Sekolah Tinggi Teologi Rahmat Emmanuel (STT REM) kembali menyelenggarakan kuliah umum yang diadakan di kampus STT REM, Jl. Pelepah Kuning III Blok WE 2 No. 4 G-K, Kelapa Gading-Jakarta Utara. Kuliah umum STT REM keenam ini mengusung tema “Kepemimpinan Perempuan Indonesia”–menghadirkan Staff Khusus Presiden RI, Adita Irawati sebagai pembicara dan dimoderatori oleh Johan Tumanduk., SH.,M.M., M.Pd.K (Direktur Eksekutif Conrad Supit Center). Selain dihadiri oleh mahasiswa/mahasiswi STT REM, alumni, dosen pengajar,tokoh Kristiani, juga tampak dihadiri oleh Prof. Dr. Abraham Conrad Supit (Ketua Yayasan Abraham Conrad Supit Center/ Gembala Senior GBI REM), Dr. Antonius Natan, M.Th ( Wakil Ketua I STT REM), Dr. Rahtomojati, Dr. Lenny Chendralisan, Dr. William Wiguna, dan masih banyak lagi.
Kepemimpinan merupakan satu topik bahasan penting, termasuk di era digital. Kita juga telah disuguhkan banyak pemimpin yang berhasil khususnya Pemimpin Perempuan, baik di dunia internasional maupun di Indonesia hingga saat ini. Kepemimpinan Perempuan khususnya di Indonesia sudah tidak diragukan lagi. Hingga saat ini, Indonesia terus membentuk dan menelorkan pemimpin-pemimpin perempuan baik di tingkat internasional, nasional, maupun lokal hingga legislatif. Pada penyelenggaraan Kuliah Umum Kepemimpinan (KUK) ke-6 ini, Sekolah Tinggi Teologia (STT) Rahmat Emmanuel (RE) mengangkat tema “Kepemimpinan Perempuan di Indonesia”. Rencana menghadirkan Dr (HC) Susi Pujiastuti (Menteri Kelautan dan Perikanan/KKP) dan Adita Irawati (Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi) sebagai narasumber, akhirnya hanya terpenuhi setengahnya. Menteri Susi Pudjiastuti yang sudah dikonfirmasi oleh Dr. Ariasa H Supit M.Si (Ketua STT REM) sebanyak tiga kali tentang kesediaannya menjadi nara sumber di sekolah tinggi teologia yang berlokasi di Kelapa Gading (Jakarta Utara) ini tiba-tiba tidak menampakkan kehadirannya meskipun waktu telah menunjukkan pukul 19.00 WIB, Selasa, 26 Juni 2018, tepat waktu yang ditentukan untuk pelaksanaan kuliah umum. “Mohon maaf, atas segala kekurangannya. Saya tidak mau menyebarkan foto beserta nama seorang narasumber yang notabene pejabat, jika tidak melalui beberapa tahapan kesediaan. Undangan pertama saya sampaikan dijawab ‘Oke”, bagi saya belum cukup. Kedua kali pun sudah dijawab “Iya” juga belum memuaskan. Untuk itu, saya menyampaikan konfirmasi untuk ketiga kalinya. Setelah yang ketiga ini dijawab, baru saya memviralkan ke berbagai grup media sosial dan para wartawan. Hingga kemarin malam (Senin, 25 Juni 2018), saya bertandang ke rumah ibu Susi di komplek menteri di Jalan Widya Chandra, saya sempatkan bertemu dengan beliau dan ibu kembali menegaskan dapat menjadi nara sumber. Tadi pagi (Selasa, 26 Juni 2018) sekitar pukul 06.30 WIB, seorang utusannya pun menyempatkan mengambil gambar lokasi Kampus Sekolah Tinggi Teologia (STT) Rahmat Emmanuel (RE) Jalan Pelepah Kuning III Blok WE 2 Nomor 4 G-K (Kelapa Gading) ini. Hingga siang sepertinya tetap aman. Namun, menjelang pelaksanaan acara kuliah umum, saya menerima pesan bahwa Ibu Susi tidak bisa hadir karena ada kerabatnya yang meninggal. Inisiatif digantikan oleh Sekretaris Jenderal terpaksa saya tolak karena tidak sesuai topik, karena Sekjennya pria. Manusia berencana, tetapi Tuhan yang menentukan. Sekali lagi mohon maaf. Tetapi, Ibu Adita Irawati ini sahabat saya ketika bersama-sama bekerja di Istana Negara Jakarta,” ungkap Dr. Ariasa Supit, ketika menyampaikan kata sambutan.
