Presiden Jokowi pada hari Rabu 15 Juni 2022, melantik dua Menteri dan tiga Wakil Menteri di Istana Negara, Jakarta. Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan menjadi Menteri Perdagangan menggantikan M. Lutfi. Hadi Tjahjono, mantan Panglima TNI, menjadi Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepal Badan Pertanahan Nasional menggantikan Sofyan Djalil.
Lalu ada tiga Wakil Menteri yang turut dilantik. Raja Juli Antoni, Dewan Pembina PSI, sebagai Wamen ATR/BPN, John Wempi Wetipo sebagai Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), dan Sekjen PBB Afriansyah Noor sebagai Wakil Menteri Tenaga Kerja (Wamenaker).
Power Sharing dan Konsolidasi Politik Jokowi, Sang King Maker?
Masuknya Ketua Umum PAN sebagai Menteri, Sekjen PBB di posisi Wamenaker dan pergantian posisi Wamen sesama kader PSI memunculkan spekulasi publik. Apakah ini bentuk konsolidasi politik Presiden Jokowi, yang ingin memainkan peran sebagai King Maker, yang akan menentukan siapa penerus suksesi kepresidenan di Pemilu 2024?
Spekulasi publik itu dapat dipahami. PAN yang baru masuk sebagai parpol koalisi Pemerintah, diakomodasi dalam kabinet. Begitu juga PBB. Di mata publik, ini bentuk power sharing. Bagi-bagi (kue) kekuasaan.
Pertanyaanya, bagi-bagi kekuasaan untuk apa? Untuk apa lagi kalau bukan buat Pilpres 2024?
Jurus piawai Jokowi sebagai God Father dan sutradara politik
Jokowi sesungguhnya sedang menggerakkan (dan mengendalikan) partai-partai politik, pemegang kekuasaan formal politik, untuk mengikuti kebijakan dan arah politiknya.
Di panggung depan yang terlihat publik, ketua umum parpol diakomodasi dalam kabinet. Itu untuk parpol yang nurut dan nunut kehendak Jokowi.
Di panggung belakang, yang tidak terlihat publik, partai politik yang tidak mau nurut terancam keluar dari kabinet. Bahkan ketua umumnya berpotensi dilengserkan.
Jurus yang dimainkan Jokowi itu biasa di dunia politik. Pemimpin sejati memang harus tegas. Ada stick and carrot. Tongkat dan wortel. Ada juga Reward and Punishment, hadiah dan hukuman. Yang nurut dapat wortel, diberi hadiah. Yang bandel dapat hukuman, digebuk tongkat.
Kepiawaian Jokowi ditunjukkan dengan kemampuannya mengendalikan ketua-ketua umum parpol. Sekalipun Jokowi sendiri bukan pimpinan parpol. Peran sebagai sutradara politik, bahkan the God Father politik sedang dimainkan Jokowi.
Sang God Father lah yang akan menjadi penentu siapa yang akan bertarung di Pilpres 2024. Dan siapa yang wajib dimenangkan.
Partai Politik Dikendalikan, Relawan Digerakkan
Kehebatan Jokowi ditunjukkan juga dengan menggerakkan mesin politik pendukung setianya. Relawan. Sejarah mencatat, selain dukungan partai,militansi relawanlah yang memuluskan Jokowi tampil di panggung politik nasional. Relawan menjadi penggerak utama pemenangan Jokowi sebagai Gubernur DKI tahun 2012. Berlanjut ke Pilpres 2014 dan 2019. Perjuangan relawan tak dapat dihapus. Publik saksinya.
Sejak menang Pilpres 2019, Jokowi cenderung jarang bertemu relawan dalam jumlah besar. Apalagi mengumpulkan puluhan ribu relawan sekaligus. Kali ini berbeda. Jokowi menggerakkan kembali mesin relawannya. Februari 2022 lewat aplikasi zoom meeting, Jokowi menyapa ribuan relawan lewat acara bertema Tegak Lurus Jokowi. Dilanjutkan berturut-turut bulan Maret 2022 di 3 kota: Blora (Jateng) Bandung (Jabar), dan Tangerang (Banten). Puluhan ribu relawan berkumpul dengan komitmen yang sama, Setia dan Tegak Lurus pada Jokowi.
Tak berakhir disitu. 21 Mei 2022, Jokowi menyambangi Rakernas Relawan Pro Jokowi (Projo) di Kec. Borobudur, Magelang (Jateng). Pesan Jokowi satu. Ojo kesusu. Jangan buru-buru (dalam menentukan pilihan di Pilpres 2024).
Berlanjut 11 Juni 2022. Dua belas ribu relawan berkumpul di Econvention Ancol, Jakarta Utara, dalam acara Silaturahmi Team Tujuh Relawan Jokowi. Di acara ini Jokowi berpesan, “jangan grasa-grusu”. Tak perlu buru-buru. Tunggu momentum yang tepat.
Menariknya, dalam dua event besar relawan itu Jokowi selalu ditemani salah satu figur Capres. Ganjar Pranowo. Simbol politik makin jelas. Calon suksesor Jokowi sudah ada. Tapi jangan buru-buru, tunggu komando. Satu komando. Satu kendali. Jokowi.
Pertemuan akbar relawan sepertinya akan terus berlanjut. Dalam eskalasi yang makin besar. Makin masif. Show of force makin kencang. Tujuannya satu. Untuk tunjukkan siapa pemegang kekuasaan atas partai politik dan basis massa. Siapa King Maker dan The God Father sejati. Siapa pemimpin sejati.
Manuver untuk muluskan rencana presiden 3 periode, atau untuk menentukan suksesi Presiden?
Sebagian kecil publik masih bertanya, apakah ini manuver untuk memuluskan issue presiden 3 periode dan perpanjangan masa jabatan presiden?
Wacana presiden 3 periode sudah usang. Tak laku dijual. Jika dipaksakan, berpotensi memantik berjilid-jilid demonstrasi. Fenomena reshufle kabinet dan penggalangan kekuatan relawan lebih untuk mengamankan program jangka panjang Jokowi. Pembangunan infrastruktur dan pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) terinterupsi dengan pandemi Covid-19. Tidak akan tuntas di 2024.
Jokowi wajib memastikan Presiden terpilih di Pilpres 2024 akan melanjutkan program-programnya. Jika tidak, itu akan menjadi proyek mangkrak.
Jika melihat rekam jejak perjalanan politik Jokowi sejak menjadi Walikota Solo, Gubernur DKI, dan Presiden RI, rasa-rasanya semesta itu berpihak padanya.
Jadi jangan heran jika kepiawaian politik Jokowi, sang God Father dan King Maker akan terulang kembali di Pilpres 2024. Kita nantikan.***
Comment