VICTORIOUSNEWS.COM,-Memperhatikan etimologi kata ketekunan asal kata tekun yang berarti rajin, sungguh-sungguh, giat. Orang yang tekun, rajin, sungguh-sungguh dan giat, tidak mungkin tidak berhasil. Ketekunan berhubungan dengan usaha. Dimana ada aktivitas yang mendatangkan hasil yang berguna, tidak selalu berupa uang, bisa saja, kebahagiaan, naik kelas, lulus dari sekolah, memperoleh nilai yang baik, berbuah di dalam Kristus dan membawa jiwa kepada Tuhan. Memiliki hidup yang berhasil bukan karena kekuatan kita, tapi semata-mata adalah anugerah Tuhan. Adakalanya keberhasilan bagi orang yang percaya kepada Tuhan, dapat meneteskan air mata, bukan hanya saat duka saja dapat meneteskan air mata, saat berhasilpun ada tetesan air mata. Orang yang berjalan maju dengan menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil membawa berkas-berkasnya (Mzm 126:6). Petani yang pergi ke ladang menabur benih, ada waktu yang ditunggu untuk menuai. Benih yang bertumbuh dan berhasil dapat dituai, memberikan sukacita tersendiri.
Jika, kita ingin berhasil, kita harus rajin, harus sungguh-sungguh, bukan suam-suam kuku, sehingga kita tidak mengalami kegagalan. Ingin dipakai Tuhan, jadikan diri tekun dan kita dapat menyaksikan cinta kasih Tuhan untuk kemuliaan Tuhan yang ada pada kita. Melakukan dengan sungguh-sungguh, memberikan semua yang dapat kita sanggupi, baik itu pengetahuan, akal serta apa yang dapat kita lakukan. Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan pengetahuan (2 Ptr 1:5). Kebajikan sama pengertiannya dengan kebaikan, memberikan kebaikanpun lakukan dengan bergairah dan rajin melakukannya.
Untuk sungguh-sungguh, perlu komitmen; “Saya akan tekun. Saya akan rajin. Saya akan bergairah.” Tanpa komitmen, keberhasilan yang pernah diraih atau hampir mendapatkannya akan mengalami kegagalan. Apa itu komitmen ? Komitmen memiliki pengertian adanya janji dengan diri sendiri untuk melakukan ketekunan dengan sungguh-sungguh. Janji bukan hanya pada diri sendiri, kepada Tuhanpun kita harus sungguh-sungguh. Begitupun dalam iring Tuhan, jangan pernah ragu-ragu. Tidak mudah meraih keberhasilan, kita perlu memiliki komitmen. Adanya komitmen akan menumbuhkan tanggungjawab. Karena ada janji dengan diri sendiri dan kepada Tuhan, sehingga punya buah-buah keberhasilan dalam hidup kita. Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik (Mat 7:17). Mempunyai karakter/watak yang terbentuk hingga menjadi sukses. Sukses itu bukan hanya milik orang dewasa, namun milik semua orang.
Kita bukan orang yang biasa saja, karena dasar hidup kita adalah Kristus. Komitmen dapat dianalogikan sebagai janji mau melakukannya dengan rajin. Saat itulah sesungguhnya kita sedang membangun dasar hidup, dengan perilaku membangun hidup yang positif, hidup yang berhasil. Bukan merusak keberhasilan yang telah diraih. Keberhasilan yang telah diraih perlu pimpinan Roh Kudus, agar Roh Kudus mendampingi kita setiap waktu. Tuhan. Akan memampukan kita untuk tekun, rajin, sungguh-sungguh dalam menjalani kehidupan kita. Pepatah mengatahkan; life is war (hidup adalah peperangan). Memerangi kemalasan memberikan gairah kepada ketekunan. Memerangi kebodohan memberikan tempat kepada kecerdasan. Memerangi kemiskinan, kita sedang memberikan tempat kepada keberhasilan. Kalau kita memiliki karakter yang positif, di manapun kita akan berhasil. Kalau kita memiliki karakter lemah-lembut, kemanapun kita akan disayang Tuhan dan disayang sesama, tentu saja di dalam kekudusan dan kesalehan hidup.
