TORAJA,Victoriousnews.com, Pembukaan Sidang Raya XVIII Persekutuan Gereja gereja di Indonesia (SR PGI) di Toraja ditandai dengan pemukulan gendang secara resmi oleh Menteri Agama RI, Prof Nassarudin Umar, di desa wisata Adat Kete Kesu, Rantepao, Toraja Utara, Sulsel, Jumat, (8/11/24).
Menag hadir di lokasi pembukaan pukul 13.15 WITA, disambut hangat Ketum PGI, Pdt. Gomar Gultom, Sekum Pdt. Jackvelyn Manuputty, Bendahara PGI Olly Dondokambey, Ketua Panitia SR PGI Toraja, Pdt. Musa Salusu serta Ketua Sinode Gereja Toraja Pdt. Alfred Angui,
Dalam kata sanbutannya, Menag RI mengungkapnya bahwa dirinya masih tetap diminta oleh Presiden Prabowo sebagai Imam besar Masjid Istiqlal. “Saya ingin berbicara dari hati ke hati sebagai tokoh agama umat beragama. Tantangan yang kita hadapi bersama di masa depan ini adalah sangat kompleks dan rumit sehingga bisa menjadi ancaman terhadap nilai-nilai keagamaan kita,” ujar Menag Prof Dr Nasarudin mengawali sambutannya dengan meminta izin tanpa teks yang telah dipersiapkan.
Menurut Menag, Masdjd Istiqlal adalah sebagai rumah untuk semua orang, “Rumah ibadah itu mestinya menjadi rumah besar untuk kemanusian. Siapa pun yang membutuhkan sentuhan-sentuhan kemanusiaan, datanglah bernaung di rumah ibadah. Ada energi spiritual pada setiap rumah ibadah,” tukas Menang yang berdarah Bone-Toraja menanggapi sambutan dari Ketum PGI, Pdt. Gomar yang menyebut Masjid Istiqlal sebagai rumah umat beragama.
Lanjut Menag, kalau kita bicara agama, seperti kita bicara tentang sesuatu yang sangat permanen, terkesan kaku. Tapi berbicara tentang wilayah paju, tempat kerja kita sehari-hari, kita bicara tentang sesuatu yang sangat mobile dan sangat rasional. “Semakin berjarak antara lingkungan paju kehidupan kita dengan diri kita sebagai umat beragama, maka di situ juga ada masalah agama, untuk tidak menyebut kegagalan agama. Bagi saya, semakin berjarak antara ajaran agama dengan diri kita sebagai orang yang beragama, maka ada masalah di situ. Mestinya, antara agama dan pemeluk agamanya itu jangan terlalu berjarak”.
Lanjutnya, jangan seperti orang main layangan. Nilai-nilai agama di atas sekali, tapi orang beragama bermain layangan jauh di bawah.
”Agama apa pun kita, mari kita evaluasi. What’s wrong? Kami juga mengimbau teman-teman. Masalah kita sekarang sama: sulit mendefinisikan kebenaran. Dulu enak jadi pastor, pendeta, ulama. Apa yang dikatakan tokoh agama atau Kitab Suci, kita ikut saja.”
Tapi sekarang, kita hidup dalam suasana kebatinan yang berbeda. Kitab suci mengatakan itu baik, tokoh agama katakan itu baik, tradisi mengatakan itu baik, tapi tidak serta merta bisa diaplikasikan dalam masyarakat kita.”
Agama itu Ada Tiga Dimensi; Myth, Logos, dan Etic
Nassarudin mengungkapkan bahwa menteri agama itu bukan hanya untuk orang Islam saja, melainkan menteri untuk seluruh pemeluk agama di Indonesia. Menurutnya setiap agama itu ada tiga dimensi, yaitu pertama, Myth (bahasa Inggris) diterjemahkan mitos, sehingga konotasinya menjadi negatif. Padahal, semestinya mitos bisa diterjemahkan sifatnya kepercayaan, kebatinan serta keimanan terhadap Tuhan. Kedua, Logos buah pikiran agama atau kepercayaan yang diungkapkan dengan nalar. Ketiga, Etic (Etika), berbicara mengenal etika dan moral, perilaku dalam menjalankan ajaran agama. “ Mari mengajak umat kita semuanya agar konsisten mengamalkan ajaran agama kita masing-masing. Janganlah mendoktrin anak secara tradisional, misalnya menganggap agama A paling benar. Tetapi tanamkan kepada anak-anak untuk saling menghargai dan menghormati antar pemeluk beragama. Artinya,kita boleh berbeda agama tetapi tanamkan rasa perbedaan sejak usia dini adalah rasa kebersamaan. Bukan rasa kebencian. Bagaimana sebagai bangsa Indonesia sekarang ini kita rasa kebersamaan sebagai warga bangsa Indonesia Bhinneka Tunggal Ika,” ujar Menag.
Toleransi Beragama “Mendunia setelah Imam Besar Masjid Istiqlal Cium Kening Paus Fransiskus
Menteri Nassarudin juga menyampaikan bahwa menanamkan toleransi dan kebersamaan itu harus dibarengi dengan praktik dalam kehidupan sehari-hari. “Saya mencontohkan, ketika Imam Besar Masjid Istiqlal mencium kening Paus Fransiscus yang menjadi perbincangan internasional. Termasuk PBB pun membicarakan hal itu, yang menyentuh toleransi umat beragama.
Hal itu sangat bagus untuk lebih memperkenalkan bahwa Indonesia dengan negara-negara perlu contoh bagaimana toleransi beragama sangat penting,” pungkas Menag.
Sebelumnya, acara pembukaan diwarnai dengan seremoni tarian khas budaya Toraja yang melibatkan 1000 penari, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa sampai lanjut usia. Selain itu panitia juga menampilkan arak-arakan perwakilan anggota PGI dari seluruh Indonesia. SM