Merespons Isu Lingkungan Hidup, PGI Bersama BRGM Ajak Umat Peduli Mangrove Demi Masa Depan Indonesia

Diskusi PGI-BRGM Sekaligus Merayakan Hari Disabilitas Internasional

Nasional, News191 Views

JAKARTA,Victoriousnews.com,- Sebagai bentuk kepedulian gereja dalam merespons isu lingkungan hidup, Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (PGI) bersama Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggelar diskusi bertajuk “Mangrove, Kerentanan dan Masa Depan Lingkungan Hidup di Indonesia”, di Graha Oikumene lt.3, Jalan Salemba 10 Jakarta Pusat Selasa (3/12/24).

Ki-ka : Pdt. Gomar Gultom, Suwigya Utama, Jonna Damanik (Tampil di Layar), Pdt. Jimmy Sormin (moderator) dan Perwakilan Gen Z Hana Purba

Diskusi yang  digelar  secara hybrid ini sekaligus merayakan hari disabilitas internasional 3 Desember 2024. Tampil sebagai narasumber  diskusi adalah; Ketum PGI  Pdt. Gomar Gultom, Kepala Pokja Edukasi & Sosialisasi BRGM Dr. Suwignya Utama, perwakilan Gen Z, Hana Purba, Komisioner Komnas Disabilitas Indonesia Jonna Aman Damanik serta dimoderatori Pdt. Jimmy Sormin.

Tampak hadir dalam acara tersebut, Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey.

Gubernur Sulut, Olly Dondokambey (Kedua dari kiri/Batik) turut hadir dalam diskusi soal Mangrove di Graha Oikumene lantai 3, Selasa (3/12/24)

Seperti kita ketahui bersama,  hingga saat ini kondisi alam terus merintih akibat kerusakan lingkungan hidup secara masif, dan menimbulkan masalah krisis iklim yang serius. Salah satu ekosistem alam yang tengah dalam keadaan krisis adalah di sekitar wilayah pantai. Ketidakpedulian terhadap penyelamatan ekosistem pantai ini, membuat terjadinya abrasi yang merata, rusaknya keanekaragaman hayati di tepi laut Indonesia, serta rentannya kehidupan manusia, serta makhluk hidup lainnya terhadap dampak air laut yang menyapu daratan.

Oleh karenanya, upaya yang masif untuk menanam, merawat dan mengembangkan hutan mangrove di tanah air ini sangat dibutuhkan, termasuk partisipasi gereja-gereja melalui PGI.

Pada kesempatan itu, Kepala Pokja Edukasi dan Sosialisasi BRGM, Suwigya Utama, mengungkapkan, mangrove, memiliki manfaat yang besar sebagai penyaring air secara alami, sumber mata pencaharian masyarakat, pelindung pantai, pengatur iklim, memiliki nilai ekonomi, serta ekowisata. Sayangnya mangrove atau bakau mengalami kerusakan luar biasa. “Di Kaltim dan Kaltara mangrove dijadikan lahan penanaman sawit. Di Indragiri hilir, Provinsi Riau akibat mangrove dirusak menyebabkan banyak pohon kelapa mati. Begitu pula di Demak dan Bengkalis kehilangan daratan akibat abrasi akibat kerusakan mangrove Juga Padang, dan Bali,” ujar Suwigya dalam pemaparannya.

Lanjut Suwigya, mangrove perlu direhabilitasi karena dapat memproteksi alam, dan menjaga sistem ekologi pantai secara berkelanjutan, dan lainnya, melalui pendekatan kepada masyarakat, pendekatan secara moral melalui lembaga keagamaan, koordinasi, sinkronisasi, serta pengarusutamaan program baik di pemerintah daerah maupun pusat.

Dia menambahkan, perilaku manusia menjadi akar masalah dari perusakan lingkungan, termasuk mangrove. Sebab itu, gereja memiliki peran penting dalam rangka membangun umat untuk peduli terhadap lingkungan.

Ketum PGI Pdt Gomar Gultom ketika menyampaikan materinya

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum PGI, Pdt. Gomar Gultom. Menurutnya, kerakusan manusia yang tidak terbatas menyebabkan rusaknya alam. Selain itu, pola pembangunan, tata ruang yang carut marut, teknologi yang tidak ramah lingkungan, serta adanya ketidakadilan global.

“Akar semuanya adalah dosa manusia yang memperlakukan bumi sebagai objek. Karena pada mulanya Allah ciptakan alam begitu indah. Merusak alam sama dengan merusak karya Ilahi. Manusia diciptakan sesungguhnya sebagai pemelihara alam, dan manusia terikat atau bagian dari alam, sehingga seharusnya manusia juga bersaudara tidak hanya dengan manusia tapi juga alam semesta. Maka panggilan Gereja Sahabat Alam adalah salah satu bentuk ibadah yang sejati,” tandasnya.

Pdt. Gomar Gultom pun berharap agar umat dapat menerapkan 4 R sebagai Prinsip Kristiani terhadap lingkungan, yaitu Repent (bertobat dan mengaku atas perlakuan buruk terhadap lingkungan), Restraint (mengendalikan diri, tidak rakus), Respect (menghargai ciptaan Allah yang lain), dan Responsible (bertanggung jawab).

Sementara itu, menilik partisipasi disabilitas, Komisioner Komnas Disabilitas Jonna Aman Damanik menuturkan, bahwa penyandang disabilitas ada juga yang terlibat langsung dalam rangka merawat lingkungan. “Saya ke Bontang bertemu dengan teman di sana yang juga difabel, dia dapat sertifikasi menyelam dalam rangka pelestarian baru karang dan mangrove di Kaltim. Ini salah satu bentuk baik, sebagai pelaku. Mungkin belum banyak terlihat, namun saya sampaikan bahwa isu disabilitas dan lingkungan suatu keniscayaan. Potensi individual ini bisa jadi bentuk partisipasi yang bermakna,” ujar Jonna.

Perwakilan Gen Z, Hana Purba, mengaku kaget sekaligus senang ketika didaulat untuk terlibat dalam penanaman pohon mangrove. “Akhirnya saya bersedia dan mengumpulkan beberapa teman gen Z. Nah, kebetulan kami juga sering nongkrong di Jakarta Utara, tepatnya di PIK. Mulai dari situlah akhirnya kami mulai ikut menanam mangrove, dan merasa senang karena terlibat dalam melestarikan lingkungan,” ujar Hana.

Ketum Perwamki Stevano Margianto (kanan) menerima simbolis bibit Pohon Mangrove dari BRGM.

Di sela-sela acara, juga dilakukan launching lagu terkait peduli mangrove yang diproduksi oleh PGI, serta Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak. Di akhir diskusi, perwakilan BRGM secara simbolis menyerahkan bibit mangrove kepada sejumlah perwakilan lembaga, diantaranya Perwamki,  Pewarna, FKPKB PGI, serta perwakilan gereja. SM