Bedah Buku “The Story Of Simplicity”, Dr. Boni Hargens: Baca Buku Ini Seperti Meneguk Air Dari Oase Padang Gurun Yang Gersang!

Nasional, News, Ragam603 Views

Victoriousnews.com,- Bedah buku berjudul “The Story of Simplicity”, kisah kesahajaan seorang intelijen berpangkat Mayor Jenderal TNI. Dr. Suyanto, SE, M.Si.Han, digelar di function room toko buku Gramedia, Matraman, Jakarta Pusat, Jumat, (1/9/2023).

Ki-ka: Hotman J Lumbangaol (Moderator), Boni Hargens (Analis Politik UI), Jansen Sinamo (Guru Etos), dan Ch Robin Simanullang (Penulis Buku)

Acara bedah buku yang diselenggarakan oleh Pustaka Tokoh Indonesia ini menampilkan beberapa pembicara, diantaranya: Dr. Boni Hargens ( Analis Politik dari Universitas Indonesia), Ir. Jansen H Sinamo (Motivator Etos Kerja dari Institut Mahardika), Ch Robin Simanullang (penulis buku) dan Hotman J Lumbangaol (moderator).

Buku setebal 432 halaman ini menyajikan beberapa kesan. Salah satu di antaranya, bahwa pengasuhan dan pendalaman kearifan kesahajaan budaya lokal, nasional dan global sangat berkontribusi pada pembentukan sifat dan karakter kesederhanaan seseorang; yang dalam konteks intelijen berkekuatan sebagai strategi kebudayaan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi intelijen baik taktis maupun strategis.

Selain itu, kesederhanaan itu bukan soal besar atau kecil, kaya atau miskin, tinggi atau rendahnya kedudukan (jabatan) seseorang, melainkan aksentuasi, intensitas dan aktualisasinya lebih berkorelasi dengan sifat dan karakter seseorang. Ada banyak orang kaya raya dan berjabatan tinggi mempunyai sifat dan karakter kesederhanaan, sebaliknya ada orang miskin (materi) dan berkedudukan rendah tidak atau kurang memiliki sifat dan karakter kesederhanaan.

Pengamatan yang paling menarik lainnya dari kisah kesederhanaan Suyanto yang ditulis dalam buku ini,adalah,bahwa seseorang yang memiliki sifat dan sikap kesederhanaan sangat potensial dan berpeluang menjadi seorang intelijen profesional, Bahwa intelijen itu sophisticated tapi (dalam kisah Suyanto) memiliki sifat dan kekuatan kesederhanaan, simple dan natural. “Yang paling menarik dalam buku ini, adalah Suyanto itu berhasil menampilkan kesederhanaannya dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang intelejen,” ujar sang penulis buku, Robin Simanullang.

Sementara itu, Analis Politik dari Universitas Indonesia, Dr. Boni Hargens, mengatakan bahwa, kekuatan harapan (the power of hope) itu hanya bertumbuh dalam kesederhanaan. Dan jika membaca buku ini, kekuatan harapan dalam kebersahajaan itu akan tersirat dalam pribadi Mayjen Suyanto. “Saya tersentuh dengan dengan perjalanan hidup dan karir Mayjen Suyanto dalam banyak hal, namun cukup dua hal saja yang disampaikan di sini. Pertama, kisah kesederhanaan ditampilkannya dalam sikap sosial dalam pergaulan dan dalam pelaksanaan tugasnya di lingkungan institusi negara. Ia pribadi yang hebat dan professional tetapi dengan kecerdasan moral ia mampu mendiamkan semua itu di balik sosoknya yang “apa adanya.” Kedua, komitmen moral, jiwa patriotik, dan tanggungjawab etis selama melaksanakan tugas. Sebagai prajurit, bahkan seorang jenderal, maupun sebagai insan intelijen, Mayjen Suyanto adalah manifestasi dari personalitas yang disiplin, patriotik, nasionalis, dan berbudi luhur. Kepatuhannya pada disiplin kerja dan organisasi didasari oleh semangat cinta yang tulus dan mendalam terhadap tugas dan terhadap bangsa dan negara,” tukas Boni Hargens.
Menurut Boni, tentu tidak berlebihan kalau dikatakan, sosok Mayjen Suyanto adalah kelangkaan yang menyejukkan di tengah gempuran materialisme hari ini yang dengan arogannya menyeret manusia pada identitas asli yang digambarkan Thomas Hobbes sebagai mahluk yang liar dan buas—dan yang menakar “keberadaan eksistensial” manusia dari “harta dan kuasa”! . “Generasi muda, terutama anak-anak yang tumbuh di abad ke-21 yang dicemari oleh tradisi post-truth, perlu membaca kisah hidup Mayjen Suyanto ini. Percayalah, Anda membacanya seperti pengembara yang meneguk air dari oase di tengah gurun luas yang gersang,’ tandas Boni.

Sedangkan motivator etos, Ir. Jansen Sinamo, memberikan tanggapan, bahwa buku ini menceritakan, kesederhanaan sebagai sikap dan etos kerja seorang Mayjen Suyanto dari awal sampai akhir. “Kesederhanaan oleh Penulis diurai dengan amat teliti sampai pokok-pokok pikiran dan filosofinya; kelihatan pada pribadi Mayjen Suyanto semenjak dini dan pada setiap tahap studi dan karirnya. Kesederhanaan tidak sekedar seperti yang ditunjukkan suku Baduy di Kanekes, Banten, yang semua harus alami (air, batu, tanah, bambu, ijuk) seraya menolak modernitas,” ujar Jansen Sinamo.

Masih kata Jansen, kesederhanaan yang ditampilkan oleh Mayjen Suyanto lebih sebagai pendekatan masalah, metoda kerja, dan panduan berpikir, sambil menolak keserbacanggihan. “Karir Mayjen Suyanto yang panjang dan tinggi di militer, intelijen dan perbankan oleh Penulis ditunjukkan sebagai hasil dari filsafat kesederhanaan,” paparnya.

Lebih lanjut Sinamo, mengungkapkan, filsafat kesederhanaan itu mirip seperti yang diaplikasikan Albert Einstein yang menemukan formula E=mc2, rumus fisika paling sederhana, tapi yang justru adalah rumus paling hebat dan paling canggih.

Sekedar informasi, Mayjen Dr Suyanto dilahirkan di Jakarta, 4 Mei 1962, menikah secara adat dengan Boru Batak bernama Ester Lumongga Kayaida Panjaitan, SH, kemudian diberi marga Siregar Sormin. SM

Comment