudara kami di daerah yang jauh dari pusat kekuasaan, jauh dari tempat di mana kita menikmati kenyamanan dengan mudah. Karena di tengah dunia post truth sekarang ini, kita makin sulit menemukan dan memahami kebenaran, karena sering ‘kebenaran’ dipabrikasi dan dikendalikan untuk maksud-maksud tertentu, dan kebaikan dan keadilan bisa menjadi sumir,” pungkasnya. SM