Jakarta,Victoriousnews.com,-Setidaknya hampir dua tahun pandemi covid-19 yang menghantam dunia, termasuk Indonesia sampai saat ini belum berakhir. Bahkan trennya masih mengalami kenaikan yang sangat tajam.Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi dalam mencegah penularan covid-19, termasuk mengeluarkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat–kini menjadi PPKM level 1 sd 4.
Melonjaknya kasus positif covid-19, terutama di sejumlah kota besar di Indonesia, termasuk Jakarta dipicu oleh varian baru Covid-19 seperti Alpha (B.1.17), Beta (B.1.351), dan Delta (B.1.617.2). Mengapa varian baru lebih berbahaya? Menurut Dokter Benny Octavianus, SP.P, FISR, bahwa, sesuai penelitian, varian baru ini lebih cepat menular. Contohnya, varian delta transmisinya lebih tinggi dari varian alfa. “Karena varian baru ini bisa mengelabui sistem imun tubuh dan bisa menurunkan efektivitas dari vaksin. Bahkan varian baru ini juga bisa berdampak pada tingkat keparahan penyakit, replikasinya lebih cepat, menyerangnya lebih cepat dan meningkatkan angka kematian,” ujar Dokter Benny Octavianus ketika menjadi narasumber dalam webinar “Wabah Covid-19 Yang Perlu Anda Ketahui” yang diselenggarakan oleh GBI Citra Garden 2 (Rabu, 28/7/21) malam.
Dokter Spesialis Pulmonologi (Paru) yang kini menjadi asisten khusus Menteri Pertahanan RI Bidang kesehatan, mengungkapkan bahwa varian baru corona semakin banyak di Indonesia. “Menurut catatan Kemenkes, saat ini sudah ada 436 varian delta di Indonesia. Dengan rincian: di Jakarta ada 195 kasus, Jawa Barat ada 134 kasus, Jawa Tengah 80 kasus, Jawa Timur 13 kasus, dan ada 12 propinsi di Indonesia,” ujar Dokter Benny yang dipercayakan sebagai Kepala Penanganan Covid RS Rujukan Covid DKI, RSUD Cengkareng Jakarta Barat.
Bagaimana cara melawan mutasi varian virus ini? Lanjut dokter Benny, tentu kita harus menjadi agen untuk mengedukasi keluarga, lingkungan dan gereja. “Gunakan masker saat keluar rumah maupun saat isolasi mandiri (gunakan masker ganda), sering mencuci tangan, segera lakukan vaksinasi, jangan percaya hoax dan jangan sebar hoax,” tukas dokter Benny yang juga menjadi penasehat Ketua Umum PGLII bidang kesehatan dan Anggota Dewan Pembina YPPII, Batu-Malang.
Menurut dokter Benny, mengobati orang yang terpapar covid itu seperti pemadam kebakaran. “Contoh jika dapur kita kebakaran kecil, paling kita siram dengan air 5 ember, apinya pasti mati. Tetapi kalau kebakarannya semakin meluas dan apinya makin membesar membakar satu rumah dan ke rumah lainnya, ini yang memakan waktu lama dan semakin susah untuk memadamkannya. Begitu pula mengobati orang yang terkena covid, kalau masih gejala ringan harus cepat dilakukan tindakan, misalnya minum vitamin C, Vitamin D, dan sebagainya. Jangan sampai gejalanya makin berat (demam, nyeri yang disertai sesak nafas) dan terlambat diobati atau terlambat dibawa ke RS. Ini tugas dokter yang paling berat adalah mengobatinya,” papar dokter Benny yang dipandu oleh Pdt.Agustina Maria, MA, M.Pdk sebagai moderator webinar yang diikuti oleh 180-an peserta dari Jakarta, luar kota hingga luar negeri.
Pada kesempatan tersebut, dokter Benny juga berbagi pengalaman, selama 17 bulan bertugas sebagai tenaga kesehatan dirinya tidak sampai terpapar covid. “Puji Tuhan, sudah 17 bulan saya bekerja sebagai dokter tidak sampai terpapar covid. Semua karena perlindungan Tuhan yang luar biasa. Tentu saja, saya selalu menerapkan prokes yang ketat, yaitu: Selain APD, saya memakai masker ganda, rajin mencuci tangan setelah melakukan kegiatan, dan minum vitamin. Saya sudah merawat ribuan pasien covid. Bahkan teman-teman dokter yang saya rawat ada 10 orang dan 200-an perawat. Jujur saya sebagai manusia, seringkali takut dan stress ketika menyaksikan sendiri banyak yang meninggal. Namun, ketika saya merasa takut, saya selalu berdoa kepada Tuhan dan membaca kitab Mazmur 91,” ungkap dokter Benny yang mengaku telah 500 kali membaca kitab Mazmur 91 selama bertugas.
Ketika ditanya mengenai obat ivermectin yang belakangan ini menjadi polemik di tengah masyarakat, ia menjelaskan bahwa obat tersebut bisa diberikan untuk terapi pasien covid, tetapi harus sesuai dengan resep dokter. “Ivermectin itu sudah dipakai selama 40 tahun di berbagai negara di dunia. Obat ini murah harganya, efek bagi penderita covid juga bagus. Tetapi harus diberikan sesuai anjuran atau resep dokter. Tidak boleh sembarangan mengkonsumsinya. Jika untuk pencegahan, saya juga mengonsumsinya dua kali dalam sebulan,” jelas dokter Benny yang sudah 5 bulan mengonsumsi invermectin untuk pencegahan. SM
Comment