Sukses, berhasil itu sebuah proses, sebuah perjalanan. Dan perjalanan kita masih panjang dengan mengisi lintasan kehidupan berdasarkan kehendak Tuhan. Orang yang komitmen dengan waktu itulah orang yang sukses..Kesuksesan atau keberhasilan ada pengakuan dan terlihat. Dan ketika berhasil ada penguasaan diri dan tidak menjadi sombong. Manusia yang sombong akan direndahkan, dan orang yang angkuh akan ditundukkan; dan hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu (Yes 2:11).
Tekun dalam mengejar keberhasilan dan punya tujuan yang jelas.Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul (1 Kor 9:26). Petinju kalau mau memberikan SWING (mengayunkan) pukulannya akan mengarahkan dengan jelas, tepat pada sasaran pukulannya. Tepat pada sasaran berarti fokusnya jelas, tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah (Ams 19:2). Saat kita berhasil, berarti kita punya tanggungjawab dihadapan Tuhan.
Meraihnya berani berkorban, berani berlelah-lelah dalam mencapai keberhasilan. Berani bertindak untuk memulai dengan mengatur waktu. Dapat mengambil keputusan adalah orang yang berhasil. Saat memulai, akan mengakhiri dengan baik dengan emaksimalkan potensi yang kita miliki. Sebab apabila semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu, ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah dihapuskan (2 Ptr 1:8-9). Memotivasi diri kita untuk sungguh-sungguh, sehingga potensi/kelebihan yang ada dapat dibuat maksimal. Motivasi berarti dorongan yang menyebabkan kita mau melakukan sesuatu dengan benar. Menjadi giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita. Untuk menjadi giat dan berhasil membutuhkan semangat. Jangan mengandalkan kekuatan sendiri, andalkan Tuhan. Tuhan akan memberikan kesempatan pada kita untuk berhasil. Ambil setiap kesempatan yang Tuhan berikan. Menyadari bahwa diri kita punya potensi yang besar dan bersedia mengembangkannya. Berjuang dalam peperangan dengan sungguh-sungguh sampai sesuatu yang ingin kita raih mendatangkan kebaikan.
Menolak panggilan tertinggi (hight calling) dan pilihan Tuhan adalah kegagalan. Kita dipanggil dan dipilih Tuhan, supaya kita diberkati dan memberkati. Keberhasilan dapat berupa berhasil melepaskan diri dari kejahatan, kebencian serta kepahitan hidup. Dan janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan, atau caci maki dengan caci maki, tetapi sebaliknya, hendaklah kamu memberkati, karena untuk itulah kamu dipanggil, yaitu untuk memperoleh berkat (1 Ptr 3:9).
Kemalasan dapat membuat orang yang tadinya berguna, menjadi yang paling tidak berguna. Kemalasan yang dipelihara, tadinya orang hidup dalam kekayaan, bisa berkurang kekayaannya karena malas, hidup dalam kenyamanan dan berhenti untuk sungguh-sungguh.
Malas adalah keadaan dimana tidak bergairah, menolak bekerja, tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan. Talenta yang Tuhan berikan, dikubur dalam-dalam tidak terasah karena kemalasan. Orang yang malas, hari ini tidak bisa dipakai Tuhan, besokpun tidak akan dipakai Tuhan dan kelak Tuhan dapat saja mencampakkannya di dalam kegelapan.
Marthin Luther, orang Jerman, hidup selama 62 tahun. Sejak umur 34 tahun Marthin Luther mulai menulis, terus menulis selama 29 tahun. Ada 68 buku yang ditulisnya telah dicetak, masing-masing rata-rata 750 halaman. Dan 27 buku belum dicetak. Marthin Luther juga seorang dosen dan Gembala Sidang. Orang yang dikenang dengan karya-karyanya. Banyak karyanya yang telah menjadi berkat. Dia adalah seorang teladan yang rajin melayani Tuhan. Amatilah semut. Semut tidak pasif, dia bergerak terus bahkan bisa beriring-iringan sedemikian banyaknya. Semut tanpa pimpinan, dia giat mencari, menyediakan dan menyimpan makanannya. Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen (Ams 6:6-8). Semut selalu berkelompok, tidak menyendiri.
Sungguh-sungguh, sehingga Kerajaan Tuhan yang ada di surga, dapat terjadi bagi kita di bumi. Dengan demikian kepada kamu akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus (2 Ptr 5:11). Latihlah diri untuk menjadi rajin sehingga berhasil dalam segala aspek terlebih dalam pengenalan akan Tuhan. Sola Gracia.***
Comment