Wisuda Angkatan ke 3, Willem Frans Ansanay,S.H, M.Pd (Ketua STTIJA): Hadapi Persaingan Yang Kompetitif, STTIJA Berkomitmen Dukung Kebijakan Pemerintah

News, PENDIDIKAN3722 Views

Jakarta,Victoriousnews.com,-Sekolah Tinggi Injili Jakarta (STTIJA) menggelar wisuda angkatan ke-3 program studi Sarjana Pendidikan Agama Kristen (S.PAK) di aula Kampus STTIJA, Jalan kerjabakti No. 15 Kampung Makasar, Jakarta Timur, Rabu (24/11/21). Pagelaran wisuda yang mengusung tema “Dialah Yang Menjadikan Kita Dan Punya Dialah Kita (Mazmur 100:3), ini dihadiri oleh Ketua STTIJA, Frans Willem Ansanay, S.H,M.Pd, Pdt. Iwan Tangka, M.Div (Ketum Sinode Gereja Kristen Setia Indonesia/GKSI), Pdt. Bayu Kusumo (Sekum GKSI), alumni STTIJA, serta sejumlah dosen pengajar.

Pdt. Dr. Patar Daniel Martin Simanjuntak, M.Pd dalam orasi ilmiahnya, menjelaskan dengan gamblang makna teologi sesungguhnya. “Suatu ketika saya bertanya kepada mahasiswa, apa itu teologi? Saya sempat kaget karena mereka menjawab dengan lantang, bahwa teologi adalah ilmu yang mempelajari tentang Allah. Allah adalah pencipta langit dan bumi, transenden yang tidak bisa dijangkau menjadi object dari pikiran kita. Bagi iman Injili , Allah bukan object teologi kita. Tetapi Allah adalah subject teologi kita. Jadi Teologi bukan ilmu yang mempelajari tentang Allah, tetapi teologi adalah Allah yang mengajari kita tentang siapa dirinya. Oleh sebab itu, kita telah melihat Allah pencipta itu sejak dahulu telah mengambil bagian dalam mendidik dan mengajar manusia ciptaanNya. Allah adalah pendidik. Contohnya di dalam, kitab Ayub 36:22, Allah dikenal sebagai pendidik yang tiada tara. Bahkan dalam kitab Mazmur 94:10, Allah mengajarkan pengetahuan bagi manusia. Dalam Yesaya 28:24-26, Allah mengajarkan bagaimana cara bertani dan segala aspek kehidupan. Lalu kita juga mengikuti pendidikan yang dilakukan oleh Allah dalam berbagai peristiwa.Allah yang mengajar Adam dan Hawa di Taman Eden. Dalam kejadian pasal 1 & 2. Allah juga yang mengajarkan generasi setelah Adam dan Hawa, yaitu Kain dan Habel dan keturunan Adam lainnya. Allah juga mengajar keluarga Nuh. Allah yang mengajar Nuh tentang teologi bahtera saat itu. Allah juga yang mengajar generasi sesudah Nuh. Allah yang terus mengajar umatnya Israel. Allah yang memberikan Musa, Harun, dan sebagainya. Allah mengangkat para hakim, imam sebagai pendidik, kenapa? Karena Allah mau mendidik dan mengajar umatNya, termasuk lewat para nabi,” ujar Pdt. Patar Daniel yang juga salah satu dosen pengajar di STTIJA.

Pdt. Dr. Patar Daniel Simanjuntak ketika menyampaikan orasi ilmiah dalam wisuda STTIJA (Rabu, 24/11/21)

Lanjut Pdt. Patar Daniel, dalam perkembangan pendidikan di Perjanjian Lama tidak bisa dipisahkan dari ALlah sang pencipta. Mengapa? “Pertama, Visi yang dikerjakan umatnya berasal dari Allah. Kedua, tujuan pendidikan itu disesuaikan dengan visi Allah. Ketiga, Allah merencanakan proses pendidikan yang memanggil seseorang untuk menjadi pendidik. Keempat, bahwa Taurat menjadi materi pelajaran. Kelima, mengajar dilakukan seumur hidup, baik orang dewasa, pemuda maupun anak-anak. Keenam, proses pendidikan akan berhasil bila pendidik dan peserta didik taat kepada taurat Tuhan dengan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” papar Pdt. Patar bersemangat.