Dalam Kuliah Umum ke 6 ini, Staff Khusus Presiden RI, Adita Irawati STT REM mengangkat tema “Pemimpin Perempuan di Indonesia. Sebelumnya, Kuliah Umum STT REM diisi oleh pejabat Negara, seperti: H. Bambang Susatyo SE MBA (Ketua Dewan Perwakilan Rakyat/DPR) pada Jumat, 4 Mei 2018 bertema “Wajah Baru Wakil Rakyat”; Eko Putra Sandjojo., B.SEE., MBA (Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi) pada Jumat malam, 6 April 2018 bertema “Percepat Pembangunan Desa”; Muhammad Hanif Dhakiri., S.Ag., M.Si (Menteri Ketenagakerjaan) pada Jumat, 9 Maret 2018 bertema “Dunia Kerja Zaman Now”; Laksamana TNI Ade Supandi., SE., MAP (Kepala Staf Angkatan Laut/KSAL periode31 Desember 2014–23 Mei 2018 ) pada Jumat, 2 Februari 2018 bertema “Millenials Leadership” (Kepemimpinan dalam Generasi Milenial), dan Prof. Rhenald Kasali., Ph.D (Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, penulis, pendiri Rumah Perubahan) yang bertema “Disruption—Menghadapi Lawan-Lawan Yang Tak Kelihatan” pada tanggal 8 Januari 2018.
Setiap materi KUK STT REM disampaikan selalu dihadiri civitas akademika STT REM, baik para dosen maupun mahasiswa-mahasiswi. Bahkan, para mahasiswi sempat menampilkan “Mars STT REM’. Kuliah umum ini merupakan bagian dari 7 Program Unggulan STT RE, termasuk Program Pusat Studi Bahasa Ibrani, Pusat Studi Bahasa Yunani, Program Indonesia Berteologi, Kolom Pendidikan di Tabloid Victorious (E-Paper/Online), Program Revolusi Rajin, dan Program Beasiswa.
Adita Irawati diangkat menjadi Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi pada 15 Mei 2018. Oleh Presiden Joko Widodo, dia diminta memperbaiki kualitas sumber daya manusia pada bagian humas kementerian dan lembaga sekaligus menyinergikan satu sama lain agar seluruh pencapaian dapat tersampaikan ke masyarakat dengan baik. Selain dirinya, Presiden Joko Widodo juga mengangkat staf khusus presiden lainnya, yakni Siti Ruhaini Dzuhayatin, Abdul Ghofarrozin, dan Ahmad Erani Yustika. Dengan pengangkatan empat staf khusus ini, jumlah staf khusus presiden menjadi sembilan orang. Adita Irawati adalah alumni Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada (Yogyakarta). Dengan pengalaman bekerja di bidang penyiaran dan industri telekomunikasi selama 19 tahun (1995-2014), dia dapat dikatakan merupakan salah satu talent terbaik Indonesia di bidang hubungan masyarakat. Mengkhususkan diri dalam pemasaran, investor relations, public relations dan corporate communications.
Pada masa kuliah, dia melihat bidang kehumasan sebagai bidang potensial. Dalam portal resmi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Gadjah Mada, ia mengatakan bahwa ketertarikannya dalam bidang ini membuatnya rutin mengikuti seminar dan pelatihan mengenai kehumasan. Setelah lulus, perjalanan kariernya dimulai dengan menjadi staf management trainee di perusahaan makanan cepat saji. Setahun berselang, ia pindah ke perusahaan media dan menapaki posisi sebagai public relations assistant. Dua tahun kemudian, Indosat memanggilnya. Dari titik inilah jalan Adita dalam menggeluti bidang public relations mulai terbuka. Kemudian, dia diangkat sebagai asisten manager dan akhirnya menjadi Manager of Public Relations SATelindo, sebuah perusahaan yang diakuisisi Indosat. Selama 13 tahun, ia ‘mengabdi’ di Indosat hingga memegang posisi tertinggi sebagai Group Head Corporate Communications. Pada tahun 2010, Adita memutuskan untuk mendirikan perusahaan konsultan komunikasi bernama Rana Communication yang diambil dari nama kedua anaknya. Setahun berselang, ia memutuskan untuk bekerja di sebuah perusahaan milik negara yang menangani mengenai penjaminan untuk proyek berbasis kemitraan publik-swasta, Indonesia Infrastructure Guarantee Fund (IIGF). Akhirnya di tahun 2013, ia memutuskan pindah ke Telkomsel.
Berbagai penghargaan diraih perusahaan yang kental dengan warna merahnya itu seperti dalam PR “Program and People of The Year 2013” yang diadakan ke lima kalinya oleh Majalah SWA, Telkomsel mendapatkan penghargaan untuk kategori “Best of The Best Corporete PR”, terkait upaya mempertahankan kepercayaan publik dan strategi penanganan isu pailit, demikian seperti dikutip dari mens obsession.
Dalam salah satu ajang penghargaan tahunan bergengsi Selular Award 2014, di bawah arahan kehumasannya, Telkomsel juga meraih Best Digital Services, Best Postpaid Card, Best GSM Operator, Operator of the Year dan CEO of the Year. Pengalaman dan pembelajaran yang menempanya sejak belia membuat Adita menjadi pribadi yang gigih dan tidak mudah berputus asa. Sukses bagi seorang Adita adalah berhasil memberikan manfaat yang lebih bagi lingkungan. “Sukses diraih melalui proses jatuh bangun tetapi terus berusaha mewujudkan manfaat tersebut. Proses inilah yang akan mendewasakan kita dan meraih kesuksesan yang sejati,” ujar perempuan yang gemar berlari ini, seperti dikutip dari laman alumni.fisipol.ugm.ac.id.
Adita Irawati dalam paparannya, menegaskan bahwa kepemimpinan perempuan dimulai dari rumah, yaitu dari ibu. Kemudian Adita berbagi pengalaman dalam hal mengelola kegiatan kerja dan finansial perusahaan. Ia mengidentifikasikan sebagai kegiatan manajerial. Sedang saat membantu kesulita-kesulitan yang dihadapi bawahannya, ia menyebutnya sebagai kepemimpinan (Leadership). “Kepemimpinan itu juga membutuhkan hati,” katanya sambil menempelkan jari telunjuk ke tengah dada. Maksudnya, kepemimpinan bukan hanyak mengandalkan pemikiran dan pengetahuan, tetapi juga harus mengandalkan hati.
Kepemimpinan itu juga termasuk juga kepemimpinan perempuan Indonesia. Indonesia sendiri, kepemimpinan perempuan bukan lagi hal yang baru, sekali pun masih terus membutuhkan banyak pemimpin perempuan. “Perempuan yang menjadi pemimpin di zaman now atau millennial ini merupakan tantangan. Ada banyak kelebihan seorang pemimpin perempuan, yakni: harus memiliki integritas, ahli mendengar, ahli empati, berpikir positif, menciptakan new leader. Bagi saya, keberhasilan anak buah itu 80 % merupakan keberhasilan anak buah. Sedangkan kegagalan anak buah itu 80 % merupakan kegagalan pemimpinnya,” tutur Adita. Margianto/Ephaproditus
Comment