Willem Frans Ansanay,S.H, M.Pd (Ketua STTIJA) pose bersama dengan salah satu wisudawan

   Ketua STTIJA, Willem Frans Ansanay.,S.H.,M.Pd, mengatakan, bahwa menghadapi persaingan yang sangat kompetitif saat ini, maka STTIJA terus berkomitmen untuk mendukung kebijakan pemerintah melalui Bimas Kristen Kemenag RI dan Direktorat Pendidikan Tinggi Kemendikbud, yaitu tentang peningkatan daya saing bangsa dan peningkatan mutu lulusan. “Dengan memberikan bekal penguatan karakter dan program unggulan bagi mahasiswa melalui kegiatan penelitian, pengabdian masyarakat, ketrampilan dan praktek di dunia Pendidikan dan pelayanan maka mahasiswa akan mempunyai kemampuan yang lebih sehingga dapat menjawab tantangan kebutuhan masyarakat,” tukas Willem Frans Ansanay dalam kata sambutannya.

Lanjut Frans, STT Injili Jakarta mempunyai Visi menjadi Sekolah Tinggi Teologi yang berkualitas dalam pengajaran, penelitian dan pengabdian masyarakat berbasis Teologi Kristen dalam pelayanan pedesaan sejalan dengan kebijakan pemerintah tahun 2030. “Visi ini lahir untuk menjawab tantangan dan persaingan ditengah-tengah bangsa dan negara saat ini, dengan berfokus untuk membangun dan memberdayakan anak-anak bangsa, untuk kembali membangun desa dan memperkuat perkotaan sehingga selaras dengan program pemerintah dalam hal membangun dari desa ke kota. Saya berharap, lulusan dari STT Injili Jakarta bisa menjadi Guru dan Gembala dimanapun diutus untuk melayani,” urainya.

Frans juga menjelaskan bahwa, STT Injili Jakarta telah memiliki Status Akreditasi ‘‘Baik’” dengan SK BAN PI No. 2673/SK/BAN-PT; AkPKM/MIV/2020 untuk Prodi PAK. “Status Akreditasi yang dimiliki oleh STT Injili Jakarta ini tentu saja menjadi tanggung jawab yang besar untuk pengelolaan Pendidikan yang lebih baik dan terus memperbaharui sistem perangkat Pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarat yang ada. Perlu saya sampaikan juga bahwa STT Injili Jakarta memiliki 2 kampus. Kampus A di Jl. Kerja Bakti, No 15. RT/RW. 001/002, Kec. Makasar, Jakarta Timur, dengan luas tanah 900 meter persegi dan luas bangunan 2700 meter persegi.Kampus B di Puri Ganda Asri Blok B 5 No 7, B 5 No 9, B 5 No.10. Memiliki 2 asrama putri dan 1 asrama putra. Selain itu STT Injili Jakarta juga memiliki 12 tenaga dosen yang berkompeten di bidangnya masing-masing 4 orang pengajar bergelar Doktor, 2 orang kandidat Doktor dan 6 orang bergelar magister, dengan tenaga kependidikan 4 orang bergelar Sarjana,” tukas Frans.

Fernis Laia, lulusan terbaik STTIJA tampak gembira

Salah satu wisudawati dengan lulusan terbaik, Fernis Laia, tampak sangat bergembira telah sukses meraih gelar Sarjana PAK. “Sebagai lulusan terbaik di STTIJA, saya merasa bangga bahwa Tuhan Yesus itu sungguh sangat baik. Bahkan saya mencapai lulusan terbaik ini bukan karena kekuatan maupun kehebatan saya, melainkan oleh karena kebaikan Tuhan. Penyertaannya yang begitu sempurna dalam kehidupan saya,” tandas perempuan kelahiran Hilifalago, 16 Juni 1999 yang memperoleh nilai skripsi 93 (A) dengan judul “Peran Guru PAK dalam Mengatasi Sinkritisme Jemaat di GKSI Sayu Kapuas, Sanggau, Kalimantan Barat”.

Putri kedua dari pasangan Alm. Oya Laia dan Rimihati Harita ini merasa bangga telah memberikan yang terbaik kepada keluarga yang mendidiknya sejak kecil. “Saya telah ada tawaran melayani dari BPW GKSI di daerah. Tapi saya harus konsultasi dengan keluarga dulu, khususnya orangtua. “Jika disuruh memilih mau menjadi guru atau pendeta, saya memilih keduanya. Karena dua-duanya kan melayani,” pungkas Sarjana asal Nias yang kala itu menerima hadiah buket bunga dan uang dari keluarganya. SM

Comment